Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Belalang goreng, panganan kaya protein

Oleh Purwo Susanto 24 Oct 2012

 Siapa yang tidak butuh makan ?

Jawabannya sudah barang tentu setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Sekarang kita sudah tahu bahwa semua makhluk hidup membutuhkan makanan.

Kemudian, untuk apa kita makan ? untuk pertanyaan ini jawaban yang muncul kemungkinan beragam. Ada yang untuk melanjutkan hidup, untuk memenuhi rasa lapar, dsb.

Tapi pernahkah kita berpikir bahwa makan itu bukan hanya untuk kepentingan ‘perut’ saja ? 

Yup, makan itu bukan sekedar menghilangkan rasa lapar, tetapi juga bagaimana kita dapat mencukupi kebutuhan gizi semua organ-organ di dalam tubuh kita. Supaya organ-organ di dalam tubuh kita tetap sehat, kawan.

Nah, dalam artikel kali ini saya akan membahas salah satu makanan khas dari kota kelahiran saya, yaitu Belalang Goreng atau dalam bahasa jawa biasa disebut juga walang goreng. Ini merupakan salah satu makanan khas yang ada di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

 Belalang Goreng dalam kemasan toples

 Gambar 1.1. Belalang Goreng dalam kemasan toples

Belalang adalah serangga herbivora dari sub-ordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor (alat khusus serangga untuk bertelur) pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur (tulang paha) belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya waktu terbang. Femur (tulang paha) belakangnya umumnya panjang dan kuat sehingga cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun kadang sayapnya tidak dapat di pergunakan untuk terbang. Pada umumnya, belalang betina memiliki ukuran yang lebih besar dari belalang jantan.

Menurut cerita, belalang goreng sudah dikonsumsi oleh masyarakat sekitar semenjak dahulu kala. Kondisi tanah yang terdiri dari bukit kapur nan tandus dan kondisi alam yang kering kerontang ketika musim kemarau tiba, mau tidak mau memaksa masyarakatnya untuk tetap bertahan hidup. Secara kebetulan di daerah itu, banyak ditemui pohon jati dan akasia yang ditanam warga untuk peneduh sebelum menggarap lahan pertain di bawahnya. Pada pucuk-pucuk pohon itulah belalang kayu hinggap dan mencari makan. Para pemburu belalang yang tadinya menangkap belalang padi, kini harus menggunakan galah, jala ataupun lem tikus untuk menangkap belalang yang bagi sebagian warga menjadi sumber penghasilan.

Untuk membuat belalang goreng sendiri cukup mudah. Belalang terlebih dahulu di rebus dengan air panas. Setelah direbus, belalang dibersihkan dari kotorannya,dihilangkan sayap, kaki dan antenanya. Buat bumbu uleg sederhana yang terdiri dari bawang putih, bawang merah, garam dan penyedap rasa untuk menambahkan rasa pada belalang, kemudian rendam belalang dengan bumbu tersebut selama 15 menit agar meresap, goreng dengan minyak panas hingga berwarna kecoklatan. Dan jadilah belalang goreng buatan Anda sendiri.

Setelah digoreng, belalang memang terlihat menggelikan seperti kecoa. Tapi janganlah menilai dari tampilan luarnya saja. Cobalah cicipi satu, maka Anda akan mengambil untuk kedua kalinya. Setelah yang kedua, ketiga kalinya pasti ketagihan sampai tak terasa belalang goreng ini habis. Rasanya gurih, seperti udang sawah yang digoreng, kriuk kriuk begitulah. Tetapi bagi yang mempunyai alergi, makanan ini dapat menyebabkan bentol-bentol pada kulit dan rasa gatal. Jadi hati-hati ya bagi yang memiliki alergi, kawan.

Belalang ternyata memiliki kandungan protein yang tinggi. Seratus gram belalang dewasa mengandung protein kurang lebih sebanyak 23.6 gram, lemak 6.1 gram, kalsium 35.2 miligram, dan 5 miligram besi. Menurut Entomological Society of America Entomological Society of America , belalang merupakan sumber protein yang lebih baik dibandingkan dengan sapi, ayam, ataupun babi. Dan yang tidak kalah penting, belalang mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang sangat rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmaryani (2005), kadar protein yang terdapat dalam tepung belalang kayu (Melanoplus cinereus) lebih tinggi dari kandungan yang terdapat dalam tepung udang windu (Panaeneous monodon) dengan kadar masing-masing 17.922 % dan 9.846 %.

Bagi Anda yang ingin mencicipi belalang goreng ini, silahkan mampir ke sejumlah warung makan di daerah Gunung Kidul. Salah satu warung makan yang cukup terkenal menu belalang gorengnya terletak di Jalan K.H. Agus Salim, Wonosari, Gunung Kidul. Anda juga dapat menemukan menu belalang goreng ini di warung-warung makan Pasar Munggi, Semanu. Tidak hanya itu, belalang goreng dalam bentuk kemasan plastik atau toples telah tersedia di pusat penjualan oleh-oleh, pasar-pasar tradisional, dan supermarket-supermarket di Gunung Kidul. Harga satu porsi belalang goreng di warung-warung makan dijual seharga Rp. 7.000,00. Sementara itu, belalang yang masih mentah harganya berkisar antara Rp. 30.000,00 – Rp. 40.000,00 satu rentengnya, tergantung jumlah belalang di tiap rentengnya.

 Belalang rentengan

Gambar 1.2. Belalang yang masih dalam rentengan

Untuk yang belum pernah mencicipi belalang goreng, ayo silahkan mampir ke Gunung Kidul.

 

 

Referensi : Wikipedia