Edukasi Dini Menyambut Buah Hati
Oleh Bidan Nurifah Siregar (Ketapang, Kalimantan Barat)
Angka kematian ibu dalam persalinan sangat tinggi di Indonesia, sebab itu ibu hamil memerlukan bekal khusus mengenai kehamilan melalui kelas ibu hamil.
Kelas dengan metode belajar orang dewasa (BOD) tersebut berfokus pada upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil melalui model ceramah, tanya jawab, demonstrasi, praktek, curah pendapat dan penegasan.
Dalam kelas tersebut ibu hamil belajar mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, hingga meluruskan mitos yang selama ini ada di masyarakat.
Tidak hanya itu, dalam kelas ibu hamil yang dilaksanakan Bidan Nurifah Siregar, calon ayah dan anggota keluarga lain juga dilibatkan dalam kelas tersebut minimal dalam satu kali pertemuan. Dengan demikian pengetahuan menyeluruh juga dimiliki anggota keluarga agar lebih tanggap jika terjadi sesuatu pada ibu hamil.
Adapun program bidan Nurifah tersebut telah terselenggara sejam 16 September 2012 dengan diikuti 12 ibu hamil. Dalam kelas tersebut juga dilaksanakan pemantauan kondisi ibu hamil setiap pertemuan agar diketahui kemajuan masing-masing orang.
Selain itu kelas ibu hamil juga memiliki program makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil sehingga ibu hamil paham betul asupan yang diperlukan dan yang sebaiknya tidak dikonsumsi.
Dalam setiap kelas ibu hamil juga mendapatkan tes sebelum dan sesudah kelas. Dengan demikian diketahui kemajuan pengetahuan masing-masing orang.
Hamil Sehat Ibu belia
Oleh Bidan Siti Kholifah (Pacitan, Jawa Timur)
Kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja bukanlah hal yang cukup mengejutkan bagi masyarakat di Desa Ploso. Kurangnya edukasi seks membuat anak muda berperilaku seksual membahayakan yang salaha satunya berujung pada kehamilan.
Siti Kholifah yang telah 20 tahun menjadi Bidan yang bertanggung jawab di wilayah tersebut menyaksikan banyak kehamilan pada remaja SMP, atau dalam rentang usia 12 tahun--15 tahun. Padahal organ reproduksi perempuan baru benar-benar siap menerima janin pada usia 20 tahun ke atas.
Hal tersebut merupakan salah satu, dan bukan satu-satunya, alasan bidan berusia 40 tahun ini mengadakan kelas ibu hamil di wilayah Ploso.
Dia mengungkapkan ada bahaya laten kekurangan gizi pada ibu hamil di wilayah tersebut. Selain itu penanganan kehamilan juga sering kali tidak tepat lantaran beberapa masyarakat masih percaya pada dukun. Kondisi tersebut semakin parah untuk kasus kehamilan remaja yang sering kali tidak menjadi perhatian pada usia kehamilan awal.
Begitu banyaknya kasus kehamilan pada remaja Ploso bahkan terlihat dari komposisi peserta kelas ibu hamil yang setengahnya adalah remaja.
Tentu bukan hal yang mudah untuk mengajarkan pentingnya gizi bagi ibu hamil kepada calon ibu yang masih terlalu muda itu. Hal tersebut membuat Siti harus menggunakan pendekatan yang lebih personal: mendatangi rumah para remaja hamil tersebut, satu-persatu.
Meski para remaja tersebut mau datang ke kelas ibu hamil, persoalan belum selesai. Remaja yang merasa malu menjadi sangat tertutup dan tidak aktif di dalam kelas. Sehingga dibutuhkan lebih banyak pendekatan personal di kelas agar remaja ini mau terbuka.
Sebab itu pada kelas ibu hamil tidak hanya diajarkan persoalan gizi ibu hamil dan perawatan bayi, tetapi juga mencakup kampanye kesehatan reproduksi dan seksualitas yang lebih luas seperti proses pembuahan dan penggunaan alat kontrasepsi.
Dalam kelas-kelas ini Siti mengaku fokus pada usaha untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Sehingga saat melahirkan diharapkan keduanya selamat.
Pendekatan juga dilakukan kepada keluarga dan para calon ayah. Artinya keluarga dan calon ayah juga harus mengikuti sesi khusus yang telah disiapkan dalam kelas ibu hamil. Dengan demikian diharapkan proses menjaga kehamilan dan kesehatan ibu dan janin dapat dilaksanakan intens.
Meski Siti dan pemerintah desa telah berusaha melakukan kampanye mengenai hubungan seks di luar pernikahan tetapi hingga saat ini kasus KTD pada remaja masih terjadi di Ploso.
Kabar baiknya, jika hal tersebut terjadi, setidaknya bidan Siti Kholifah siap sedia mendampingi dan memastikan calon ibu dan bayi selamat. Bahkan dia juga memastikan agar remaja tersebut siap menjadi ibu, memiliki informasi yang memadai dan dapat mempraktekan pada anaknya kelak.
Menepis Ironi di Ladang Garam
Oleh Bidan Kasriyatun (Pati, Jawa Tengah)
Salah satu wilayah dengan ladang garam di Indonesia adalah Desa Bangsalrejo, Pati. Bangsalrejo juga memiliki banyak pabrik pengolah garam.
Sementara garam menjadi salah satu mineral yang penting untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan yodium, masyarakat bangsalrejo justru kerap kali mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium.
Hal tersebut terungkap saat siswa SD di wilayah tersebut diminta membawa garam konsumsi di rumahnya, terbukti hanya 30% dari total murid yang membawa garam dengan kandungan yodium cukup. Sementara sisanya banyak menggunakan garam rosok dan garam briket yang tidak memiliki cukup kandungan yodium.
Melihat kenyataan tersebut Bidan Kasriutan mencoba mendeteksi konsumsi yodium pada ibu hamil yang kerap mengikuti penyuluhan. Dari proses deteksi tersebut terbukti hanya 16% atau 4 orang dari 25 ibu hamil yang mengonsumsi garam dengan kadar yodium cukup. Padahal kekurangan yodium tidak hanya dapat mengakibatkan gondok tetapi juga keguguran, hingga tumbuhnya sel kanker.
Usai indikator-indikator tersebut jelas, bidan berusia 37 tahun ini mulai melakukan sosialisasi mengenai pentingnya yodium bagi kesehatan, juga secara khusus pada ibu hamil.
Sosialisasi diawali dengan pelatihan kader, baru kemudian diberikan kepada masyarakat luas agar lebih optimal.
Dalam masa sosialisasi tersebut kader juga melakukan penyaringan melalui palpasi gondok. Dalam proses palpasi tersbeut ditemukan tiga ibu hamil yang menderita gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
Tidak hanya sampai di situ, Bidang yang sejak masa jabatannya pada 1998 telah bekerja di wilayah Bangsalrejo ini juga mengajak warga untuk mengolah sendiri garam dengan kadar yodium mencukupi.
Dengan bantuan dari pabrikan garam yang ada di sekitar, serta beberapa kali penyuluhan, kini masyarakat sudah bisa memproduksi garam yodium mereka. Sehingga diharapkan tak lagi ada Gaky di lumbung garam