Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

BUKAN SARABA BUKAN SIRIBI TAPI SERABI

Oleh tenisinla 08 Oct 2015

Indonesia yang kaya dengan aneka ragam cita rasa makanan membuat semua orang tak pernah bosan dengan wisata kuliner. Selain bisa mencicipi rasa makanan khas, kenikmatan dan kelezatan semakin bertambah dengan suasana yang ramah dan bersahabat. Karena seperti itulah Indonesia, negara dengan sejuta cita rasa.

Tak hanya warga pribumi, Warga Negara Asing (WNA) kini sudah banyak yang jatuh cinta pada cita rasa makanan Indonesia. Sepertinya, lidah mereka sudah bersahabat akrab dengan bumbu khas rendang dan sambal terasi. Atau mungkin dengan bumbu sate yang rasanya memang super mantap.

Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang salah satu jenis makanan yang sudah luas dikenal meski belum mendunia. Makanan sederhana namun begitu unik. Makanan ini memiliki nama yang tak kalah uniknya, “SERABI”. Ya Serabi, bukan Saraba bukan Siribi.

Mau tahu lebih lanjut tentang SERABI? Mari kita mulai dengan cerita sejarahnya ya!

Sumber: www-dotnutur-com

Sejarah Serabi

Serabi atau surabi berasal dari bahasa sunda yaitu “sura” yang berarti besar. Dalam bahasa Jawa yaitu “suro” artinya juga besar. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, ada semacam kenduri pada malam tanggal 27 Rajab saat memperingati Isra Mi’raj dengan kue serabi atau apem. Pada masyarakat Aceh, terdapat kisah yang mengiringi tradisi ini. Dikisahkan, ada seseorang yang ingin mengetahui nasib orang dalam kubur. Ia berpura-pura mati dan dikubur dalam tanah. Ketika malaikat maut bertanya tentang agamanya, ada benda berbentuk bulat yang melindunginya. Begitu ia keluar dari tanah, benda bulat itu ternyata kue serabi atau apem yang sedang dibuat dan dibagikan keluarganya. Tradisi ini mulai terkikis dan hanya dilakukan kalangan tua.

Serabi Makanan Khas Indonesia

Makanan serabi tersebar di mana-mana, di seluruh Indonesia. Di Jawa Barat, disebut Serabi Bandung. Menggunakan tepung terigu sebagai bahan utama dan disajikan dengan kuah dari gula jawa dan santan. Ada juga serabi rengasdengklok yang umumnya berwarna hijau karena mengandung bahan pendukung daun suji. Adonannya selain tepung beras juga dicampur tepung ketan dan disajikan dengan saus gula merah. Di Kuningan, serabi dimakan dengan gorengan seperti pia-pia (bakwan sayur), goreng oncom, cireng atau comro. Di Jawa tengah, disebut Serabi Solo. Bahan utamanya tepung beras dan santan. Di Jakarta, disebut Kue Ape. Menggunakan tepung terigu dan susu sebagai bahan utama dan cenderung seperti serabi solo yang bertekstur lembut. Adapun di ranah minang serabi menggunakan kuah dari campuran gula dan buah-buahan, terutama serabi kuah durian yang paling banyak dicari.

Komposisi Bahan Serabi

  • Santan “½ butir kelapa” 550cc
  • Tepung beras 259gr
  • Kelapa “setangah tua, parut, kukus” 100gr
  • Garam ½ sendok teh
  • Air perasan daun pandan (pewarna hijau) 50cc
  • Kinca

Rebus sampai mendidih:

  • Santan kental “½ butir kelapa” 500cc
  • Gula jawa (sisir) 100gr
  • Daun pandan 1 lembar
  • Garam ½ sendok teh
  • Buah nangka tanpa biji (potong dadu) 100gr

Cara Membuat Serabi

Biasanya, serabi dibuat dengan memanggang di atas wajan yang ada penutupnya. Caranya adalah sebagai berikut:

Pertama; santan direbus sambil diaduk hingga mendidih. Lalu angkat dan biarkan hangat-hangat kuku. Kedua; aduk tepung beras, kelapa, dan garam hingga rata. Ketiga; tuang air pandan dan santan hangat sedikit-sedikit sambil adonan diaduk dan dipukul-pukul sampai adonan menjadi licin. Waktu yang diperlukan untuk membuat adonan sekitar 30 menit. Keempat; siapkan wajan tanah liat, panaskan di atas api arang lalu olesi dengan minyak secukupnya. Kemudian tuangkan dua sendok makan adonan dan masak hingga berlobang. Kelima; tutup wajan dan masak terus hingga matang, lalu angkat dan hidangkan dengan kinca.

Begitulah sekelumit informasi mengenai SERABI – bukan Saraba bukan Siribi – sebagai salah satu makanan khas Indonesia yang sudah dikenal banyak orang, dan berharap akan mendunia seperti rendang. Namun demikian, tentunya masih banyak makanan khas Indonesia lainnya yang belum ter-ekspose. Padahal, wisata kuliner merupakan salah satu daya tarik tersendiri untuk meningkatkan income dunia pariwisata Indonesia.

Referensi:

www.resepumi.com

http://emak2blogger.web.id/