Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Belajar Kesetiaan di Desa Panglipuran

Oleh ASTARI RATNADYA 13 Nov 2015

“Demi menyelamatkan kamu dari orang yang salah, tuhan mematahkan hatimu”

Sebuah kalimat yang singkat, padat, jelas dan sangat menancap di hati seorang gadis manis berusia dua puluh tiga tahun.

Terkadang yang dekat saja bisa merusak kesetiaan, apalagi yang jauh. Tapi saya percaya bahwa rencana tuhan lebih indah nantinya. Mumpung masih muda, saatnya berkarya dengan prestasi dan menjelajah seluruh negeri (kalo punya banyak warisan dan punya suami/ pacar/ gebetan kaya raya :p).

Membaca itinerary Jelajah Gizi Bali yang dikirimkan melaui surat elektronik saja sudah membuat saya penasaran akan destinasi yang dikunjungi selama jelajah Gizi. Makanya sebagai mahasiswa yang rajin, saya mulai mencari informasi terkait destinasi yang akan disinggahi oleh tim jelajah gizi Bali selama tiga hari nanti. Salah satu destinasi yang begitu saya idamkan yakni “Desa Panglipuran”. Dari informasi yang saya dapatkan di search engine sebut saja google. Desa Panglipuran ini sering menjadi lokasi syuting ftv di salah satu stasiun TV swasta. Emang sih saya bukan penikmat FTV. Tapi bolehlah sekali – kali nonton ftv dari stasiun tv itu, karena lokasi syutingnya 65% di pulau Dewata.

Desa Panglipuran adalah satu dari sekian banyak desa adat yang ada di Pulau Dewata. Hingga saat ini masyarakat desa masih memegang teguh kepercayaan dari leluhurnya. Karena itulah desa ini disebut sebagai Penglipuran. Dimana desa ini sebagai tempat suci untuk mengenang para leluhur mereka. Masuknya budaya asing di pulau Dewata tidak membuat desa ini melanggar peraturan adat istiadat. Warganya masih setia menjaga nilai – nilai leluhur.

Semua warga hidup rukun dan damai, serta tetap rajin melaksanakan ibadahnya.

Tidak heran jikalau anda berkunjung ke Bali, anda akan melihat sesajen dimana – mana. Di Jalanan, di pusat perbelanjaan, di hotel bahkan di pantai. Orang Bali memang sangat setia kepada agama dan nilai leluhurnya.

Satu hal yang membuat saya begitu kagum akan kesetiaan warga Bali, khususnya warga Desa Panglipuran. Disaat lelaki diluar sana merencanakan untuk memiliki dua istri atau lebih, lelaki Panglipuran tetap setia pada istrinya. Bagi mereka istri hanya cukup satu dan mereka tidak akan mengkhianati cinta kasih kepada istrinya. Sungguh desa yang begitu unik. Dimana “kesetiaan” menadi nilai utama dalam sebuah hubungan berumah tangga. Bukan tidak boleh berpoligami di desa ini (bukan pula saya melarang pembaca sekalian berpoligami, kalian bisa menentukan pilihan. Namun saran saya setialah kepada pasangan anda). jikalau pihak lelaki ingin berpoligami, mereka harus rela keluar dari desa dan pindah ke suatu tempat bernama “Karang Memadu”. Karang memadu sendiri tentunya terletak di luar desa. Tempat tersebut disediakan khusus bagi lelaki yang berpoligami. Ajaibnya, karang memadu tetap kosong.

Hal ini menandakan betapa mereka menjaga nilai leuhurnya dan kesetiaan terhadap pasangannya *andai semua lelaki seperti lelaki di desa Panglipuran*. Oh ya, desa ini terletak begitu tinggi yakni 700m dpl dengan pemandangan yang begitu indah dan mempesona. Semua warga hidup harmonis, tanpa adanya kecemburuan satu sama lain. Bahkan untuk menafkahi hidup, setiap rumah menjual berbagai macam souvenir serta makanan dan minuman khas Bali. Uniknya lagi, tiap hari ada jadwal tertentu untuk berjualan. Misalkan hari ini ibu Ani yang mendapat jatah berjualan, maka ibu haya dan ibu sinta tidak diperkenankan untuk berjualan. Begitupun sebaliknya.

Desa Panglipuran tidak hanya menyediakan kesetiaan, namun juga keharmonisan antar masyarakat. Suatu hari nanti saya akan kembali ke desa ini bersama pasangan saya, hehehe. Doakan yah :) .