Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Jelajah Gizi 3: Bali

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2016

Jelajah Gizi adalah “Jalan-jalan Unik” untuk memperkenalkan keanekaragaman makanan khas daerah, sekaligus mempelajari sejarah dan budaya yang melatarbelakanginya.

Jelajah Gizi juga mengajak peserta untuk mempelajari proses pembuatan hidangan khas tersebut, hingga memahami nilai gizi yang terkandung di dalamnya.

Awalnya, daerah yang terpilih untuk kegiatan Jelajah Gizi adalah Propinsi Sumatera Barat, tepatnya di Pulau Pagang, Bukittinggi dan kota Padang.

Mengapa Sumatera Barat?

Sumatera Barat merupakan wilayah yang berbatasan dengan Samudera Hindia, yang merupakan samudera terbesar ketiga di dunia.

Selain berbatasan dengan samudera yang menghubungkan wilayah Indonesia dengan wilayah lain di dunia, terutama Asia, Sumatera Barat juga dikelilingi oleh perbukitan, yang lebih dikenal dengan Pegunungan Bukit Barisan.

Sebagai wilayah dengan keunikan geografis, tidak mengherankan jika Sumatera Barat memiliki keunikan. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dari keunikan budayanya, yang dikenal dengan budaya Minangkabau atau Minang.

Akan tetapi karena musibah asap yang menimpa sebagian Pulau Sumatera, maka kegiatan Jelajah Gizi 3 dialihkan ke Pulau Bali.

Mengapa Bali?

Siapa yang tidak mengenal Bali? Bagian dari Indonesia yang sangat terkenal di manca negara. Dan masyarakat di Bali masih sangat memegang teguh adat istiadat.

Yang terpenting adalah, bahwa ternyata Bali menyimpan banyak sekali hidangan bergizi yang merupakan kearifan lokal.

Inilah yang kita gali bersama dalam Jelajah Gizi 3, di Bali pada tanggal 30 Oktober - 1 Nopember 2015.

Pada Jelajah Gizi, terpilih 10 orang Petualang Gizi. Mereka adalah:

  1. Amril Taufik Gobel
  2. Astari Radnadya
  3. Driana Rini
  4. Haya Aliya Zaki
  5. Karmin Winarta
  6. Lidya Fitrian
  7. Lusiana Trisnasari
  8. Muhammad Arif Rahman
  9. Retno Wulandari
  10. Swastika SN

Pada kesempatan ini, para petualang Jelajah Gizi diajak mengunjungi sentra kopi Bali, yang juga memproduksi kopi luwak yang sudah terkenal hingga manca negara, Bali Pulina.

Setelah Bali Pulina, perjalanan dilanjutkan menuju desa Adat Penglipuran. Melewati jalur yang sempit dan licin, terutama saat hari hujan.

Di sini, para petualang gizi disuguhi minuman tradisional Loloh Cemcem, yang bercita rasa asam segar, dan bermanfaat sebagai anti oksidan dan menambah kebugaran.

Panglipuran adl satu dr sekian Desa Adat di Bali, biasa disebut Bali Aga. Ada hukum sosial yg diaplikasikan di desa ini. Misalnya di Panglipuran, lelaki tidak boleh poligami. Kalau poligami, mereka diasingkan ke Karang Memadu, yang ternyata sampai saat ini masih kosong.

Pada malam harinya, sambil menikmati hidangan makan malam, Chef Muto mempraktekkan keahliannya mengolah bahan makanan, menjadi es kuwud dan lawar. Dilanjutkan praktek membuat sate lilit oleh ibu Puspa, dan para petualang Jelajah Gizi akhirnya bisa ikut mempraktekkannya.

Pada hari kedua, para petualang Jelajah Gizi menuju Nusa Lembongan dengan Bali Hai Cruise, untuk membedah kuliner laut khas Bali.

Di Nusa Lembongan, ternyata Chef Muto telah menyiapkan berbagai bahan untuk diolah menjadi bermacam-macam makanan lezat seperti Pisang Rai. Kemudian para peserta dipandu untuk melakukan berbagai permainan seru dan lomba memasak, setelah dibagi menjadi 5 grup.



Sebelum kembali ke daratan, para peserta diajak mengunjungi sentra budi daya rumput laut di Nusa Lembongan.

Di hari ketiga, para peserta diberi kesempatan untuk acara bebas, yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, termasuk mencari oleh-oleh. Dan akhirnya ditutup dengan makan siang bersama di Waroeng Bloem, sebelum berangkat ke airport dan kembali ke daerah masing-masing.