Diet Untuk Ibu Hamil

Oleh Nurulabidah Igunawan 14 Mar 2012

“Ayo Dukung Bunda: Kesehatan Bunda Kesehatan Kita”

beberapa hari lalu saya mendapat tugas kuliah dari dosen. salah satu pertanyaannya yaitu “Mengapa memantang makanan yang dilakukan oleh ibu hamil dapat mempengaruhi ibu & janin?Jelaskan secara singkat!”
dan tentu saja mencari artikel, sumber bacaan menjadi wajib untuk menjawab pertanyaan tersebut. salah satu yang saya lakukan untuk menemukan jawaban tersebut ialah dengan searching via internet. tentu saja segudang informasi saya dapatkan terkait pertanyaan tersebut. perlu ditelaah lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan. tentu saja, disitulah proses belajar berlangsung. dengan membaca, memahami, meringkas kemudian ditulis ulang pada kolom jawaban.
dari pengalaman tersebut saya belajar mengenal lebih dekat pola konsumsi ibu hamil.
banyak sekali faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi seorang ibu selama hamil.
mulai dari makanan pantangan, makanan yang dianjurkan, mitos-mitos, saran dokter maupun saran orang tua yang telah membudaya. hal tersebut jika tidak disikapi dengan bijak atau asal-asalan dapat berdampak negatif bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.

Salah satu anjuran untuk ibu hamil yaitu mengikuti diet hiperemis gravidarum.
Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
1. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2. Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
- Roti panggang, biskuit, crackers
- Buah segar dan sari buah
- Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

II. DIET PRE EKLAMPSIA

Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
Mencapai keseimbangan nitrogen
Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3. Protein tinggi (1 ½ - 2 gr/kg berat badan)
4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
1. Diet Pre eklampsia I
Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
2. Diet Pre eklampsia II
Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
3. Diet Pre eklampsia III
Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

III. DIET ANEMIA

Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
1) Makanan yang kurang bergizi.
2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

*berbagai sumber

http://nutrisiuntukbangsa.org/blog-writing-competition/
Lomba Blog NuB