Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Jelajah Rendang, dari New York hingga Irak

Oleh Pungky Prayitno 17 Oct 2015

“Makanan Indonesia apa yang kamu suka?”

Tanyaku pada salah seorang food blogger negeri jiran, saat kami menghadiri acara kopdar blogger akbar di Putrajaya, Malaysia.

“Rendang! Tu makanan Indonesia terbaik”

Jawabnya mantap. Cocok! Pikirku dalam hati.

Diawali rendang, lalu obrolan kami berlanjut dengan referensi rumah makan Padang yang sedap di Kuala Lumpur. Alih-alih mencoba makanan khas Malaysia, jauh-jauh ke sini aku tetap saja cari rendang. Sama seperti waktu liburan ke Singapore tahun lalu, saat acara bebas, aku sibuk mencari letak Killiney Road, sebuah jalan tempat Warung M. Nasir berada. Yap, restoran Padang!

Balik lagi ke Malaysia. Berkat referensi si food blogger itu, besoknya setelah acara, menujulah aku ke Kampung Baru. Sebuah daerah yang menjadi salah satu kawasan pertokoan di Kuala Lumpur. Menurutnya, di kawasan inilah berjejer banyak sekali restoran Padang. Aku memilih rumah makan Grand Seri Garuda Emas, karena lagi lagi menurut dia, tempat satu ini punya rendang paling enak se-Kuala Lumpur. Wah!

Berburu rendang kayaknya sudah jadi sebuah tradisi tersendiri ya untuk warga Indonesia yang plesir ke luar negeri. Rasanya gak lengkap aja gitu kalau ke luar negeri, belum makan rendang. Padahal di Indonesia rumah makan Padang tersebar hampir di setiap daerah. Tapi begitulah magic makanan bernama rendang, dimanapun kita berada, selalu ada panggilan untuk ‘menemukannya’.

Tante Indah, sahabat bloggerku yang sekarang tinggal di New York, paling senang makan di restoran Upi Jaya. Betul, lagi-lagi restoran Padang. Dengan tagline Autenthic Indonesian Cuisine, kedai yang terletak di Elmhurst, Queen, New York City ini katanya punya rendang yang rasanya juara. Baru katanya sih, karena aku kan belum pernah ke New York. Hihihi
Restoran Upi Jaya di New York City (pic courtesy: Indah Nuria)
Rendang di restoran Upi Jaya, New York City (pic courtesy: Indah Nuria)
Tapi, soal restoran Upi Jaya ini, sampai diakui oleh New York Times sebagai dapur Indonesia yang jauh dari rumah. Wuih… Dan media berskala international ini, menyebutkan di awal paragraf beritanya tentang kedatangan mantan presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ke restoran tersebut. Apa yang dipesan? 50 porsi rendang untuk para delegasinya! Wow. Presiden aja jauh jauh ke New York, makannya rendang yaa..

Rendang, secara definitif, adalah makanan khas Sumatera Barat yang berupa olahan daging sapi. Jadi, daging sapi dimasak berjam-jam dengan parutan kelapa yang telah dicampur bumbu-bumbu. Bumbunya sendiri merupakan aneka rempah-rempah dan daun-daun dengan citarasa khas.

Dimasaknya enggak bisa sebentar, minimal itu 4 jam. Bahkan ada yang sampai 8 jam. Bayangin, daging direndam dalam kelapa dan bumbu, lalu dimasak selama berjam-jam. Inilah rahasia kenapa rendang, nikmatnya bisa sampai ke lapisan daging terdalam. Sluurrrp!
Ngomong-ngomong soal kenikmatan rendang, aku punya teman yang kini menetap di Kurdistan, sebelah utara Irak. Namanya mbak Isti, perempuan berdarah Tegal yang mengaku terhipnotis dengan kelezatan rendang. Dia paling suka sama rendang yang dimasak menggunakan tungku, katanya, rendang begini punya aroma asap yang sangat sedap dan bikin ketagihan. Saking sukanya, setiap mudik ke tanah air, mbak Isti selalu membeli rendang tungku untuk kemudian dibawa ke Kurdistan. Bahkan di sosial media, dia sering banget unggah foto hidangan rendang.
Gak berhenti di situ, karena masyarakat Irak memang suka makan daging-dagingan, mbak Isti dan teman-teman asal Indonesia, kerap menghidangkan rendang sebagai menu utama saat ada acara kumpul-kumpul. Dia bilang, bosen dong kalau tiap kumpul makannya selalu kari atau kambing panggang. Menyajikan rendang, jadi mengobati kerinduan pada tanah air, sekaligus mengenalkan kelezatan masakan Indonesia pada masyarakat Kurdistan.
Aku sempat tanya-tanya, apakah di Kurdistan ada restoran Padang? Dia bilang gak ada, tapi, dia selalu punya persediaan bumbu rendang instan yang dia borong setiap pergi ke Dubai. Kok Dubai? Iya, katanya, di negeri tempat Burj Khalifah berdiri gagah itu, terdapat banyak swalayan yang menjual bahan makanan dan bumbu kemasan khas Indonesia. Termasuk bumbu rendang kemasan itu. Bahkan, ada sebuah restoran bernama Sari Nusa yang punya sajian rendang dengan rasa sangat mirip dengan rendang Minang asli. Mbak Isti tentu saja gak pernah kelewatan untuk mampir ke restoran ini dan menikmati rendangnya.

