Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Masak Tuna Ala Pesta Adat

Oleh ina inong 05 Nov 2016

Sekarang ini masakan Manado sudah sama populernya dengan masakan Padang. Di Jakarta sudah banyak restoran masakan Manado dan selalu ramai pengunjung. Bukan hanya dari kalangan sendiri, tapi juga masyarakat umum. Saya pernah menyaksikan booth masakan Manado yang dipenuhi karyawan kantor yang sedang makan siang, dan masih diantre di food court sebuah pusat belanja. Ikan bakar bumbu rica-ricanya memang tampak menggiurkan.

Kesempatan mencicipi masakan Manado datang ketika ada acara keluarga. Rasanya cocok dengan selera saya yang suka masakan pedas dan gurih. Kemudian pengetahuan soal masakan Manado saya bertambah berkat tetangga yang tinggal di depan rumah. Mereka pasangan suami isteri beda suku. Sang suami asli dari Banten, sedangkan isterinya berasal dari Manado. Sang isteri, yang saya panggil Mami Jesica ini, orangnya ramah dan senang berbagi cerita, terutama tentang daerah kelahiran dan tentu saja makanan khas daerahnya.



Dari Mami Jesica saya jadi tahu macam-macam masakan khas daerah Manado. Ada yang dimasak woku. Woku ini juga ada macamnya, yaitu woku belanga, woku daun dan woku santan. Bumbu rica-rica yang mirip dengan bumbu balado. Posanah yang cara memasaknya khas karena daging atau ikan yang sudah dibumbui dimasukkan ke dalam bambu, kemudian bambunya dibakar, dan ada satu masakan unik yang disebut tinorangsak, masakankhas dari daerah Minahasa.

Tinorangsak ini terhitungmasakan langka, sebab hanya dimasak bila ada hajatan besar saja. Pesta adat bakal terasa ada yang kurang, jika tinorangsak tidak tersaji di meja hidangan. Memasak tinorangsak tidak bisa dibilang mudah. Jika mengikuti pakemnya, bahan dasar yang sudah diberi bumbu dimasukkan ke dalam bambu khusus, dan dibakar di api besar yang berkobar-kobar (seperti api unggun). Itu sebabnya, tinorangsak hanya dimasak pada acara-acara istimewa saja.

Dalam resep aslinya, masakan ini berbahan dasar daging (yang tidak boleh saya makan sesuai dengan ajaran keyakinan yang saya anut) dan bumbunya dicampur darah si hewan. Ini mengingatkan saya pada masakan tanah leluhur Papi saya, yaitu saksang, masakan daging cincang yang bumbunya juga dicampuri darah. Sama seperti tinorangsak, saksang juga menjadi sajian khas pesta adat Batak. Masakan Minahasa dan Tapanuli ada kemiripan juga rupanya.

Karena keistimewaannya sebagai simbol pesta adat, saya jadi tertarik untuk mencoba memasaknya. Tetapi tentu saja saya tidak bisa menggunakan bahan dasar sesuai aslinya. Setelah mencari informasi lewat Google, ternyata bahan dasar tinorangsak bisa diganti dengan daging ayam atau ikan.

Kebetulan saya sedang berusaha meningkatkan kesukaan makan ikan pada anak-anak saya, sebab anak-anak kurang suka makan ikan. Masakan ikan yang mereka sukai hanya ikan digoreng kering dengan sambal sebagai pendamping. Saya pikir ikan bumbu tinorangsak ini bakal jadi varian menu ikan yang lain dari biasanya. Dan saat makan bersama, saya akan menceritakan latar belakang masakan tinorangsak ini. Ide membudayakan makan ikan sambil mengenalkan kekayaan budaya daerah lain di Indonesia, boleh juga ya…

Niatnya saya ingin menggunakan ikan cakalang, supaya sentuhan Minahasa-nya lebih kental, tapi karena ikan cakalang susah didapat di sini (harus pesan khusus ke Jakarta), akhirnya pilihan jatuh pada ikan tuna. Ikan tuna mudah didapat karena dijual di supermarket. Memang harga ikan tuna beku per 1 kg-nya lebih mahal dari harga daging sapi, tapi sekali-kali sebagai selingan tidak apa-apa kan. Daging ikan tuna banyak dan kandungan nutrisinya juga terjamin baik.

