Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Pencernaan Sensitif Pada Anak dan Cara Mengatasinya

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016

Sahabat nutrisi,

Apakah si kecil pernah mengalami sakit perut, diare atau justru susah BAB? Memang ketiganya merupakan ‘penyakit’ yang biasa terjadi pada anak-anak. Akan tetapi jika sering terjadi, maka itu bisa jadi pertanda bahwa pencernaannya mengalami masalah. Ternyata sebanyak 30 persen anak mengalami gangguan pencernaan, dan 3 dari 10 anak mengalami pencernaan sensitif. Masalah ini pastinya akan mempengaruhi tumbuh kembang si kecil.

Untuk membahas masalah pencernaan sensitif pada anak, dan sekaligus cara praktis mengatasinya, pada Kamis 28 April 2016 lalu, Nutrisi Untuk Bangsa bersama Sarihusada mengadakan acara NutriTalk, di Dua Mutiara 1 Ballroom, Hotel JW Marriott, Jakarta. Acara ini juga dihadiri oleh banyak awak media dan blogger.

Acara yang dipandu oleh MC Lula Kamal ini dibuka oleh Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada. Pada kesempatan ini, beliau menjelaskan bahwa Nutritalk adalah forum diskusi yang diselenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan kesehatan anak kepada masyarakat luas. “Dan hari ini masyarakat diajak untuk meningkatkan pengetahuannya tentang peran saluran cerna bagi optimalisasi tumbuh kembang dan langkah praktis untuk mengatasi saluran cerna sensitif.” tambahnya.

Dr. Badrul Hegar, PhD, SpA(K), Konsultan Gastrohepatologi RS Cipto Mangunkusumo tampil sebagai pembicara pertama pada acara Nutritalk ini.

Dalam kesempatan ini, Dr. Hegar menjelaskan bahwa semua penyakit berasal dari saluran cerna. Itulah kenapa kita sama sekali tidak boleh mengabaikan gangguan pada saluran cerna. Terlebih, gangguan pada saluran cerna ini akan mempengaruhi sistem imun pada anak.

“Sekitar 70-80% sel imun dihasilkan oleh saluran cerna dan proses ini berkembang pesat pada satu tahun pertama kehidupan. Saluran cerna sehat diharapkan dapat menoleransi makanan yang masuk ke dalam tubuh anak dan meningkatkan proteksi terhadap kuman penyakit.” papar Dr. Hegar.

Imun pada tubuh tidak secara otomatis terbentuk saat lahir, akan tetapi berkembang terus seiring dengan pertambahan umur. Bayi yang mendapatkan ASI mempunya daya tahan/imun tubuh yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI. Dokter Hegar juga menambahkan bahwa dari 2879 bayi yang diteliti, sebanyak 54,9 persennya mengalami masalah pada saluran cerna. Sebanyak 3,2 persen dari mereka yang mengalaminya harus menjalani perawatan, dan sebanyak 60 persen harus mengganti susu yang dikonsumsi.

Masalah pencernaan yang umum terjadi adalah diare, konstipasi atau sakit perut/kolik yang disebabkan produksi gas yang berlebih dalam saluran cerna. Diare merupakan penyebab kematian nomor dua di Indonesia bagi 15-17 persen anak balita.

Penyebab utama diare pada anak di bawah usia 3 tahun adalah Rotavirus, kata Dr. Hegar, sehingga tidak membutuhkan antibiotik. Pertolongan pertama pada diare adalah:

  • Menjaga agar tubuh tidak mengalami dehidrasi
  • Tetap memberikan ASI Ekslusif pada bayi
  • Memberikan MPASI yang sesuai waktu dan kebutuhan
  • Berikan Zinc selama 10 hari, karena akan mencegah diare terulang dalam 3 bulan setelahnya
  • Menjaga kebersihan
  • Pemberian antibiotika, jika penyebab diare adalah bakteri yang dibuktikan dengan hasil laboratorium
  • Edukasi, terutama tentang masalah pencernaan sensitif.

