Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Cinta Untuk Karedok

Oleh Nurul Wachdiyyah 14 Oct 2015

Mutu menggilas kacang tanah di atas permukaan Coet yang cekung. Krek! krek! krek! Suaranya terdengar sangat seksi dan gurih.

Bawang putih, gula merah, kencur, dan garam ikut terlindas batu alat penghalus tradisional itu. Banjur dengan sedikit air matang. Gerus lagi perlahan. Colek sedikit itu bumbu dengan telunjuk jari kita yang bersih. Sudah gurih? Sudah!

Masukkan potongan kacang panjang dan daun kemangi yang sudah diurai dari batangnya. Aduk-aduk. Karedok siap disantap!

Lho! Gak dimasak dulu? Ditumis, dikukus atau direbus, gitu?
Gak perlu :)

Saya mau kenalkan Karedok. Makanan super sederhana dari daratan Parahyangan yang sangat menyehatkan, salah satunya dari Bandung. Makanan ala pegunungan ini terdiri dari dua macam bahan utama : kacang panjang dan daun kemangi.

Sementara itu bumbu saosnya terdiri dari ulekan kacang tanah, bawang putih, kencur, gula merah, garam, dan air. Tak lupa perasan jeruk purut untuk menambah citarasa kesegaran Karedok. Terkadang saya mengganti kacang tanah dengan kacang bawang, seperti foto di bawah ini.

Sudah itu saja bahan-bahannya. Kontennya sederhana, gizinya kaya raya.

Teman makan santapan yang konon asalnya dari Sumedang ini berupa nasi hangat yang pulen dan sedikit lauk seperti ikan mas goreng. Disarankan ada kerupuk menyertai perjalanan Karedok ke perut kita. Sluurppp! Enak dan simpel banget kan?


Tidak ada sajian yang lebih sehat daripada mereka yang kita makan tanpa proses pemasakan. Asal jangan lupa dicuci bersih dulu supaya kumannya bubar dan serangga yang nyangkut pun tak termakan.

Karedok bukan jenis makanan siap saji. Juga bukan jenis menu yang bisa disimpan sementara dan dimakan lagi keesokan harinya. Makanan ini harus dihabiskan saat itu juga. Dalam bilangan jam ia akan basi jika dibiarkan berlama-lama beradu dengan udara terbuka. Karedok bahkan tidak cukup kuat bertahan lama kalau kita simpan di lemari pendingin.


Pada waktu kecil hingga menginjak usia mahasiswi, saya tumbuh di desa pinggir pantai dengan temperatur rata-rata 30 derajat celcius. Di kampung saya tidak ada daun sesegar seperti yang saya temui di Bandung. Beda kualitas tanahnya, beda kebaikan airnya pula. Buat saya daerah pegunungan seperti Bandung memang penghasil terbaik sayur-sayuran. Sementara kampung saya terkenal dengan kualitas ikan lautnya.

Semenjak menetap di daerah pegunungan seperti Bandung, saya banyak mengenal dedaunan yang dapat dikonsumsi. Saya percaya kebiasaan orang Bandung menyantap makanan mentah yang segar-segar inilah yang membuat kulit warganya bening, cemerlang, dan bersih seperti porselen.

14 tahun lalu saat pertama kali bermukim di kota Kembang, saya masih aneh sendiri dengan kebiasaan makan daun mentah ala orang Sunda. Kok bisa sih daun dimakan mentah-mentah, pikir saya dulu. Apa tidak keracunan, apa tidak sakit perut?

Ternyata tidak. Justru sebaliknya, orang gunung yang saya tahu termasuk manusia perkasa. Tubuhnya kuat dan sehat.

Bukan hanya buah yang dimakan tanpa proses dimasak terlebih dahulu. Daun juga, jenis tertentu bisa dimakan tanpa dimasak. Sampai ada guyonan yang bilang : cuma satu daun yang gak dimakan orang sunda: daun pintu! Hahaha :D

Bisa dikatakan bahwa Bandung mengajari saya rasa cinta pada dedaunan dan sayuran mentah. Saya cinta pada Karedok. Cinta saya berbalas. Karedok bukan hanya membuat saya senang makannya, tapi juga menyehatkan karena gizinya yang berlimpah.

Bicara tentang gizi Karedok, siap-siap ya terpukau dengan kandungan masing-masing bahannya. Baik itu bumbu maupun sayurannya. Kita bedah satu-satu di sini secara singkat.

Kacang panjang dalam Karedok gizinya sebanyak nyamuk di hutan tropis. Tak terhitung!

