Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Olahan ikan laut nusantara, tentang potensi dan nilai gizi

Oleh Nada Thifali 06 Nov 2016

Laut memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Diperkirakan sekitar 12% potensi kekayaan laut merupakan sumber penghidupan penduduk dunia, termasuk dalam sektor pangan. Dengan permukaan laut yang lebih luas dibandingkan dengan daratan, Indonesia memiliki potensi besar terhadap hasil lautnya. Hal tersebut terbukti dengan Indonesia yang tercatat sebagai negara terbesar kedua di dunia penghasil ikan laut setelah Tiongkok dan terbesar se-Asia Tenggara. Sayangnya, walaupun memiliki hasil yang melimpah, konsumsi ikan laut di Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga. Di Asia Tenggara, konsumsi ikan di Indonesia hanya menempati urutan ke 5 setelah Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Filipina. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dengan rutin mengonsumsi ikan laut.

Rendahnya kesadaran untuk mengonsumsi ikan dan berbagai mitos yang berkembang di masyarakat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan konsumsi ikan di Indonesia masih rendah. Pada ibu hamil contohnya, di beberapa wilayah tertentu masyarakat percaya bahwa ibu hamil dilarang mengonsumsi ikan karena kelak jika anaknya lahir akan menjadi bau amis padahal kandungan gizi yang terdapat pada ikan juga sangat baik untuk perkembangan otak janin. Konsumsi ikan yang masih rendah juga menjadi salah satu penyebab angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Kejadian stunting atau anak pendek merupakan salah satu tanda kurang gizi kronis pada anak yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan otaknya terganggu. Padahal pada era ini bangsa Indonesia tengah membutuhkan generasi yang sehat dan cerdas untuk menghadapi persaingan global saat ini. Pemenuhan protein terutama protein hewani pada anak haruslah mencukupi kebutuhannya agar anak tumbuh sehat dan cerdas serta terhindar dari stunting.

Dalam sehari, seseorang dianjurkan mengonsumsi makanan sumber protein hewani dan protein nabati. Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan konsumsi ikan baru menyumbang sekitar 14% dari konsumsi pangan sumber protein di Indonesia. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang terbilang murah jika dibandingkan dengan daging. Tidak hanya itu, ikan juga lebih baik untuk dikonsumsi rutin karena kandungan asam lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging sehingga tidak menyebabkan peningkatan risiko berbagai jenis penyakit tidak menular seperti penyakit jantung. Menyadari pentingnya meningkatkan konsumsi ikan, pemerintah telah membentuk program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) yang berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan dan menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder terkait. Berbagai organisasi juga rutin mengadakan kegiatan lomba kreasi hidangan berbahan dasar ikan untuk meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat.

Soal kuliner, Indonesia memang telah memiliki kekayaan melimpah dari berbagai penjuru nusantara. Sebut saja rendang, hidangan berbahan dasar daging asal Sumatera Barat ini sudah terkenal dan dinobatkan sebagai salah satu makan terlezat di dunia. Beragamnya kuliner nusantara tersebut memudahkan kita untuk melakukan kreasi dan inovasi untuk menghasilkan hidangan baru yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan pangan lokal dan kebutuhan gizi masyarakat serta dapat menambah kekayaan kuliner tanah air. Ikan sendiri telah menjadi bahan dasar dari berbagai macam hidangan khas nusantara yang diolah dengan cara memasak yang beragam baik itu dikukus, dibakar, dipanggang, dan digoreng. Hidangan berbahan dasar ikan khas nusantara tersebut diantaranya adalah pempek dari Palembang, cakalang fufu asal Manado, sate lilit ikan asal Bali, dan masih banyak lagi. Untuk menambah keberagaman kuliner nusantara, mungkin anda bisa melakukan modifikasi resep rendang yang berbahan dasar daging dengan ikan laut yang lebih murah dan sehat karena kandungan asam lemak jenuhnya yang lebih rendah, berani mencoba?