Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

ANTARA IKAN LAUT DAN LEGENDA MASAKAN LEZAT NUSANTARA

Oleh shita rahmawati 06 Nov 2016

urap cakalang fufu

“Kowe mulih kapan nduk? Katanya pulang minggu ini kok ga jadi? Ketiwasan dienteni.”

“Maaf hehe…banyak hal yang mesti diselesaikan dulu. Semoga Sabtu ini bisa pulang.”

“Beneran yo…kamu mau dimasakin apa?”

“Pindang serani pedas ya Buk, sama pepes kembung bumbu rujak.”

“Yowes, nanti aku ke pasar belanja, biar nanti Icha yang masak.”

Penggalan rutin kalimat percakapan sebelum pulang kampong. Ibu selalu bertanya pingin dimasakin apa? Biarpun yang masak nanti bukan ibu, tapi sudah membuktikan kalau kehadiran anak wedoknya ini ditunggu-tunggu.

Lahir dan dibesarkan di kota kecil Jepara, yang terletak di pinggir laut membuat kami mengkonsumsi ikan setiap hari. Tiada hari tanpa ikan. Dan ibuku sangat hafal ciri-ciri ikan segar. Setiap kali kami ke pasar ia akan mengajariku langkah-langkah memilih ikan yang segar.

ikan segar di pasar

  1. Badan ikan harus keras tapi kenyal, kalo cewe sintal kali yee
  2. Mata ikan harus jernih, tidak boleh merah atau bengkak. (mungkin si ikan kebanyakan natap laptop hehe)
  3. Insang harus berwarna merah darah, bukan merah marun. Apalagi merah keunguan, itu tanda memar, emang ikannya habis kejedot pintu?
  4. Sisik masih melekat erat di badan ikan, susah dilepaskan, seperti cintaku padamu beb. Icikiwirr..
  5. Bau khas ikan, bau laut. Tapi tidak bau amis yang menyengat ye, tandanya hatinya busuk eh ikannya busuk…
  6. Nah, kalau kepiting, pastikan badannya utuh seluruh supit dan jari-jarinya dan ia masih bergerak. Kepiting itu mahluk yang kalau mau dimasak, detik itu juga dia baru dimatikan. Kalau kepiting mati, ga enak dimakan. Makanya ga ada yang simpan kepiting mati di kulkas. Percaya deh sama eikeh…
  7. Ciri kepiting gemuk, dia punya banyak supit palsu kecil-kecil di sekitar dua supit besarnya, dipastikan dalemannya eh dagingnya montok. Terus tekan bagian putih berbentuk segitiga, kalau berasa keras, berarti gemuk.
  8. Kalau udang, pastikan masih bersinar gitu pantulan cahaya dari kulitnya (bukan matanya ketika memandangmu ya..)dan kulitnya luarnya keras jernih transparan sehingga bisa dilihat corak dagingnya.
  9. Kalau cumi, matanya harus yang jernih melotot, badan kaku kenyal, warna putih bersih dan bintik-bintik merah tuanya (bukan komedo ya, catet) jelas terlihat.
  10. Kalau kerang, pastikan ia kesat, bebas lendir dan bau menyengat. Kalau banyak yang cangkangnya agak membuka, artinya masih seger, enak banget buat direbus terus dicocol sambal seafood campuran cabe uleg, saus sambal botolan dan parutan nanas sebagai penangkal amis dan alergi atau ditumis bumbu padang. Uenake rek!

kerangdarah segar di pasar

Oke? Itu ilmu melihat ciri-ciri mahluk laut yang masih segar dan enak dikonsumsi. Nah kalau laki-laki yang baik hati dan cerah masa depannya bagai mana ciri-cirinya? Haiyyah…Tanya sama psikolog sana biar ga salah pilih!

