Berita & Aktifitas

Gizi Sebagai Solusi Masalah Kesehatan

Latest Update: 20 Mar 2015

14

Dr. Martine Alles, Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition (tengah) berdiskusi dengan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, Guru Besar Tetap Ilmu Gizi FEMA IPB (kanan) dalam acara Nutritalk

Jakarta, 20 Maret 2015 – Pentingnya pemenuhan gizi di awal kehidupan bagi pertumbuhan positif generasi sebuah bangsa sudah terlihat di berbagai negara. Pemenuhan gizi awal kehidupan sebagai modal untuk membangun hidup sehat, cerdas, dan produktif bagi generasi mendatang harus menjadi perhatian semua negara termasuk Indonesia.Di Indonesia, pemenuhan gizi dapat difokuskan pada zat gizi yang mana masih ditemukan kondisi defisiensinya yaitu Protein, Asam Lemak Esensial, Zat Besi, Kalsium, Yodium, Zink, Vit. A, Vit. D, dan Asam Folat. Demikian beberapa pokok kesimpulan dari diskusi Nutritalk yang diselenggarakan hari ini oleh Sarihusada.

Nutritalk kali ini mengambil tema ‘Sinergi Pengetahuan Lokal dan Keahlian Global bagi Perbaikan Gizi Anak Bangsa’ yang mengangkat contoh-contoh pengalaman di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang, dalam mengoptimalkan gizi yang tepat sebagai solusi bagi berbagai permasalahan kesehatan, khususnya terkait pertumbuhan dan perkembangan. Contoh-contoh pengalaman tersebut diharapkan dapat memberikan masukan bagi Indonesia dalam melakukan perbaikan-perbaikan gizi. Selain itu, pengetahuan lokal juga diperlukan bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui bersama masalah yang dihadapi terkait gizi. Diskusi menghadirkan dua pembicara ahli yaitu Dr. Martine Alles, Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition, Belanda, dan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, Guru Besar Tetap Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dr. Martine Alles memaparkan, “Belanda mendokumentasikan perubahan pertumbuhan generasi yang positif sejak 1858, yang dicerminkan dari peningkatan rata-rata tinggi badan, dari sekitar 163 cm pada awal abad sembilan belas sampai dengan sekitar 184 cm pada akhir abad dua puluh. Khusus dalam 42 tahun sejak 1955 sampai 1997, Belanda mencatat peningkatan rata-rata tinggi badan hampir 10 cm pada anak, remaja, dan dewasa muda. Selain masalah kebersihan dan keluarga berencana, kontributor utama bagi perubahan pertumbuhan generasi yang positif ini adalah peningkatan gizi dan kesehatan anak.”

Selain tinggi badan, Belanda juga mengalami peningkatan berat badan lahir. Pada 1989 – 1991 rata-rata berat badan lahir adalah 3370 gram, sedangkan pada 2004 – 2006 berat badan lahir meningkat menjadi 3430 gram.Dr. Martine Alles menambahkan, “Seribu hari pertama kehidupan adalah periode penting bagi pertumbuhan anak-anak, karena pada periode ini terjadi pertumbuhan fisik dan penambahan masa otak, serta pengembangan signifikan kemampuan kognitif, tulang, imunitas, sistem pencernaan, dan organ-organ metabolisme. Kualitas pertumbuhan yang dialami pada periode ini akan mempengaruhi kesehatan mereka di masa depan. Bangsa Belanda telah membuktikan pengaruh kuat gizi terhadap kualitas pertumbuhan di awal kehidupan. Pada Perang Dunia II, wanita-wanita Belanda yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk akibat kelaparan, melahirkan bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah dan memiliki risiko tinggi terhadap obesitas, sindrom metabolisme, dan diabetes pada usia dewasa.”

Kasus internasional juga menunjukkan Vitamin D sebagai salah satu zat gizi yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak. Pada abad sembilan belas terjadi insiden penyakit riketsia (pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal) yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, khususnya di daerah perkotaan, yang disebabkan oleh kurang terpaparnya anak-anak pada sinar matahari. Pengobatan yang dilakukan kemudian adalah penggunaan minyak ikan pada abad dua puluh dan penetapan Vitamin D sebagai fortifikasi mentega sejak 1961.

“Meningkatnya penyakit riketsia ternyata menyingkapkan manfaat lain Vitamin D. Selain memperbaiki pertumbuhan tulang, Vitamin D juga berpengaruh terhadap imunitas adaptif,” tambah Dr. Martine Alles.

Asupan rendah Vitamin D, kekurangan (deficiency) Vitamin D, dan ketidakcukupan (insufficiency) Vitamin D tidak hanya terjadi pada anak-anak di Eropa, tetapi juga di Asia. Indonesia termasuk negara yang menunjukkan prevalensi kekurangan Vitamin D pada anak yang cukup tinggi. Studi SEANUT Indonesia 2013 menunjukkan prevalensi kekurangan Vitamin D pada anak-anak Indonesia berumur 2-4,9 tahun adalah sebesar 42,8% di desa dan 34,9% di kota.

Prof Hardinsyah, M.S, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Teknologi Bogor, menambahkan, masalah gizi di Indonesia juga masih memprihatinkan, terlihat dari jumlah balita bertumbuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi yang mencapai 37,2 persen atau 8,8 juta balita Indonesia pada 2013.

“Pemenuhan gizi seimbang terutama bagi calon ibu hamil, Bumil, Busui dan Balita terus diperlukan. Terutama difokuskan pada zat gizi yang masih defisiensi seperti protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zink, vit A, vit D dan asam folat,” ujar Prof Hardinsyah.

Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, Peningkatan Kesehatan Ibu & Anak serta Perbaikan Status Gizi Masyarakat telah ditetapkan sebagai dua dari sepuluh isu strategis nasional dan arah pembangunan kesehatan dalam lima tahun ke depan.

Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada mengatakan, “Sebagai perusahaan yang didirikan enam puluh tahun lalu dengan misi memperbaiki gizi anak bangsa, Sarihusada terus berkomitmen untuk mendukung upaya perbaikan gizi yang dilakukan Pemerintah melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi ibu-anak. Nutritalk adalah salah satu diskusi rutin yang kami selenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan gizi kepada masyarakat luas."

“Kami berharap apa yang disampaikan dalam Nutritalk kali ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pengembangan solusi perbaikan gizi untuk membangun generasi bangsa Indonesia yang semakin berkualitas,” tutup Arif.

Back to Archive