Selain diare, gangguan pencernaan lain yang terjadi pada 12 persen balita di Indonesia adalah konstipasi, yang gejalanya adalah buang air kurang dari 3 kali dalam seminggu, mengalami kesulitan BAB, merasa nyeri saat BAB, serta tinja yang keras.

Konstipasi dapat dicegah dengan memberikan ASI ekslusif serta melakukan toilet training saat anak sudah cukup usia, biasanya sekitar 2-3 tahun, dan cukup siap secara fisik dan mental. Asupan makanan juga harus diperhatikan, karena kalsium dan whye protein bisa menyebabkan tinja keras. Sementara penanganan konstipasi adalah dengan mencukupi kebutuhan serat, tidak kurang juga tidak lebih.

Dr. Hegar juga menambahkan bahwa saluran cerna yang sehat berarti dapat menjalankan fungsinya dengan optimal, tidak saja mencerna dan menyerap makanan, tetapi juga sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Beliau mengatakan bahwa saluran cerna bayi yang mendapatkan ASI ekslusif didominasi oleh bakteri baik seperti lactobacillus yang mengolah bahan makanan hingga gizi terserap. Oleh karena itu, ASI ekslusif selama 6 bulan menjadi sangat penting, pungkas Dr. Hegar.

Konsultan tumbuh kembang anak, DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) yang tampil sebagai pembicara kedua mengatakan bahwa tumbuh kembang yang maksimal terjadi pada periode kritis anak, yaitu pada usia dini. Dan jika kesempatan ini lewat, kita tidak dapat mengulanginya.

“1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan window of opportunity tidak hanya untuk perkembangan pencernaan yang sehat saja tetapi juga merupakan masa kritis untuk perkembangan otak anak. Sehingga bila terdapat gangguan pencernaan pada periode tersebut akan berisiko tinggi berdampak pada pertumbuhan anak” kata Dr Ahmad Suryawan, membuka pembicaraan.

Saluran cerna, kata Dr Ahmad, mempengaruhi penyerapan nutrisi dan berhubungan dengan tumbuh kembang dan perkembangan anak. Karena saluran cerna adalah jalur masuk nutrisi ke otak sekaligus saluran komunikasi untuk merespon pesan-pesan dari luar. Interaksi dua arah antara otak dan saluran cerna (Gut-Brain Axis) yang lancar akan memaksimalkan tumbuh kembang anak.

Anak yang mengalami masalah pada gangguan cerna tidak hanya akan mendapatkan masalah dalam hal berat dan tinggi badan, body mass index serta lingkar kepala, tetapi juga dalam hal panca indera seperti penglihatan dan pendengaran, motorik, bicara-bahasa dan masalah sosial emosional. Pada akhirnya akan menimbulkan kendala dalam pencapaian prestasi akademik maupun perilaku sosial dan bermasyarakat.

Pencernaan yang terganggu secara langsung akan mempengaruhi kerja otak, karena itu pencernaan yang sehat akan membuat kerja otak maksimal. Misalnya diare, selain mengurangi pertumbuhan tinggi dan berat badan anak, jika terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun akan mempengaruhi IQ hingga sekitar 10 poin, dan akan berisiko mengalami keterlambatan sekolah. Sementara konstipasi akan memperbesar risiko gangguan perilaku anak hingga 4 kali lipat.

Nutritalk dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, yang ternyata diminati oleh banyak peserta. Kemudian ditutup dengan mengumumkan pemenang kompetisi livetweet selama acara Nutritalk berlangsung.

Dengan adanya Nutritalk yang membahas pedoman praktis mengatasi pencernaan sensitif pada anak ini diharapkan orangtua tidak lagi menyepelekan gangguan pada masalah pencernaan, agar tumbuh kembang si kecil tidak terganggu.