Nah, rumah orang tuaku berlokasi sekitar 500 meteran dari pasar. Jadi bisa dipastikan ya, kalau pukul 8 pagi, ikan-ikan sudah berdatangan bersama pedagangnya dengan riang gembira di pasar tradisional kami yang becek itu. Iya… becek..itu sebabnya aku kadang malas ke pasar, bukan karena beycehk ga ada auwyjekh,.. tapi bau semerbaknya itu loh. Iya,..menurutku para pedagang memang harus care sama kebersihan dan ketertiban pasar ya. Kalau di drama korea atau film jepang kan, kalau lagi pedekate di pasar ikan itu masih kelihatan romantisnya karena pasarnya bersih, kita masih bisa lihat ikan-ikan berbaris rapi di stand, ada gurita hidup yang terlihat lucu merayap di tangki kaca sambil milih mana yang dimau, karena mereka suka banget makan gurita hidup –hidup atau dimakan mentah gitu. Terus ikan yang dipilih di masak di kedai pinggir pantai, makannya sambil lihat sunset dan ditemani kapten Song Jong Ki… Cut! Sudah….. mengkhayalnya jangan kelamaan!

Balik ke topic, berhubung ibuk sangat suka kalau ditemani ke pasar, jadi,…demi statusisasi kemakmuran dan eksistensi perasaan ibu agar tetap dalam kondisi sejahtera lahir batin ....ya..marilah kita ke pasar bersama-sama. Gelang..si patu gelang…. (terusin sendiri yak!)

Ibu sangat hafal berbagai jenis ikan. Kalau yang bentuknya seperti pesawat siluman stealth hawknya Amerika dengan buntut kecil panjang itu disebut ikan pari, yang kepalanya besar ga proporsional sama badannya yang tebal itu ikan badong, yang warnanya abu-abu mirip koin dengan kepala kecil dan gigi yang seperti gergaji itu ikan bawal, terbagi dua, ada yang putih (kelas bule, daging lebih lembut, kulit halus, lebih enak jadi sop ikan dan tentu saja lebih mahal) dan ada yang hitam (kelas negro, badan bersisik lembut, enaknya dibakar bumbu kecap, harga lebih bersahabat) , kalau yang berukuran sedang dengan ekor berhias garis merah dan sekujur badan berpola polkadot itu ikan kerapu, enak juga dipindang, dibakar atau dipepes karena dagingnya lembut dan menyerap bumbu, kalau yang badan agak pipih besar dengan kepala khas agak jenong itu sri menganti namanya, favorit ibu buat dimasak pindang serani karena dagingnya lembut, kaldunya bening dan gurih, tulangnya semi lunak jadi enak dikunyah-kunyah sambil sruput-sruput kaldu di sela tulang sllruup..… yum..yum..yum…

Kalau tongkol atau tuna ada dua jenis. Tongkol putih dagingnya padat, disukai bule, biasanya dijadikan tuna kalengan. Sejenis sama cakalang fufu gitu,..yang di manado dibuat ikan cakalang asap dengan sambal dabu-dabu super pedas duuh,..sedapnya. Ada juga yang merah, sedikit lebih amis dan kadang agak gatal di lidah buat yang punya alergi, cocoknya disemur kecap. Ada juga ikan kembung, yang pas banget dibuat pepes ikan bumbu rujak. Kita panggangnya di pawon, sejenis tungku tradisional berbahan bakar kayu yang akan membuat campuran aneka bumbu dan rempah, daging ikan yang mulai mengeluarkan kaldunya karena panas plus aroma daun pisang yang terbakar,…menguarkan aroma yang syeedap..!

