Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Menguak Pangan Lokal Minahasa dalam Jelajah Gizi Minahasa

Oleh Evrina Budiastuti 23 Nov 2016

PT Sarihusada Generasi Mahardika tidak henti-hentinya melakukan pengabdian kepada masyarakat baik dalam menghasilkan produk pangan bergizi maupun edukasi secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Baru saja Sarihusada melaksanakan kegiatan tahunan berupa jelajah gizi yang tahun ini di pusatkan pada daerah yang kaya akan sumber daya alam. Daerah tersebut adalah Kabupaten Minahasa yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara.

Jelajah Gizi Minahasa bertujuan untuk mengeskplorasi keberagaman pangan dan kearifan lokal Minahasa yang diikuti oleh jurnalis media nasional dan lokal serta para blogger. Diharapkan kegiatan yang berlangsung selama tiga hari sejak tanggal 18-20 November 2016 ini dapat memberikan informasi sebesar-besarnya kepada masyarakat mengenai gizi dari pangan lokal Minahasa, kekayaan pangan dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Di hari pertama Jelajah Gizi Minahasa, para peserta diajak untuk mengunjungi Danau Tondano yang merupakan danau terbesar di Sulawesi utara. Di sini para peserta diperkenalkan terhadap pangan lokal yang bersumber dari hewan endemik di Danau Tondano. Pangan tersebut bernama Ikan Nike yang bentuknya kecil mirip ikan teri nasi. Ikan ini hanya hidup di Danau Tondano dan umumnya diolah menjadi perkedel dengan rasa yang gurih dan nikmat. Ikan Nike memiliki kandungan Protein sebesar 17 %, Asam amino leusin 1,153% dan lisin 0,843%, Asam lemak esensial DHA 14,81%, EPA 2,22% , Kalsium, Fosfor, Kalium, Fe yang bergizi bagi tubuh.

Ikan Nike

Selain itu, para peserta juga menikmati Kolombi yang merupakan makanan berasal dari daging siput danau dengan bumbu kuning pedas dan gurih. Di Jawa Barat juga ada makanan sejenis, hanya saja bentuk siputnya lebih kecil dan dimasak dengan bumbu kuning dengan sedikit rasa pedas.

Makanan khas Minahasa di atas semakin nikmat apabila ditambah dengan sambal khas Minahasa yang dikenal dengan nama Dabu-dabu. Sambal ini terbuat dari campuran potongan cabe merah, cabe rawit, irisan bawang dan buah tomat yang dipotong dadu. Agar semakin nikmat, sambal Dabu-dabu diberi sedikit campuran kecap sehingga tidak terlalu terasa masam. Sambal Dabu-dabu selain memiliki rasa yang pedas menyegarkan, juga mengandung berbagai vitamin, mineral, senyawa antioksidan dan serat yang sangat baik untuk kesehatan.

Menjelang sore, para peserta kembali melakukan penjelajahan gizi dengan mengenal aneka kuliner unik Minahasa lainnya. Setelah sebelumnya mencoba pangan dengan rasa gurih dan manis, saat itu peserta diajak untuk mencoba pangan lokal lainnya yang cenderung memiliki cita rasa manis. Pangan tersebut diantaranya adalah Nasi Jaha dengan bahan beras ketan, santan serta jahe yang dibungkus daun pisang lalu dibakar dalam bambu. Selain itu ada juga Kue Bagea yang memiliki rasa manis, Lemet dengan rasa manis berbahan dasar singkong, Klappertaart yang manis dan lezat, serta Pisang Goroho dengan rasa tawar yang dapat dinikmati dengan sambal.

Kue Minahasa

Hari kedua penjelajahan, para peserta diajak untuk mengeksplor Pasar Tomohon yang menjual aneka sayuran, buah-buahan, sumber protein dan karbohidrat serta pangan ekstrim. Ya, di pasar ini dijual pangan dengan nama Paniki yang berasal dari daging kelelawar serta aneka hewan lainnya. Bagi orang awam tentu jenis sumber pangan ini sangat asing dan terlihat ekstrim, namun bagi sebagian masyarakat lokal Minahasa makanan tersebut sama seperti sumber pangan lainnya yang juga mengandung beberapa kadar gizi.

Setelah menjelajah di Pasar Tomohon, para peserta di ajak untuk mengunjungi Pantai Bahowo di Kelurahan Tongkaina. Di sini seluruh peserta diajak untuk secara bersama menanam bibit mangrove yang dikembangkan oleh Komunitas Manengkel Solidaritas. Masyarakat di sekitar Pantai Bahowo menjaga kearifan lokal daerahnya melalui pelestarian hutan mangrove yang menjadi tempat hidup aneka biota laut sebagai salah satu sumber pangan lokal di wilayahnya. Selain melakukan penanaman, masyarakat juga mendidik anak-anak untuk menjadi agen perubahan yang mampu menyuarakan gerakan penghijauan. Diharapkan, penanaman akan cinta lingkungan sejak dini dapat membantu menciptakan masyarakat yang mandiri dan selaras dengan kelestarian alam.

Manengkel Solidaritas

Di hari ketiga Jelajah Gizi Minahasa, para peserta melakukan kegiatan eksplorasi gizi terpusat di Kota Manado. Di sini peserta menikmati Tinutuan atau Bubur Manado yang terbuat dari berbagai macam sayuran namun tidak mengandung daging. Tinutuan dapat dinikmati dengan hidangan pelengkap seperti perkedel ikan Nike atau sambal Roa. Sambal Roa sendiri juga sangat nikmat, karena selain pedas juga rasanya gurih berkat kandungan ikan Roa yang merupakan jenis ikan laut di perairan Sulawesi Utara. Tinutuan memiliki kandungan gizi cukup banyak seperti Air 80.9 g, Energi 156 Kal , Protein 2.3 g, Lemak 0.2, KH 15.6 g, sear 8.2 g, Abu 1 g, Ca 41, P 20, Fe 0,4, Na 486, K 164, Cu 0.3, Zn 0.4, B-Karoten 1437, B1 0.1, Riboflavin 0.04, dan vit C 15. Sedangkan sambal Roa memiliki kandungan gizi berupa energi 87 Kal, Protein 10.9 g, Lemak 3.2 g, KH 1.9 g, vitamin, karotenoid (lycopen), antioksidan, dan serat.

Nasi Kuning

Menjelang siang, Nasi Kuning Manado menjadi penutup yang sempurna berkat rasanya yang gurih lengkap dengan sambal Roa yang nikmat. Nasi kuning ini dibungkus dengan daun Woka yang mirip dengan daun kelapa namun bentuknya lebih lebar. Nasi kuning disajikan dengan ikan cakalang, sambal kentang dan telur ayam.

Kegiatan Jelajah Gizi Minahasa telah berjalan dengan lancar dan menghasilkan kesan bermakna bagi para peserta. Ada satu pesan yang dapat dipetik dari kegiatan penjelajahan ini yaitu bahwa kearifan lokal masyarakat sangat berperan terhadap keberlangsungan pangan lokal khas daerah yang diwariskan secara turun-temurun.