Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Wisata Kuliner Plus-Plus di Jelajah Gizi Malang (Hari ke-2 dan 3)

Oleh Yadi Mulyadi 20 Oct 2017

Berikut merupakan lanjutan keseruan Jelajah Gizi Malang pada hari ke-2 dan ke-3.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Padatnya kegiatan ditambah dengan hawa kota Batu yang sejuk membuat tidur saya semalam nyenyak banget. Setelah sarapan di resort, kami pun check out dan bersiap menuju Coban Rondo untuk melakukan berbagai aktivitas outdoor. Kegiatan dimulai dengan foto tim dan pemanasan singkat yang juga semakin menambah keakraban peserta. Beberapa games yang kami lakukan di Coban Rondo adalah games tebak makanan, tebak manfaat nutrisi, memecahkan teka-teki labirin, dan mengubah ban menjadi taman mini. Teka-Teki Labirin menjadi games yang paling berkesan bagi saya. Bagaimana tidak, keempat anggota dipersilakan masuk ke dalam labirin tanaman hijau setinggi 2 meter untuk mencari 4 buah clue dan saya sebagai pemandu harus naik ke atas menara untuk mengarahkan mereka menggunakan kode pengganti kata kanan, kiri, depan, dan belakang. Permainan semakin heboh karena kelima tim masuk ke dalam labirin secara bersamaan. Tak disangka, tim kami, tim Bakoel Apel berhasil menjadi tim pertama yang mendapatkan semua clue dan menyelesaikan teka-teki.

Wefie Tim Baoel Apel

Masih di area Coban Rondo, kami pun makan siang di sebuah cafe outdoor ngehits bernama Dancok atau Daun Coklat. Sebenernya Cafe Dancok hanya menyediakan minuman dan makanan ringan sebagai teman nongkrong dan menikmati pemandangan sekitar. Tapi spesial untuk rombongan Jelajah Gizi Malang, sang pemilik langsung turun tangan dalam memasak dan menyajikan snack lokal favorit seperti Bola-Bola Pisang, Tahu Brontak Crispy, Serabi (Rangi) dan Risol Rebung. Tidak ketinggalan berbagai kuliner utama seperti Entok (Itik) Pedas, Urap, Ayam Goreng, Bakmie Goreng, Capcay serta Es Buah. Entok Pedas super empuk dengan rempah-rempah yang kaya menjadi sajian favorit saya.

Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, ahli gizi yang ikut dalam Jelajah Gizi ini mengatakan bahwa sebenarnya setiap makanan adalah baik asalkan dikonsumsi secara seimbang dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Beliau juga bercanda bahwa sebenarnya kolestrol tidak ada di makanan. Adanya entar di hasil uji lab. Hahaha. Salah satu nasehat beliau yang saya ingat adalah, untuk menurunkan berat badan atau mencapai berat yang proporsional, ada baiknya jika kita menerapkan konsep T-shape pada piring makan yaitu 25% berisi nasi atau karbo, 25% berisi lauk, dan 50% berisi sayuran. Dengan demikian, kenyang yang kita rasakan adalah kenyang yang penuh serat dan nutrisi.

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan yang saya tunggu-tunggu yaitu demo masak Rawon Steak oleh finalis Masterchef Junior Indonesia, Chef Revo yang masih berusia 14 tahun. Sejalan dengan tema Jelajah Gizi Malang, kegiatan memasak kali ini juga bertujuan untuk membawa bahan-bahan dan kearifan kuliner lokal ke dalam sajian berkelas internasional. Setelah itu, kelima tim ditantang membuat masakan yang sama sesuai dengan arahan dan tips yang telah diberikan. Setelah melalui proses penjurian yang ketat, tim Bakoel Apel pun berhasil memenangkan kompetisi memasak. Kegiatan masak-memasak pun diakhiri dengan menikmati sajian Teh Bunga Telang yang telah dibuat oleh Chef Revo untuk semua peserta.