Dan kabar gembira buat kita semua, harga ikan-ikan tersebut di pasar tradisional masih terjangkau. Masuk akal lah. Kami punya langganan pedagang ikan, namanya Mak Konah, nah kalau sama dia ga usah ditawar, karena langganan pasti dikasih harga pas plus kadang dilebihin timbangannya. Atau kalau cumi-cumi dicarikan yang bertelur. Iya aku suka sekali cumi bumbu hitam. Warna hitam pekat saat masak diperoleh dari kantung tinta si cumi yang tak dibuang karena sedap rasanya. Kok cumi di Jakarta ga ada yang warna hitam? Itu karena cumi Jakarta tidak setia pada satu pasangan eh,..maksudnya,..kebanyakan cumi di Jakarta sudah di es beberapa hari jadi sampai di pasar lebih banyak yang tak kenyal lagi dagingnya, tapi memang ada juga sih yang memang sengaja dibuang kantung tintanya, warna cuminya jadi pucat kemerahan. Kasihan ya…. Padahal tinta cumi itu,..kalau ketemu bumbu yang pas, syedap kali buat campuran nasi hangat, terus bertelur besar-besar lagi,..uh..dijamin lupa timbangan badan!

pasta hitam italia dari tinta cumi

Ketika sempat beredar di Italia, tinta cumi-cumi itu menjadi salah satu bahan pembuatan pasta hitam hand made. Setelah pasta masak, disiram dengan kuah sea food dilengkapi aneka kerang dan udang, lalu ditaburi cacahan daun ketumbar. Nama menu itu nero pasta a la mare. Mak nyus..tenan, apalagi setelah tahu jumlah tagihannya ratusan euro dan saya ditraktir hehe… selamet..selamet…

Jadi buatku ikan dan seluruh penghuni mahluk laut adalah bagian hidup kami. Kalau disuruh milih mana yang lebih disukai, daging, ayam atau ikan? Uh pasti kupilih ikan lah…Ikan laut itu rasanya gurih, mungkin karena mereka sudah digarami sejak lahir ya,..hehe…

Nah ada satu masakan dari Indonesia bagian timur namanya binte biluhuta yang penciptaannya berdasarkan suatu legenda. Konon, kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia beberapa ratus tahun yang lalu, sering sekali berselisih pendapat dan akhirnya menimbulkan peperangan. Kita semua tahu, jika peperangan ini berlanjut maka yang sengsara adalah rakyat dan kerajaan pun takkan makmur karenanya. Maka para raja berkumpul di satu kerajaan untuk membicarakan perdamaian. Dan masing-masing raja diminta membawa buah tangan dari kerajaan masing-masing. Ada raja yang membawa ikan cakalang, karena kerajaannya dekat laut, ada raja yang membawa jagung, karena kerajaannya di pedalaman, ada juga yang membawa kelapa dari yang muda sampai yang tua. Rakyatnya banyak yang menjadi pembuat minyak kelapa. Ada juga raja yang membawa sayur-sayuran dan berbagai macam bumbu, karena wilayahnya tanahnya sejuk dan subur. Ketika para raja sedang berunding, maka dikumpulkanlah semua buah tangan yang dibawa. Dan oleh juru masak istana tuan rumah yang sangat pandai memasak, berpikir keras menciptakan satu hidangan baru yang tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan antar kerajaan. Maka ia mebciptkana masakan binte biluhuta. Binte itu jagung. Biluhuta itu….. Ketika makanan telah matang dan waktu makan siangtelah tiba, sang juru masak membawa hasil makanan dari resep terbarunya untuk dihidangkan kepada para raja. Di tengah perbincangan perdamaian itu, para raja menikmati sekali hidangan yang disediakan. Bahkan dalam waktu sekejap seluruh hidangan pun ludes!

Lalu raja tuan rumah memanggil juru masaknya. “Masakanmu hari ini lezat sekali! Kau akan kami beri hadiah karea keahlianmu.”

Lalu si juru masak berkata, “Duhai tuanku para Raja yang bijaksana, terima kasih atas sanjungannya. Tapi mohon ampun beribu ampun jika hamba lancing, tapi hamba membuat masakan ini bukan tanpa tujuan. Tidakkah para paduka raja perhatikan, bahwa saya mencampurkan seluruh bahan makanan yang tuan-tuan raja bawa dan memasaknya menjadi hidangan yang lezat?”

Seluruh raja manggut-manggut. “Lalu apa maksudmu membuat hidangan itu?”