Kearifan Lokal Tanah Minang


Menurut sejarahnya, rendang adalah makanan yang berasal dari daerah Sumatera khususnya Minangkabau. Beberapa sumber menyebutkan, kalau rendang sudah ada di sana sejak abad ke 19. Namun sumber lain, ada juga yang bilang kalau beberapa hikayat melayu di abad ke 16, secara ekplisit juga menyebutkan makanan yang identik dengan rendang. Berarti udah lama banget yaaa, aku belum lahir. hihihi

Bagi masyarakat Minang, rendang gak sekedar masakan daerah atau hidangan pengisi perut yang rasanya lezat lho.. Rendang memiliki sisi filosofis yang menurutku, sangat arif sekaligus membumi tentang musyawarah dan mufakat. Dagingnya, melambangkan Niniak Mamak, atau para pemimpin suku adat. Kelapa, melambangkan Cadiak Pandai (kaum intelektual). Sedangkan Cabai, melambangkan alim ulama yang pedas, secara eksplisit-pedas ini diartikan memiliki ketegasan. Dan Bumbu, yang melambangkan seluruh masyarakat Minangkabau.

Dalam tradisinya, rendang memang kudapan yang harus ada saat upacara adat maupun perayaan hari hari istimewa seperti pernikahan, ulang tahun, khitanan atau hari raya beragama. Untukku, rendang adalah kearifan lokal tanah Minang yang kaya dengan pengetahuan, sejarah dan filosofi.

Jelajah Gizi Seporsi Rendang

Menikmati rendang, kita bukan hanya dibawa pada penjelajahan sejarah dan budaya tanah Minang. Tapi juga kandungan gizi yang gak kalah menarik untuk ditelusuri.

Rendang diolah dari daging sapi yang kaya akan gizi. Sudah tau belum, kalau daging sapi adalah penghasil omega-3 nomor 2 setelah ikan laut? Senyawa ini penting banget untuk membantu fungsi jantung, sistim saraf pusat dan hati. Daging sapi juga mengandung banyak selenium yang bermanfaat untuk meningkatkan sistim imun tubuh. Gak cuma itu, zat besi yang terkandung dalam daging sapi, lebih cepat diserap oleh tubuh dibanding sayuran, bahkan tubuh balita sekalipun. Ini penting banget lho.. Karena punya manfaat untuk mengantarkan oksigen, membentuk energi dan sel-sel otak.

Tapi, banyak yang sentimen kalau makan rendang, soalnya takut sama santannya. Duh, yakin santan cuma punya lemak tak jenuh? Hihihi. Nih, aku juga baru tau kalau ternyata santan itu kaya dengan zat besi. Satu cup santan aja, dapat memenuhi kebutuhan zat besi harian. Waaaah… Boleh dong nih makan rendangnya nambah? Eh.

Kalau bumbunya, tentu semua pasti tau yaa.. Rendang sangat kaya dengan rempah-rempah kayak jahe, lengkuas, merica, sereh, kunyit, asam gandis dan daun salam. Kalau soal ini jangan ditanya deh, gizinya sudah pasti melimpah ruah. Ambil contoh satu aja ya, kunyit misalnya, kurkumin yang terkandung di dalamnya bisa mengurangi resiko kanker lho.. Itu baru kunyit, bayangin rempah sebanyak itu kandungannya kayak apa. Aku enggak sanggup kalau harus nulis semuanya. Huehehe

Menulis ini, aku jadi pengin ke New York nih, masuk ke restoran Upi Jaya dan makan rendang yang terkenal di sana. Eh, jauh amat makan rendang harus ke New York dulu? Modus itu mah, modus! xD