Mengandung bukan hanya Vitamin A dan C, kacang panjang juga punya kekuatan bernama protein dan zat besi. Hasilnya, tumbuhan semak ini mampu menjaga ketahanan tulang kita, membentuk antibodi yang baik sehingga tidak mudah sakit, sampai dengan mencegah stroke. Superb! Hidup kacang panjang!
Selesai sampai di situ? Belum. Benda semungil kacang panjang itu masih punya sederet keajaiban lainnya.
Ada 45 mg Kalsium di tiap 100 gram kacang panjang. Kita tahu untuk orang yang masih bocah, kalsium baik untuk pembentukan tulang dan gigi. Sementara untuk kita yang pertumbuhannya sudah berhenti, kalsium menjaga tulang dan gigi tetap padat dan kokoh. Masih ada Vitamin B yang terdapat dalam kacang panjang. Merekalah yang membantu kita mengurangi rasa lelah dan mengembalikan energi yang terpakai.


Lalu bagaimana dengan daun Kemangi, daun berukuran mungil yang wanginya sangat membuat nyaman dan menghangatkan itu.

The ultimate reason mengapa Kemangi menyehatkan adalah benda kecil ini berperan penting bagi pusat segala organ dalam tubuh kita: jantung. Magnesium dalam Kemangi membuat aliran darah dalam pembuluhnya menjadi lancar. Jantung pun lebih rileks menunaikan tugasnya.

Kemangi juga berfungsi sebagai antioksidan. Betakaroten pada tumbuhan hijau ini mampu meningkatkan antibodi dan menjaga penglihatan tetap prima.

Kalau sedang batuk dan pilek, ada baiknya konsumsi Kemangi. Makan saja mentah-mentah. Dikunyah tanpa ampun agar virusnya mati tiada sisa. Gak ketinggalan zat penting yang namanya sangat membosankan untuk dibaca: Cineole Myrcene dan Eugenol. Zat-zat inilah yang berperan sebagai antibiotik alami dalam tubuh.

Kemangi yang terlihat seperti tumbuhan lemah karena ukuran yang kecil ini tidak bisa dianggap sepele. Kalau Clark Kent itu Superman, maka Kemangi adalah Superplant!

Photo Courtesy : www.teruskan.com

Gizi Karedok dari kacang panjang dan kemangi baru pembuka saja. Karena belum termasuk gizi dari bumbunya lho. Masih ada Kencur dan bawang putih. Ah siapa pula yang meragukan gizi keduanya.

Kencur termasuk jenis rempah-rempah dan tanaman obat yang bisa menyembuhkan batuk dan radang tenggorokan. Minyak Atsiri dalam kencur mengobati sakit kepala sekaligus menajamkan kemampuan tingkat konsentrasi. Lalu ada bawang putih, jantung membutuhkannya. Ulangi: sangat baik untuk kesehatan jantung. Sungguh Tuhan sangat memberkati bawang putih dan kencur!


Kebayang kan kalau kita makan Karedok sehatnya seperti apa. Sudahlah makanan tidak dimasak sehingga gizinya terjaga utuh, mengonsumsi Karedok secara terjadwal membuat tubuh bagaikan bayi yang baru lahir ke bumi: sehat, murni, dan langsing. Cita-cita untuk menjadi manula tanpa penyakit yang bercokol di tubuh bisa terwujud berkat Karedok.


Bicara kuliner Indonesia, dalam keseharian saya gak bisa berpaling dari Rendangnya Padang. Kalau ke Cirebon saya pasti makan Empal Gentong. Berkunjung ke Gorontalo ada Binte Bilihuta. Well, senikmat semua makanan itu, saya tidak bisa berpaling dari Karedok. Saya cinta semua kuliner Indonesia, terutama lagi saya cinta Karedok, bukan hanya karena rasanya, tapi juga kekayaan gizinya.

Harus diakui menyebarkan kuliner daerah sendiri ke bagian lain Indonesia bukan perkara mudah. Sama dengan tidak gampangnya mempopulerkan kuliner tradisi ke kancah luar negeri. Tapi bukan berarti tidak bisa, bukan.

Photo Courtesy : Annisa Putri on Pinterest, klik here

Makanan yang saya cinta ini sedang dalam perjalanannya menuju sorotan dunia. Dalam perhelatan tingkat internasional Konferensi Asia Afrika 2015, Karedok menjadi salah satu menu yang disajikan untuk tamu negara-negara dari Asia dan Afrika. Satu restoran khas Sunda di Bandung membuka banyak cabangnya bukan hanya di negeri sendiri, tapi juga negeri tetangga. Menu di antaranya adalah Karedok.

Melihat betapa mudah namun tetap orisinilnya makanan yang berasal dari desa Karedok di seberang sungai Cimanuk, Jawa Barat, ini dibuat, semoga dunia kelak mengakui kebaikan dan kenikmatannya. Cinta untuk Karedok semoga bukan hanya datang dari saya dan warga Bandung saja, tapi juga dari penduduk Indonesia lainnya hingga warga dunia sekalian.

******