Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Wisata Kuliner Plus-Plus di Jelajah Gizi Malang (Hari ke-1)

Oleh Yadi Mulyadi 20 Oct 2017

Sebagai Aremania (sebutan untuk komunitas pendukung klub sepak bola Arema Malang yang juga populer sebagai sebutan untuk penduduk dan masyarakat dengan asal kota Malang) yang telah merantau ke Jakarta sejak 2008, hal-hal yang berkaitan dengan kota Malang selalu menimbulkan antusiasme dan keseruan tersendiri bagi saya, tidak terkecuali ketika mendengar adanya program Jelajah Gizi Malang yang diadakan Nutricia Sarihusada. Berbekal submisi 2 foto masakan beserta resep yang bertema “From Local to International”, Rujak Gobet Malang ala saya, di antara 900-an resep yang masuk, berhasil menjadi 1 dari 10 resep terpilih dan golden ticket yang mengantarkan saya berlibur ke Malang, sekaligus pulang kampung.

Bukan sekedar wisata kuliner biasa, program tahunan Jelajah Gizi yang sudah diadakan sejak 2012 merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengeksplorasi nilai gizi di balik keragaman kuliner Indonesia. Setelah sukses mengeksplorasi keempat destinasi sebelumnya yaitu Gunungkidul (Jogjakarta), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bali, dan Manado (Sulawesi Utara), kini giliran kota apel Malang (Jawa Timur) yang akan dijelajahi. Malang pun dipilih bukan tanpa alasan. Keindahan kota, pegunungan yang ada di sekelilingnya, kesederhanaan & keramahan penduduk, keanekaragaman budaya, berbagai tempat pariwisata, semuanya berpadu menjadi magnet dalam menarik wisatawan dan para Aremania rantau untuk selalu pulang. Satu lagi yang menjadi daya tarik tersendiri, bagi segala usia termasuk para kids jaman now, apalagi kalau bukan warisan kulinernya yang ueeenak dan terjangkau serta berpeluang untuk semakin dikenal oleh dunia internasional.

Tiap sudut kota Malang adalah sesuatu yang menarik untuk ditelaah, tiap sisinya mampu memberikan pengalaman berkesan. Mungkin butuh seumur hidup saya untuk menuangkannya ke dalam tulisan, dan seumur hidup kita untuk membacanya (kok mulai lebay ya? Lol.). Maka, berkunjunglah dan kita akan punya cerita masing-masing tentang Malang.

Nah, cemilan udah siap? (Kalau bisa yang sehat, organik dan lokal ya.) Posisi udah wenak? Oke, inilah keseruan saya bergabung dalam Jelajah Gizi Malang 2017. Layaknya judul film, tiga hari untuk selamanya.

Jumat, 13 Oktober 2017

Ketika antusias dan excitement jauh lebih besar daripada rasa kantuk, alarm yang membangunkan lebih cepat dari biasanya pun terasa sangat cincai. Menerjang hawa dingin dalam boncengan ojek online, saya berangkat ke Bandara Halim Perdanakusuma. Sesampainya di sana, kami berkumpul di Bakso Lapangan Tembak Senayan untuk sarapan, berganti kaos kompak Jelajah Gizi Malang berwarna merah putih, dan tentu saja untuk saling mengenal. Bersama 7 peserta blogger lainnya, 16 orang perwakilan media, serta kakak-kakak panitia yang kece dan ramah, tepat waktu kami tinggal landas menuju Malang.

Sesampainya di Malang, Bandara Abdul Rachman Saleh bagian kedatangan yang sederhana namun hangat pun menyambut kami. Setelah mengambil bagasi, tour leader dan tim panitia Malang beserta bus berwarna biru juga telah siap mengantarkan kami dalam mengeksplor kota Malang. Bergabung juga ke dalam rombongan, 2 peserta blogger lainnya yang memang berdomisili di Malang.