Tidakkah baginda perhatikan, bahwa seluruh bahan makanan saya berasal dari berbagi tempat yang berbeda? Dann berbeda pula wujud dan rasanya. Tapi para paduka raja bisa menikmati hidangan lezat ini karena berbagai bahan makanan itu saya campur jadi satu. Jika saya hanya masak ikan dengan air saja, bagaimanakah rasanya? Pasti hambar bukan? Tapi dengan menambahkan berbagai bumbu , sayur, udang, jagung, garam dan sebagainya masakan menjadi lezat. Kita bisa petik pelajaran dari makanan ini, bahwa pada dasarnya kita dilahirkan berbeda tapi dengan berbedaitulah hidup kita saling melengkapi dan lebih indah bukan? Maka mohon direnungkan, berhentilah kita berperang. Bersama dari berbagai kerajaan, marilah kita bekerja sama agar kesejahteraan rakyat makin cepat terwujud. Berbagai macam manusia, dengan berbagai adat dan agama, disatukan dalam masyarakat yang saling menghargai, pasti hidup lebih indah. Dan bukankah damai itu indah? Seperti masakan hamba hari ini?”

Maka sejak saat itu, para raja mulai berpikir dengan lebih jernih. Dan Binte Biluhuta telah berperan mempersatukan berbagai kerajaan di wilayah Indonesia bagian timur.

Nah…. Setelah itu, kawasan Indonesia Timur pun hidup dalam kedamaian. Semoga rakyat Indonesia saat ini berpikir lebih bijaksana, bahwa rakyat kita memang berbeda, tapi bisa saling menghargai demi keutuhan NKRI.

Nah…tertarik untuk mencoba masakan Binte Biluhuta? Rasanya enak loh, asem, pedas, segar cocok dimakan saat musim hujan. Nah setelh beli ikan di pasar, yuk..kita buat Binte Biluhutanya.

Binte Biluhuta

Resep :

  1. 8 butir cabe merah diiris
  2. 500 gram cakalang fufu, aku ganti tuna putih
  3. 3 cabe merah, iris tipis, 5 cabai rawit iris-iris,
  4. 2 buah tomat merah segar dan seikat kemangi, ambili daunnya
  5. 2 sdt garam, sesendok makan gula pasir, 1 sdm air jeruk nipis,
  6. 5 jagung manis muda, dipipil atau iris dari bonggolnya.
  7. Kelapa agak muda, diparut memanjang
  8. 1,5 liter air

Caranya :

  1. Rebus jagung manis, cabe merah dan cabe rawit hingga air mendidih dan jagung matang.
  2. Masukkan kelapa parut, tuna yang sudah dibakar luarnya agar tak hangus, gula pasir, garam,tomat. Rebus sampai semua matang
  3. Matikan api, masukkan perasan jeruk nipis.
  4. Masukkan dalam mangkuk, taburi kemangi segar dan irisan cabe rawit jika suka pedas.
  5. Tarraaa….. dijamin enak!

urap cakalang fufu

Urap Cakalang Fufu

bahan :

  1. 1 Ikan cakalang fufu asap, disuwir-suwir
  2. kelapa setengah tuan setengah butir
  3. kemangi siangi daunnya
  4. taoge segar, cuci bersih, buang akarnya
  5. kacang panjang segar seikat, cuci, iris-iris halus
  6. singkong rebus secukupnya
  7. bumbu-bumbu : terasi bakar, garam, gula merah, 3 cabai merah besar, 3 cabe rawit pedas, 5 siung bawang merah, kencur secukupnya.

Cara :

  1. uleg semua bumbu sampai halus, rasakan jika ada kurang asin.
  2. Parut kelapa lalu campurkan pada sambal.
  3. masukkan ke dalam loyang besar, tambahkan cakalang suwir, kacang panjang iris dan daun kemangi. Ratakan. Tuang ke dalam piring dan makan dengan ubi rebus. Seeeddaaap…!
Mengikuti demo masak Barra Pattirajawane