Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Hari Ke 3 dalam Kebersamaan JelajahGizi Kota Malang

Oleh Verry Vernon 26 Oct 2017

Sang surya di Minggu pagi di kota Malang nampak malu-malu mengintip dari balik lembutnya awan yang perlahan-lahan bias dalam atmosphere bumi. Satu persatu peserta #jelajahgizi beranjak dalam doa ucapan syukur menyambut pagi indah untuk mengakhiri perjalanan kami di hari ke 3 kota Malang.

Suasana pagi di Ijen Suites

Kicauan burung pagi itu bersenandung menghibur perut kami yang lapar menuju tempat sarapan pagi di Ijen Suites. “hai..” , “Selamat Pagi…” “Dah bangun lo!” “Eh soto nya enak banget, cobain deh”, demikianlah sapaan sapaan yang terdengar pagi ini kala sesama kami saling berpapasan di tempat sarapan pagi. Tanpa komando dan perintah semuanya langsung mencari spot terbaik dan menuju stall terfavorit untuk memuaskan rasa lapar pada lambung. Ada yang sarapan sehat, ada yang langsung makan berat dan ada yang ambil dikit-dikit untuk mendapatkan hasil dan koleksi ‘foodphotography’ guna diunggah di sosmed masing-masing. Demikianlah penampakan suasana sarapan pagi di Ijen Suites pagi itu.

Sarapan Cuie Mie MalangSoto kuah bening khas Jawa Timur Sarapan pagiSuasana loby Ijen Suites

Tepat Jam 9 kami kembali berkumpul guna menuntaskan sisa kegiatan hari terakhir di kota Malang. Dalam keadaan perut yang sudah terisi dengan maximal kami siap menuju Jodipan. Jodipan sebuah kawasan yang akhir-akhir ini begitu ramai diperbincangkan di sosmed. Sebuah kawasan kampung warga yang rumahnya ‘full color’ layaknya rainbow. Sewaktu mendengar kata “JODIPAN” tentunya saya pribadi sangat bergirang saat itu. Karna kalau tidak karna kegiatan #jelajahgizimalang ini saya tidak akan mungkin bisa kesana secara gratis pula. Itulah salah satu dari kenikmatan plus plus yang kami dapat dalam ajang aktivitas ini. Thanks banget untuk Nutrisi Sarihusada yang sudah mengajak kami kesini.

Jodipan, kampung penuh warna

Selang beberapa waktu kami tiba di Jodipan dan penampakan atap-atap dan tembok-tembok rumah yang berwarna-warni siap menyambut kami dan ditemani seorang tetua kawasan wisata ini kami diajak berkeliling dengan menceritakan asal-usul kenapa kampung ini menjadi begitu terkenal.

Kawasan yang dulunya adalah perkampungan kumuh dan padat ini disulap menjadi kampung berwarna warni oleh 3 orang mahasiswa dengan disponsori oleh perusahaan cat jadilah 2 kampung ini diberi nama kampung Tridi dan Kampung Warna Warni yang jika kita melihat dari atas menggunakan drone maka akan terlihat sebuah gambar pelangi dan matahari. Berawal dari kampung Tridi kami mulai menapaki lorong demi lorong dan langsung saja jiwa narsis semua peserta bangkit bergairah melakukan selfie dan groufie. Banyak spot-spot keren dan lucu yang bisa kita abadikan disini. dan favorit saya adalah Tembok Batik dengan latar belakang batik yang begitu hidup gambarnya.

Kampung warna warniSpot Batik yang ada di kampung Tridi

2 kampung ini dihubungkan oleh satu buah jembatan kaca uang seperti ada di RRC. Untuk memasuki kampung Tridi kita dikenakan kontribusi sebesar 2000 dan free sebuah gantungan konci hasil dari kerajinan ibu-ibu PKK dan kampung Warna Warni dikenakan 2500 dengan free sebuah stiker. Pada dasarnya 2 kampung ini memiliki kesamaan yaitu mempunyai warna warni disana sini hanya kampung Warna Warni tidak memiliki gambar-gambar 3D. Dikampung ini memiliki sebuah tradisi yang bernama “Kaleng Kematian” dimana saat ada yang meninggal salah satu dari warga disini maka 2 orang akan berkeliling memukul-mukul kaleng tersebut guna mengabarkan kepada warga dan warga dengan sukarela menmberikan ucapan belasungkawa melalui sumbangan untuk yang berduka. Luar biasa yah kekompakan yang mereka jalin bersama.

Tradisi kotak kematian

Setelah puas berfoto-foto dan berkeliling tiba akhirnya kami memberikan salam perpisahan kepada Jodipan menuju tempat makan siang terakhir kami di kota Malang

Rumah makan dan Museum Inggil adalah sebuah rumah makan yang sangat heritage. Karna selain tempat makan disini juga terdapat museum yang menyimpan benda-benda bersejarah sejak jaman Soekarno Presiden RI pertama ataupun kaset-kaset lama dan lainnya. Bahkan interior dalam RM ini masih seperti jaman dulu adanya dan tidak mengalami perubahan atau moderenisasi. Kuno dan vintage adalah pemandangan yang kita lihat namun konon, tempat yang jauh berkesan mewah ini ternyata selalu ramai dan sering full book loh. Bahkan menu-menu yang disediakan termasuk menu-menu ‘kampung’ namun mempunyai cita rasa yang autentik sangat Indonesia banget. Hampir setiap malam tempat ini mempertunjukkan hiburan musik daerah tradisional seperti keroncong. Memasuki RM makan ini maka dari sisi kiri patung replika Soekarno siap menyambut kita dan peninggalan-peninggalan sejarah serta bukti-bukti foto dan gambar yang usianya telah tua dan usang dimakan waktu dan jaman menyambut kita.

Rumah Makan InggilRumah makan sekaligus Museum suasana dalam RM Inggil

Sajian sedap RM makan ini telah tersedia untuk kami seperti rujak terong, sate ayam, lalapan dan masih banyak lagi siap untuk kami nikmati. Sebagai sajian akhiri #jelajahgizimalang yang telah kami lakukan. Sedih rasanya akan mengakhiri ini karna kami semua telah menyatu dalam gizi dan sukacita. Dan mengakhiri acara santap siang itu kami mendapat sepatah dua kata dari perwakilan Nutrisi Sarihusada dan ucapan terimakasih atas turut serta meramaikan kesuksesan dari acara #jelajahgizimalang sebagai rangkaian yang ke 5x nya dari #jelajahgizi dan tak lupa perwakilan dari pemenang #sosmed dan perwakilan dari Media turut serta mengucapkan terimakasih.

Sate InggilMenu Ayam Rujak TerongSate Inggil Lalapanmenu lauk

Dan mengakhiri semua kegiatan kami di RM Inggil kami pun beranjak menuju bus dan memberikan ucapan perpisahan kepada semua yang telah turut berpartsipasi dan meninggalkan senyum terbaik untuk kota Malang menuju bandara Abdulrahman Saleh.