Rawon Steak with Salted Egg Crumbs ala Tim Bakoel Apel

Salah satu makanan atau bahan makanan yang begitu melekat dengan kota Malang adalah tempe. Desa Sanan Malang sebagai sentra industri rumahan yang bergerak dalam pembuatan tempe tentu saja menjadi destinasi yang sayang jika dilewatkan. Meskipun sebagian besar proses pembuatan tempe dilakukan pada pagi hari, tim PKK dan paguyuban produsen tempe Sanan tetap mengajak kami berkeliling dan memperlihatkan sebagian proses pembuatan tempe di balai desa. Salah satu keunikan yang kami saksikan adalah, proses pemotongan tempe sebagai bahan keripik tempe ternyata dilakukan secara manual meskipun sebenarnya tersedia mesin pemotong. Hal ini dilakukan karena tangan manusia lebih mampu menyesuaikan dengan kondisi dan tekstur tempe yang tidak selalu sama sementara mesin hanya mampu mengiris tempe yang memiliki standar kepadatan tertentu. Sebelum pulang, kami mendapat oleh-oleh tempe fresh yang baru diragi dan dibungkus, serta sekardus keripik tempe.

Setelah berburu oleh-oleh di Goedang Oleh-Oleh, kami menuju Taman Indie Resto untuk makan malam sekaligus malam penganugerahan juara aneka kompetisi yang diadakan selama 2 hari. Tak dapat dipungkiri, makan malam terakhir di Jelajah Gizi Malang ini menjadi momen yang sangat berkesan. Bukan hanya karena Tim Bakoel Apel berhasil memenangkan Grup Terbaik Outing dan Grup Terbaik Photo Competition, namun juga karena makanan yang tersaji uenaaak-enak dan lengkap. Ada Pangsit Cwie Mie, Tahu Telor, Tahu Campur (hidangan berkuah gurih berisi lontong, mie soun, tahu, selada, daging sapi, lento/perkedel singkong, dan petis), Rujak Cingur, Sop Buntut, Sate Ayam, Ikan Bakar, dan Tempe Penyet. Suasana semakin meriah dengan adanya penampilan live band dan tari topeng. Setelah itu, rombongan menuju ke Hotel Ijen Suite untuk beristirahat sementara saya memilih untuk berkunjung sekaligus menginap di rumah untuk bertemu dengan ayah dan adik-adik saya.

Tim Bakoel Apel sebagai Tim Terbaik

Minggu, 15 Oktober 2017

Pukul 8 pagi kami berangkat dari hotel menuju Kampung Wisata Jodipan di bantaran Daerah Aliran Sungai Brantas. Kampung Wisata yang ada sejak tahun 2016 ini sengaja dihadirkan dengan konsep penuh warna untuk mengubah kesan kumuh yang dulu melekat. Terdapat 2 kampung wisata Jodipan di sini yaitu Kampung Tridi dan Kampung Warna Warni yang hanya dibatasi sungai dan tersambung oleh Jembatan Kaca. Jika Kampung Warna-Warni secara umum berisi rumah-rumah warga dengan warna yang berbeda, Kampung Tridi hadir lebih spesifik dengan ratusan lukisan 3D (tridi) yang dapat menimbulkan ilusi tertentu.

Sebelum kembali ke Jakarta, rombongan Jelajah Gizi Malang berfoto bersama di Tugu dan Balai Kota Malang dan menikmati makan siang di Rumah Makan Inggil. Bukan sembarang rumah makan, Rumah Makan Inggil hadir dengan gabungan konsep resto dan museum. Beberapa benda koleksi Rumah Makan Inggil antara lain kaset, silsilah keluarga para Bupati Malang, foto-foto pra merdeka, alat-alat musik di zaman kolonialisme, hingga alat pengeriting rambut. Sekitar pukul 4 sore kami tiba kembali di Bandara Halim Perdanakusuma dan saling berpamitan untuk kembali mengeksplorasi kehidupan masing-masing. Hahaha.

Sekian dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Nutricia Husada, seluruh tim panitia yang kece-kece, dan teman-teman peserta baik blogger atau media atas kesempatan dan pengalaman mengikuti Jelajah Gizi Malang. Mau ikut lagi dan lagiii.