Selain kandungan nutrisinya itu, ikan tuna paling banyak direkomendasikan untuk dimasak dengan bumbu tinorangsak. Dan satu lagi hal yang penting, ikan tuna termasuk salah satu potensi sumber daya alam bidang perikanan Provinsi Sulawesi Utara (sumber: sulutprov.go.id), jadi masih mewakili “ke-Minahasa-annya” kan.

Kendala kedua, saya kesulitan menemukan bambu khusus untuk memasak. Kebanyakan bambu yang dijual di sini, jenis untuk bahan bangunan. Kendala ketiga resep lengkap tinorangsak. Saya sudah lama hilang kontak dengan Mami Jesica, jadi apa boleh buat saya pun bertanya pada Google lagi. Akhirnya setelah browsing sana-sini, saya mendapat referensi resep tinorangsak dari salah satu website masakan Manado, yang masih memegang pakem resep aslinya. Tip yang diberikan di website tersebut, tinorangsak ini bisa dimasak dengan cara dikukus dan rasanya akan mendekati rasa aslinya.

Untuk penyuka seafood dan makanan pedas, tinorangsak ikan tuna ini bisa menjadi alternatif menu. Rasanya tidak sama dengan ikan pepes khas sunda. Tinorangsak bumbunya terasa lebih kuat, harum dari kemangi, daun pandan dan daun jeruk menambah segar aroma masakan. Pedasnya juga menggugah selera, pas banget dimakan dengan nasi hangat. Untuk yang sedang diet karbo, masakan ini bisa menjadi menu pilihan, karena dimakan tanpa nasi pun cukup mengenyangkan.

Barangkali ada yang ingin mencoba memasak tinongrangsak ikan tuna, berikut ini saya sertakan resepnya. Gampang kok membuatnya, saya aja yang anti ribet kalau masak enjoy membuat tinorangsak tuna ini.

  • BAHAN

500 gr ikan tuna potong (bisa dipotong lagi bentuk dadu atau disuwir)
2 buah jeruk nipis diambil airnya (satu untuk melumuri ikan, satu untuk campuran bumbu)
1 buah daun bawang besar dipotong kasar
1 genggam daun jeruk buang tulangnya
1 lembar daun pandan dipotong 4 bagian
1 lembar daun kunyit biarkan utuh
1 ikat daun kemangi
1 batang serai besar diiris kasar
3 sdm minyak goreng
garam secukupnya
gula secukupnya
daun pisang untuk membungkus

  • BUMBU

8 butir bawang merah
1 sdm jahe halus/parut
1/sdt kunyit bubuk
8 buah cabe hijau

  • CARA MEMBUAT

- Cuci ikan tuna sampai bersih, tiriskan, kemudian lumuri dengan air jeruk nipis dan garam. Biarkan sebentar.
- Sambil menunggu ikan siap, tumbuk kasar bumbu. Jangan diblender sampai menjadi bubur ya, kalau malas menumbuk pakai ulekan tradisional, gunakan food processor atau blender juga bisa dengan teknik on-off-on-off supaya tekstur bumbu lebih kasar.
- Siapkan daun pisang, cuci bersih dan garang sebentar di atas api supaya lunak.
- Setelah ikan siap, campur semua bahan dan bumbu kemudian dibalurkan ke ikan tuna. Biarkan selama kurang lebih 15 menit supaya bumbu meresap.
- Setelah bumbu meresap, bungkus ikan tuna dengan daun pisang.
- Kukus hingga matang.


Eh, tapi saya jadi kepikiran, mungkin kalau ingin aroma asapnya lebih kental seperti dibakar, bisa dipanggang di atas anglo kali ya. Oke, next time saya akan coba cara seperti itu.

Sekian cerita saya masak-masak ala pesta adat Tanah Minahasa. Semoga satu saat nanti kitorang bisa bakudapa sambil makang-makang sadap langsung di sana ya.