Berfoto bersama di Bandara Abdul Rachman Saleh

Sebelum sampai di destinasi pertama pun, jelajah gizi kuliner lokal sudah dimulai. Di dalam bus, kami menikmati makanan ringan dari Toko Kue Sara berisi Roti Cokelat, Tahu Brontak Sambal Petis, dan yang paling unik (maaf) Pipis Kopyor. Tahu Brontak adalah salah satu aneka gorengan khas Malang yang mudah ditemui di warung-warung makan atau pedagang kaki lima. Dinamakan Tahu Brontak karena kita akan menemukan isi-isian yang memberontak seperti ingin keluar dari dalam tahu goreng. Tahu Brontak cukup seimbang nilai gizinya karena berisi aneka sayuran seperti wortel, tauge atau kecambah, dan seledri. Tahu Brontak akan semakin nikmat dimakan dengan cabai rawit hijau dan cocolan sambal petis. Berikutnya adalah Pipis Kopyor. Menu dessert yang lebih dikenal di daerah Jawa Tengah ini adalah sajian bubur atau puding tepung beras, kelapa kopyor, dengan santan gurih dan gula merah yang saking nikmatnya sampai bikin saya lupa foto.

Sebelum menjelajahi Malang, kami akan menjelajahi kota Batu terlebih dahulu. Beberapa saat sebelum waktu sholat Jumat tiba, kami telah sampai di Warung Khas Jawa yang berlokasi tidak jauh sebelum masuk ke pusat kota Batu. Setelah melaksanakan sholat Jumat di Masjid At-Taqwa tepat di seberang Warung Khas Jawa, kami berkumpul di dalam warung. Warung yang tidak menggunakan penyedap rasa karena selalu memilih bahan-bahan segar ini buka dari pagi hingga pukul 8 malam kecuali pada hari Jumat, dari seusai Jumatan hingga pukul 8 malam. Warung yang menyediakan masakan Jawa pada umumnya ini mendapat pengaruh kuliner Malang dan Solo yang memang merupakan kota asal keluarga pemilik warung, Pak Sukarli. Beliau mengatakan bahwa harga yang ditawarkan relatif, sesuai dengan kualitas dan rasa yang diberikan.

Sesampainya saya di lantai 2 warung, berbagai menu makan siang untuk kami pun telah tersaji di meja. Menu-menu nostalgia, bagi saya. Di meja bundar ada menu Ayam Bumbu Rujak (bukan rujak buah atau sayur ya, tapi mirip bumbu rendang dengan versi lebih ringan dan manis yang merupakan signature menu dari Warung Khas Jawa), Urap-Urap (sayur-sayuran rebus dengan bumbu kelapa parut), dan Pecel (sayur-sayuran rebus dengan sambal kacang). Di meja panjang terdapat Tahu Goreng, Tempe Goreng, Perkedel Jagung (di Malang disebut dadar jagung), Mendol, Menjes, Mie Goreng, Krengsengan, Serundeng, Tumis Buncis, Kering Tempe (Orek Tempe), dan lalapan. Dari sekian banyak menu, mungkin Mendol, Menjes dan Krengsengan lebih jarang terdengar dan dijumpai di Jakarta.

Mendol adalah menu olahan tempe yang dicampur dengan bumbu-bumbu seperti bawang (bawang putih), brambang (bawang merah), kencur, ketumbar dan daun jeruk yang kemudian dibentuk bulat memanjang dan digoreng. Mendol biasanya menjadi lauk pendamping pecel dan rawon. Selain menggunakan tempe biasa, terdapat pula mendol yang dibuat dengan menggunakan tempe yang terfermentasi lebih lama (biasa disebut tempe bosok/ busuk) untuk mendapatkan rasa masam yang khas. Mendol bisa digoreng biasa atau digoreng hingga garing sampai ke bagian dalam.

Menjes juga terbuat dari kedelai. Menjes kasar atau menjes kacang terbuat dari kedelai hitam (ampas tempe) atau campuran kacang, kedelai, serat singkong, dan bungkil tempe. Sementara menjes halus terbuat dari ampas tahu dan ampas kelapa. Sedangkan Krengsengan adalah olahan potongan daging dan jerohan sapi atau kambing dengan kecap dan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, dan pala yang dihaluskan terlebuh dahulu.

