Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

7 Makanan Kreatif ++ Dari Gunungkidul

Oleh andreas 12 Nov 2012

Gunungkidul, sebuah kabupaten di Selatan Yogyakarta adalah kawasan yang telah dihuni manusia sejak kurang lebih 700 ribu tahun yang lalu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya temuan arkeologis terutama di Kecamatan Ponjong. Ketika itu, manusia purba kebanyakan menetap di dalam goa. Ya, keadaan geologis Gunungkidul sebagian besar adalah perbukitan dan pegunungan kapur, yang merupakan bagian dari Pegunungan Sewu, dengan banyak goa di dalamnya.

Wilayah karst sangat identik dengan minimnya ketersediaan air. Begitu juga kondisi alam di Gunungkidul. Di kabupaten dengan ibukota Wonosari ini, air menjadi sesuatu yang sangat mewah, apalagi ketika memasuki musim kemarau. Sering terjadi bencana kekeringan yang panjang.

Tanah yang berkapur dan jarangnya mata air, membuat masyarakat Gunungkidul hidup dalam kesusahan. Menanam padi yang menjadi bahan makanan pokokpun sangat susah dilakukan. Tanahnya tidak bagus untuk menanam padi. Jenis tanah yang kering hanya cocok ditanami umbi-umbian semacam singkong, talas, ketela ataupun padi jenis gogo yang ditanam di ladang dan hanya mengandalkan curahan air hujan.

Keadaan yang sulit dan terjepit itulah yang membuat masyarakat Gunungkidul mau tidak mau harus bertindak kreatif

Mereka memanfaatkan segala keterbatasan sumber daya alam untuk menyambung kehidupan. Salah satunya mengolah singkong dan lainnya untuk dijadikan bahan makanan pokok pengganti nasi. Namun siapa sangka, berbagai sumber makanan pengganti itu mempunyai nilai gizi yang baik, bahkan setara dengan sumber makanan pokok di daerah subur. Oh, God is good! Dia tak akan membiarkan umatnya hidup dalam kesengsaraan.

Untuk membuktikan semua itu, weekend lalu saya menghabiskan waktu di Gunungkidul, mengikuti program Jelajah Gizi yang diselenggarakan oleh Sari Husada. Disana saya beserta beberapa teman blogger dan media diajak untuk lebih mengenal panganan alternatif yang ada di Gunungkidul. Bersama seorang ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ahmad Sulaiman, kami mendapat penjelasan akan kandungan gizi setiap makanan. Inilah tujuh makanan hasil olahan kreatif warga Gunungkidul yang saya temui. Tidak hanya rasanya yang lezat, namun makanan-makanan ini mengandung berbagai gizi yang bermanfaat bagi tubuh, cekidot…

1. Thiwul dan Gathot

Thiwul

Thiwul dan gathot adalah hasil olahan dari gaplek, singkong yang dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari. Seperti yang kalian tahu, singkong banyak dibudidayakan oleh masyarakat Gunungkidul dan dijadikan makanan pokok pengganti nasi. Tanah Gunungkidul yang kering memungkinkan tanaman umbi-umbian tumbuh subur. Nah, kedua makanan ini sudah terbukti mampu mengeluarkan masyarakat Gunungkidul dari kelaparan di musim kemarau. Karena gaplek dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama dan dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai makanan, seperti gathot dan thiwul ini.

Selain itu kedua makanan ini mengandung gizi yang baik bagi tubuh. Di dalam thiwul terkandung karbohidrat yang menjadi sumber energi bagi tubuh. Gathot bagaimana?! Gathot lebih beragam lagi kandungan gizinya. Karena melewati proses fermentasi, pada gathot tumbuh bakteri lactobacillus yang tergolong bakteri prebiotik, baik untuk pencernaan. Selain itu, masih terdapat karbohidrat, protein dan vitamin B.

Gathot

Kini, thiwul dan gathot telah dimodifikasi sedemikian rupa, ditambahkan gula merah, parutan kelapa dan rasa lainnya seperti nangka dan jahe. Bahkan bisa dibawa pulang sebagai buah tangan dari Gunungkidul dalam bentuk instan.

2. Nasi Merah

Nasi merah merupakan padi jenis gogo yang tumbuh di ladang. Menanamnyapun tergantung musim penghujan. Mengingat di Gunungkidul ini jarang ada sawah, maka masyarakat menanam beras merah sebagai pengganti nasi. Nah, nasi merah di Gunungkidul ini jarang disemprot dengan bahan kimia, jadi bisa dikatakan organic by nature. Pengolahannyapun tergolong unik. Sebelum ditanak, berasnya hanya ditumbuk, bukan digiling. Hal itu menyebabkan masih tersisa kulit ari yang mengandung serat dua kali lipat dari beras putih. Di dalamnya juga terdapat lemak esensial, zat besi, tiamin (vitamin B1) yang baik untuk kesehatan otak, selenium dan protein.

