Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Mendoan, Cemilan Khas Kota Satria

Oleh robertusbennymurdhani 10 Oct 2015

Jika seseorang yang berasal dari Purwokerto seperti saya ditanya mengenai “apa makanan khas dari kota Purwokerto?”, saya yakin 100 persen orang tersebut akan menjawab Mendoan sebagai urutan pertama makanan khas dari kota Purwokerto. Memang dibandingkan dengan getuk goreng, keripik tempe, nopia, atau sroto Banyumas, bisa dibilang mendoan ini menjadi primadona dan makanan khas unggulan dari kota Satria, Purwokerto. Tak heran jika mendoan ini tersebar tak hanya di Purwokerto saja. Bahkan di dekat kost saya yang ada di Pasar Baru Jakarta, terdapat beberapa pedagang gorengan yang menjual mendoan sebagai menunya.

Sejarah dari terciptanya mendoan ini sendiri saya tak tahu. Berdasarkan hasil googling saya tak dapat menemukan satu artikel pun yang menceritakan sejarah kemunculan pertama mendoan. Tapi, jika mencoba menilik mengapa muncul kata mendoan, maka pertanyaan itu bisa langsung saya jawab.

Dalam bahasa Banyumas, yang menjadi bahasa ibu dari warga Purwokerto asli, mendoan berasal dari kata mendo yang berarti setengah matang. Sesuai dengan arti namanya, memang mendoan ini merupakan sejenis camilan yang berbahan dasar tempe yang dikhususkan untuk mendoan, lalu dimasukkan ke dalam adonan tepung beras, air dan bumbu, yang selanjutnya digoreng di dalam minyak panas hingga “setengah matang” alias mendo tadi.

KANDUNGAN GIZI MENDOAN

Berbicara nilai kandungan gizi dari mendoan pasti kita harus melihat nilai kandungan gizi dari bahan dasarnya, yaitu tempe. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, tempe merupakan salah makanan yang memiliki nilai gizi yang baik. Masih segar di ingatan saya ketika saya SD dahulu, saya diajarkan bahwa tempe adalah sumber protein nabati.

Di tahun 1991, Departemen Kesehatan Republik Indonesa, sekarang bernama Kementerian Kesehatan, telah melakukan kajian kandungan gizi yang terkandung dari tempe. Berikut rincian nilai gizi yang terkandung dalam tempe:

Sumber: Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Departemen Kesehatan RI Dir. Bin. Gizi Masyarakat dan Puslitbang Gizi, 1991 ( *BDD = Berat yang dapat dimakan

Menyambung berbicara soal tempe secara umum, sebenarnya Pemerintah telah melakukan beberapa langkah terkait bagaimana tempe, yang notabene adalah makanan asli Indonesia, untuk dapat berkembang luas dalam skala industri besar dan global. Dari website Badan Standarisasi Nasional disini, saya baru mengetahui bahwa ternyata Pemerintah Indonesia dalam sidang Codex Alimentarius Commision (CAC) ke-34 di Jenewa tanggal 9 Juli 2011 berhasil mengusulkan pembuatan standar tempe dan menjadikan tempe sebagai salah satu new work item dalam sidang tersebut. Tujuan akhir dari disusunnya standar tempe ini adalah agar nantinya tempe bisa diproduksi secara modern. Saya membayangkan suatu saat nanti tempe bisa menjadi salah satu ikon kuliner seperti halnya kimchi dari Korea Selatan atau sushi dari Jepang.

MENDOAN BISA MENDUNIA? MEMANG BISA?

Mungkin memang saat ini mendoan belum mendunia seperti halnya rendang yang pernah mendapatkan peringkat 1 dari 50 hidangan terlezat di dunia versi CNN Internasional. Mendoan juga mungkin tak sama terkenalnya dengan nasi goreng atau sate yang dulu pernah disebut-sebut oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Tapi setidaknya usaha untuk memperkenalkan mendoan sebagai salah satu kuliner khas Indonesia kepada dunia internasional telah dimulai.

Dalam artikel disini, saya baru mengetahui bahwa 3 pelajar Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Jerman beberapa bulan lalu telah memperkenalkan mendoan di sebuah acara kuliner bertaraf internasional yang digagas oleh Universitas Bonn (Jerman). Dan ternyata, tak hanya bisa diterima di lidah para peserta yang berasal dari berbagai negara, tapi ternyata mendoan ini menjadi menu primadona dalam acara ini dan ludes dimakan oleh para peserta dan tamu undangan.

Ngomong-ngomong, selama tinggal di Jakarta sejak tahun 2011, saya belum pernah menemukan warung atau restoran yang menjual mendoan yang bercitarasa enak. Bahkan tadi saya baru saja memesan mendoan seharga Rp. 27.000,- per 3 potong di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan dan rasanya tidak enak sama sekali. Bandingkan dengan harga mendoan seharga Rp. 1.000 per potong di kota Purwokerto yang sudah pasti joss gandos rasanya. Murah dan enak. Apalagi jika disantap bersama potongan cabai yang dicampur kecap, plus segelas teh manis hangat. Pasti sedap nian rasanya.

*tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Jelajah Gizi 3 yang diselenggarakan oleh Sari Husada