Mengenal cairan ketuban

Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 08 Jul 2016

Sahabat nutrisi,

Janin di dalam kandungan tumbuh dan berkembang di dalam kantung yang berisi cairan, namanya cairan ketuban atau amnion. Cairan ini menemani dan memenuhi kebutuhan janin, serta melindunginya dari benturan. Ketuban juga dapat menjadi indikasi adanya masalah pada janin atau plasenta.

Cairan ketuban terbentuk setelah kira-kira dua minggu setelah pembuahan, dan mengisi kantung ketuban. Awalnya hanya berupa air biasa, sampai mencampai usia 10 minggu. Ketuban menjadi kaya akan zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, fosfolipid, urea dan elektrolit yang bermanfaat untuk membantu pertumbuhan janin.

Dengan semakin bertumbuhnya janin, jumlah cairan ketuban juga meningkat, dan mencapai puncaknya ketika kehamilan memasuki usia 34 minggu dengan jumlah mencapai 800 mililiter. Pada saat persalinan, air ketuban dapat mencapai 2 liter.

Berikut beberapa fungsi cairan ketuban:

  • Sebagai pelindung bagi janin dari benturan atau gerakan mendadak
  • Melindungi dari infeksi
  • Jalan makanan janin
  • Membantu perkembangan bagian tubuh janin, seperti paru-paru, tulang, otot, serta sistem pencernaan
  • Menjaga suhu tubuh janin agar stabil dan hangat
  • Membantu janin mengenal berbagai citarasa makanan yang dikonsumsi ibu

Jumlah cairan ketuban tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Karena dapat mengakibatkan berbagai masalah, di antaranya:

Jika cairan ketuban terlalu banyak (polihidroamnion) akan menyebabkan:

  • Peregangan rahim, sehingga memicu kontraksi sebelum waktunya.
  • Menekan diafragma ibu sehingga memicu gangguan pernapasan.
  • Membuat letak janin tidak normal.
  • Persalinan prematur atau persalinan sesar.
  • Memicu kematian janin dalam kandungan.
  • Menyebabkan komplikasi plasenta, misalnya terlepas dari perlekatannya.
  • Menyebabkan perdarahan pascapersalinan.


Sementara cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidroamnion) akan menyebabkan:

  • Kecacatan, hingga keguguran, jika terjadi di trimester pertama
  • Jika kekurangan cairan ketuban terjadi pada trimester kedua akan mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang janin
  • Sementara kekurangan cairan ketuban yang terjadi menjelan persalinan akan meningkatkan risiko komplikasi persalinan, yang menyebabkan persalinan lama atau macet.