Warna merahnya berasal dari pigmen antioksidan yang dipercaya mampu mencegah oksidasi asam lemak, sehingga mampu menurunkan kolesterol. Selain itu, nasi merah juga memiliki indeks glikemiks rendah (<55) yang cocok dikonsumsi penderita diabetes dan juga bagus untuk MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).

Yang paling menarik dari penjelasan profesor adalah karena mengandung selenium dan protein, nasi merah diduga mampu mengurangi tingginya angka bunuh diri dan penyakit jiwa di Gunungkidul. HAH?! Ya, sudah menjadi rahasia umum jika di Gunungkidul banyak ditemukan kasus bunuh diri dan menurut teman baru saya yang berasal dari kabupaten ini juga banyak orang gila yang dibuang di hutan! Wew… Serius?! Yes! Adanya selenium dan protein digunakan tubuh untuk membantu metabolisme karbohidrat dan jika kekurangan itu akan menyebabkan seseorang menjadi depresi!

3. Sayur Lombok Ijo

Dikala masyarakat daerah lain menggunakan cabe hijau hanya sebagai bahan pelengkap masakan, tidak demikian dengan masyarakat Gunungkidul. Mereka mengolah cabe hijau menjadi sejenis masakan bersantan yang sangat cocok dinikmati dengan nasi merah. Cabe hijau diiris menyamping dan dijadikan bahan utama dalam membuat masakan ini, bersanding dengan tempe dan pete. Tidak heran, karena banyak terdapat ladang, cabe hijau menjadi salah satu komoditas Gunungkidul. Cabe hijau sendiri dipercaya mengandung zat antioksidan yang berfungsi menjaga tubuh dari serangan radikal bebas, Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker serta kandungan vitamin C yang tinggi.

4. Belalang Goreng

Di Gunungkidul, selain banyak ladang, juga banyak pohon jati. Nah, belalang biasanya hidup di kedua ekosistem tersebut. Dari sana, masyarakat Gunungkidul biasa mengkonsumsi belalang untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Iiiuuuwww…! Eits, jangan underestimate dulu terhadap belalang. Salah satu jenis insect ini mengandung beberapa zat yang diperlukan tubuh. Diantaranya adalah protein dan vitamin. Bahkan kandungan vitamin kulit belalang setara dengan udang lho…

5. Ice cream telo ungu

Seperti yang saya sebutkan di atas, masyarakat Gunungkidul itu adalah masyarakat yang kreatif. Karena adanya keterbatasan bahan pangan, membuat mereka berpikir lebih untuk menghasilkan berbagai varian makanan dari bahan yang tersedia dan mudah tumbuh disana.

Seperti ketika berkunjung ke Desa Sambirejo, masyarakat disana menanam ubi jalar di halaman rumahnya. Ubi jalar ungu khususnya. Menurut si profesor yang demen ngebanyol ini, ubi jalar ungu mengandung protein dan provitamin A, kaya serat, zat besi, betakaroten, vitamin C, mengandung probiotik dan berindeks glikemiks rendah.

Karena bosan mengkonsumsi ubi jalar rebus, mereka berinisiatif mengolah ubi jalar menjadi ice cream! Ya, homemade ice cream. Karena ada santan di dalamnya, kandungan gizinya juga otomatis bertambah. Ternyata santan dapat membantu proses konversi betakaroten menjadi vitamin A.

6. Lemper Talas

Lain Desa Sambirejo, lain pula Desa Bobung. Di desa wisata penghasil topeng kayu ini, masyarakat mengolah talas menjadi lemper. FYI, di dalam talas terkandung karbohidrat, prebiotik yang bagus untuk penceranaan, rendah lemak, rendah protein dan indeks glikemiks yang rendah. Setelah diolah menjadi lemper, rasanyapun lebih nikmat…

7. Keripik Rumput Laut

Tidak hanya memiliki wilayah daratan, namun Kabupaten Gunungkidul memiliki puluhan pantai cantik yang kini mulai menjadi primadona para penikmat jalan-jalan. Ketika rombongan saya berkunjung ke Pantai Indrayanti, salah satu pantai berpasir putih disana, saya menemui beberapa penjual keripik rumput laut keliling.  Mereka menjajakan cemilan itu di kisaran Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per bungkus.