Selain makan siang, dalam pembukaan Jelajah Gizi juga disampaikan sejarah program Jelajah Gizi serta berbagai informasi menarik dan edukatif seputar nutrisi. Satu hal yang cukup menarik perhatian saya adalah informasi bahwa terkadang seseorang tidak sadar jika ia sedang menginap hidden hunger, yaitu kondisi kekurangan gizi tak kasat mata karena tidak tercukupinya micro nutrients dalam tubuh seperti zat besi, yodium, asam folat, vitamin A dan beberapa jenis vitamin B. Hidden hunger biasanya tercermin dalam angka kematian ibu dan bayi.

...

Apel.

Kita pasti tahu kalau apel sudah menjadi maskot sekaligus icon untuk kota Malang dan Batu. Maka tepat sekali jika destinasi berikutnya adalah berkunjung ke Kusuma Agrowisata Batu. Di sini, kita dapat menikmati pemandangan kota Batu yang spektakuler, memetik apel secara langsung, mengetahui proses pembuatan produk-poduk olahan apel, serta makan apel sepuasnya. Terdapat dua jenis apel ketika saya berkunjung kesana, yaitu apel Manalagi dan apel Anna. Apel Manalagi berwarna hijau, rasanya manis dan bertekstur lebih keras sedangkan Apel Anna berwarna hijau kemerahan, rasanya sedikit lebih asam dan bertekstur lebih renyah.

Di sinilah para blogger dan media secara acak dibagi ke dalam 5 kelompok agar dapat semakin akrab demi menyelesaikan tantangan demi tantangan. Saya pun tergabung dalam tim yang beranggotakan Mba Dyah, Mba Ratri, dan Teh Maya serta diketuai oleh Mas Verry. Kami pun menentukan Bakoel Apel sebagai nama tim serta membuat yel-yel seru.

Hari semakin sore dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Museum Angkut. Museum yang dibuka sejak 2014 ini berisi koleksi moda transportasi yang sangat beragam dari seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Konsep ruangan dan penataan alat transportasi yang dibuat semirip mungkin dengan latar belakang aslinya menambah sensasi dan atmosfer nyata. Setelah berkeliling, akhirnya Tim Bakoel Apel berhasil menyelesaikan tantangan pertama yaitu merekam video yel-yel dan berfoto bersama dengan mobil kuning 4x4 koleksi transportasi zona Perancis.

Selain moda transportasi, terdapat pula foodcourt bertema Pasar Apung dan mini museum D’Topeng yang berisi koleksi batik, topeng, serta benda-benda bersejarah Indonesia lainnya. Di Pasar Apung ini pula terdapat tantangan berikutnya, yaitu menyusun puzzle dan membeli makanan tradisional Malang seperti Menjes, Cwie Mie dan Tahu Telor. Tantangan pun selesai pada pukul 7 malam dan kami kembali ke bus untuk melanjutkan eksplorasi.

Pupuk Bawang Cafe & Dining.

Ketika memasuki resto, ruangan nampak seperti restoran pada umumnya. Namun ketika memasuki halaman luar dan turun ke halaman belakang, gemerlap lampu perumahan penduduk di tengah gelapnya malam menjadi pemandangan yang luar biasa menenangkan dan menyenangkan. Di halaman belakang yang secara khusus dipesan untuk rombongan kami terdapat beberapa meja berisi menu makan malam seperti Sempol Ayam (cilok ayam yang digoreng), Rawon, Mie Setan (Cwie Mie pedas), Ketan, dan Angsle (minuman hangat mirip kolak yang berisi petulo, roti tawar, mutiara, kacang hijau, kacang goreng dengan kuah santan manis). Di tengah kami terdapat pula menu Bakso Malang yang disajikan di dalam gerobak dorong lengkap dengan bapak penjualnya. Beberapa bean bag dan meja kecil yang diletakkan di atas rumput semakin menambah nuansa casual dan santai malam itu. Seketika waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam dan kami pun menuju Jambuluwuk Batu Resort untuk beristirahat.