Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Pempek Teri ala Anak Rantau

Oleh relindapuspita 01 Nov 2016

Ngh… pengen makan pempek.

Memang benar, yang paling dirindukan saat di luar Indonesia itu, adalah makanannya. Mau mahal, namanya merindu, pasti dibeli. Tapi, dengan status mahasiswa yang hanya bergantung hidup dari kiriman beasiswa, saya wajib bijaksana membelanjakan uang.

Pos yang bisa diakali untuk dihemat, biasanya makanan. Makan apa saja tidak masalah selama murah dan layak makan. Satu-satunya cara untuk irit, selain hadir di undangan makan gratis lalu pulang bawa bungkusan, adalah masak sendiri. Inilah kendalanya sebagai orang tak hobi masak, olahan makanannya hanya seputar rebus, tumis, dan goreng, tanpa variasi dan dengan bumbu seadanya.

Hingga suatu hari saya ngidam pempek.

Sebagai orang yang tinggal di Sumatra, pempek adalah makanan paling mudah dicari di Bengkulu. Di Jepang, mana ada yang jual. Harapan untuk makan masakan tanah air itu hanya pas acara kumpul-kumpul bersama komunitas Indonesia. Ibu-ibunya, pasti, satu dua, ada yang berbaik hati menghidangkan masakan khas nusantara, entah bakso, gorengan, opor, atau soto. Lumayanlah sebagai pengobat rindu. Tapi jarang sekali yang bikin pempek.

Mhm, bagaimana caranya saya bisa makan pempek? Terbayang sedapnya menghirup kuah pempek, atau biasa disebut cuko. Saya juga tidak paham jenis-jenis ikan. Apalagi di Jepang, pilihan ikannya tidak banyak, paling tuna dan salmon. Kurang yakin, saya bisa membuat pempek dengan ikan laut bernilai gizi tinggi tersebut.

Lama berpikir, akhirnya saya nekad membeli teri segar. Kalau di kita mungkin disebutnya teri basah. Itu, teri yang badannya masih putih bersih dan lembut. Ukuran terinya standar, bukan yang seimut teri Medan. Karena ini eksperimen, takut tidak terasa ikannya, saya beli dua bungkus teri, mungkin beratnya sekitar 2 ons. Tepungnya pakai tepung yang ada gambar rotinya. Itu pun hasil tanya-tanya teman yang biasa beli untuk membuat adonan kue. Selesai. Resep dan caranya, tinggal googling.

Untuk kuahnya, saya sudah membeli gula merah dari rekan Indonesia yang beberapa waktu lalu mendapat kiriman bahan makanan dari kampung halamannya. Waktu beli ini, saya memang sedang membayangkan pempek.

Singkat cerita, dari hasil browsing, inilah yang terjadi:

Bahan-bahan:

  1. ikan teri segar;
  2. terigu;
  3. air;
  4. garam;
  5. gula merah;
  6. bawang putih;
  7. cabe kering yang ditumbuk kasar (banyak dijual di toko).

Proses pembuatan:

  1. teri dibersihkan;
  2. teri yang telah bersih ditambah air secukupnya, lalu dihaluskan dengan tangan;
  3. tambahkan tepung sedikit demi sedikit hingga mendapatkan tekstur adonan yang diinginkan;
  4. tambahkan sedikit garam untuk menambah rasa gurih;
  5. bentuk pempek sesuai selera, lalu rebus hingga matang (pempek mengapung);
  6. Untuk kuah, rebus gula merah dengan air secukupnya, lalu masukkan cacahan bawang putih dan cabe kering, dan biarkan hingga mendidih.

Hasil:

  1. Teksturnya rapuh ketika dingin;
  2. Warnanya putih keruh dan ada bintik-bintik hitam;
  3. Rasa ikannya kurang terasa, tapi lumayan untuk first timer;
  4. Kuahnya keenceran, dan tidak pedas walaupun cabenya banyak.

Karena senang dengan hasilnya, langsung saya santap, mumpung masih lembut. Tapi, terkesan masih ada yang kurang, yaitu timun. Tak hilang akal, saya tambahkan katsuobushi, taburan yang biasa untuk topping takoyaki, yang tipis dan melayang-layang. Konon, ini terbuat dari tuna skipjack (ikan cakalang).

Maknyus!

Seharian, itu adalah menu makan siang dan malam saya. Sayang, ketika dingin, pempeknya kering dan rapuh. Heran, saya coba mengingat-ingat apa yang kurang. Oh, ternyata putih telur. Iya, seharusnya saya tambahkan putih telur agar adonannya menyatu.

Kalau kering, dimakan pun tidak bisa. Seperti makan tepung. Solusinya, untuk makan malam, pempeknya saya goreng, lalu dipotong-potong.

Lagi-lagi, saya merasa ada yang kurang, cuko pempeknya pun tinggal sedikit. Tahu sendiri, kalau kita di Sumatera, makan kuah pempek itu seperti minum air, dihirup. Mencoba kreatif, saya tuangkan saus sambal dan mayones sebagai cocolan. Jadilah sejenis batagor. Lagi-lagi, mencoba berkreasi, saya tambahkan abon yang memang saya bekal dari rumah.

Bicara soal gizi, ikan teri segar (bukan yang kering/ diasinkan) ternyata memiliki banyak banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Ukurannya memang kecil, tapi dalam 100 gram ikan teri mengandung: 10,3gr protein, 972mg kalsium, 253mg fosfor, 3,9mg zat besi, 0,24mg vitamin B1, dan 1,4gr lemak. Ada juga kandungan vitamin A yang walaupun kecil, tetap membantu dalam memenuhi kebutuhan vitamin A sehari-hari.

Ah, ternyata lumayan bisa saya membuat pempek, gumam saya dalam hati. Meskipun hasilnya tidak memuaskan, yang penting rindu saya akan pempek terobati.

Referensi

  • manfaat.co.id/manfaat-ikan-teri