Bahan dasar rumput laut tersebut diambil langsung dari pantai-pantai disana. Ketika surut, Pantai Indrayanti contohnya, akan nampak hamparan hijau rumput laut. Disana, jenis rumput lautnya seperti daun, bukan batang seperti yang saya pernah saya lihat dan makan sebelumnya. Karena jumlahnya yang melimpah, maka masyarakat berpikiran kreatif untuk mengolahnya menjadi cemilan dan menjualnya, menjadi tambahan pemasukan tersendiri.

Menurut info, rumput laut mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, beberapa enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin dan beberapa zat berguna lainnya. Manfaatnyapun beragam, mulai mencegah kanker karena mengandung serat, selenium dan seng. Sampai mencegah gejala osteoporosis karena terdapat kalsium.

 ***

Nah, sudah terbukti kan?! Di saat berada di kondisi yang tertekan dan harus bertahan hidup, kita bisa mengusahakan apa saja, termasuk mengolah segala keterbatasan bahan panganan menjadi sesuatu yang bernilai tambah. Seorang sahabat bercerita kepada saya, walaupun kini pemerintah sudah mengupayakan adanya aliran air bersih dan sebagian masyarakat mulai menanam serta mengkonsumsi beras putih, namun mereka tetap mempertahankan tradisi dengan mengkonsumsi singkong dan mengolahnya secara tradisional.

Masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat yang kreatif dan terbukti mampu bertahan di tengah keterbatasan. Salut!

8 Komentar

04 Dec 2012 19:08

Hehehehe... congrats ya bro, bakat jadi travell writer nih. Oya, traktiran di Wedang Cor kapan nih bro, hohoho...

andreas

05 Dec 2012 11:59

boh, si abang tawuk! Hahaha... terima kasih Bang Jhon, yok diatur jadwalnya deh :D

ainunisnaeni

29 Nov 2012 19:02

Tidak menyangka disaat kondisi Indonesia seperti saat ini, terutama di wilayah yang "mungkin" kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan hidup dalam "kekurangan", masyarakat Gunung Kidul mampu berusaha berkreasi untuk kelangsungan hidup mereka. Dari sekian banyak makanan yang diproduksi oleh warga Gunung Kidul, semua makannya mengandung nilai gizi yang sangat bagus bagi tubuh

andreas

05 Dec 2012 11:57

yes indeed! Makanan yang dipandang sebelah mata, ternyata punya kandungan gizi yang baik juga... :)

Yadi Mulyadi

29 Nov 2012 11:28

Artikel makanan khas gunung kidul ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan. Kebanyakan orang yg tdk tahu menjadi tahu dan ingin mencobanya setelah melihat artikel ini,TOP BGT.

andreas

29 Nov 2012 12:44

terima kasih sudah berkunjung dan membaca... :)

Niar_Ningrum

28 Nov 2012 23:16

mas mas aku i ngiler semua nya lho, eeh ini ngiler apah maruk yaa, wakakkaka :D

andreas

29 Nov 2012 12:43

hahaha... sama kek saya mbak Niar. Ketika Jelajah Gizi, gak ada satu jenis makananpun yang kelewat dari radar saya. Semuanya dicoba... :D

aaron setiawan

28 Nov 2012 16:37

Waaahhh saya jadi merindukan makanan saat kecil di saat masih tinggal di daerah pedesaan sama seperti di salah satu gambar artikel ini. Sekaligus menambah wawasan makanan yang belum pernah saya coba. Terima kasih

andreas

29 Nov 2012 12:41

terima kasih masbro sudah berkunjung. Semoga tulisan saya bermanfaat :)

Yadi Mulyadi

28 Nov 2012 12:01

Sangat bermanfaat sekali info yg di sampaikan oleh Andreas, bisa menambah wawasan dan ingin mencoba keripik belalang dan rumput lautnya :-D

andreas

28 Nov 2012 17:47

terima kasih... Belalang goreng WAJIB! :D

16 Nov 2012 10:24

pengen coba keripik belalang sama rumput lautnya neee

andreas

16 Nov 2012 11:52

langsung ke tekape mas, dijamin bikin kangen :)

Nutrisi Bangsa

13 Nov 2012 12:13

Keripik rumput laut? wah baru tau ini...

andreas

16 Nov 2012 11:51

saya pas di Indrayanti juga sempet nyoba yang beneran fresh, masih di laut. Rasanya sih seperti makan daun biasa, cuma agak asin dan kres-kres... ;)