Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Dangke, Keju Enrekang Yang Siap Mendunia

Oleh Dewi Dua 07 Oct 2015



Salah satu makanan tradisional kesukaanku adalah dangke dari Enrekang, Sulawesi Selatan.
Ibuku orang Massenrempulu, begitu julukan untuk Kabupaten Enrekang. Enrekang berjarak sekitar 275 km dari Ibukota Sulawesi Selatan, Makassar. Atau membutuhkan sekitar 5-6 jam berkendara dengan mobil. Waah, Jauh yaa, hehe.
dangke keju enrekang yang mendunia
Dangke keju lokal dari Enrekang (Foto: Wikipedia)

Jika orang bule punya keju, maka orang Enrekang punya dangke.
Keju lokal, biasa orang Sulawesi Selatan menyebutnya. Keren kan, nggak hanya orang bule yang makan keju hehe. Kami yang tinggal di kampung juga makan keju.


Dangke makanan terbuat dari susu sapi atau susu kerbau yang difermentasi, ditambah daun pepaya.
Ya, Enrekang adalah salah satu daerah penghasil daging dan susu sapi dan kerbau di Sulawesi Selatan. Jadi, tak sulit mencari bahan baku dangke disana.

Konon, makanan ini mulai dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Sekitar tahun 1900-an.
Ada yang bilang, makanan ini bernama dangke, gara-gara seorang pastor berkebangsaan Jerman ditawari makanan ini dan mengatakan, terimakasih, danke dalam bahasa ibunya. Sejak itu, makanan keju Enrekang ini dikenal dengan nama Danke. Entah benar atau tidaknya, karena asal muasal makanan ini memiliki banyak versi.

Tak hanya menjadi favorit orang Enrekang tapi juga sampai Makassar, Kalimantan, hingga ke luar negeri seperti Jepang dan Malaysia makanan ini sudah diekspor. Berbeda dengan keju orang bule, Dangke dimakan sebagai lauk, teman makan nasi.
dangke keju enrekang
dangke siap disantap (Foto: Irmawati, www.tempo.co)

Kalau baru pertama kali makan, mungkin rasanya agak sedikit aneh. Hihi. Tapi, lama-lama ketagihan lho.
Cara paling enak menyantapnya? Diiris kecil, lalu digoreng atau dibakar dan dihidangkan dengan sepiring nasi putih panas-panas, dengan cocolan sambal tomat. Maknyus, dunia di tangan kita! Hihihi. Tak usah pakai lauk apapun. Dangke dan nasi putih, serta sambal adalah surga!

Apalagi kalau disantap dengan pulu mandotti, nasi ketan khas Enrekang.
Nyamanna mo kodong!

Oh iya, Pak Bondan Winarno maknyus, ternyata juga penggemar dangke, lho.
Ia secara rutin memesannya dari pedagang dangke di Enrekang. Menurut Pak Bondan selain dibakar dan diberi sambal terasi, cara makan maknyus juga dengan mencampurkan dangke ke gulai. Wah, aku belum pernah coba sih. Karena memakannya begitu saja sudah lezaaat menurutku.

Makanan ini agak langka. Agak susah didapatkan di Makassar atau kota lain di Sulawesi Selatan.
Jika ingin membelinya, pergilah ke Enrekang. Disana bertebaran penjual dangke yang masih merupakan home industry.

Dangke dijual di pasar atau bisa dipesan di rumah makan dalam bentuk setengah batok kelapa utuh.
Harganya cukup mahal sekitar Rp.20.000 per biji. Tapi bisa dimakan rmaai-ramai kok. Tahan lama juga. Itulah kenapa, kami memakannya sedikit-sedikit tiap kali punya stok dangke di rumah. Dangke disimpan, disayang-sayang, dimakan sedikit-sedikit, biar nggak cepat habis, hehe. Soalnya selain harganya lumayan mahal, sudah didapat juga, harus menunggu ada saudara yang bawakan dari kampung, hehe. Makanan mahal dan langka, bagiku hehe.
Terbuat dari apa sih, dangke?
Untuk membuat 1 bongkah dangke membutuhkan 1-1.5 liter susu sapi atau susu kerbau. Wow.
Bahkan, dangke yang terbuat dari susu kerbau harganya lebih mahal. Kini lebih banyak dijual dangke dari susu sapi karena kandungan lemaknya lebih rendah dari susu kerbau. Cara membuat dangke pun masih sangat tradisional lho.

Sapi yang akan diperah susunya untuk dangke, harus dimandikan dulu agar bersih dari kotoran.
Susu yang diperah pun disaring agar benar-benar bersih. Setelah itu, susu sapi direbus bersama garam di atas kompor hingga mendidih lalu dicampur daun pepaya muda atau air jeruk nipis.

Daun pepaya bermanfaat untuk memisahkan lemak, protein dan air susu. Juga sebagai tambahan aroma. Setelah itu, barulah dangke dimasukkan ke dalam batok kelapa yang sudah bersih. Perlahan, adonan akan memadat dan jadi dangke. Lalu, setelah dingin dan padat, dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus daun pisang. Dangke ini sehat karena bahannya terbuat dari susu sapi dan daun pepaya. Tidak memakai bahan perasa, pewarna, atau pengawet sama sekali.

Konon, dangke setiap kecamatan di Enrekang rasanya berbeda.
Ada ciri khasnya. Saya sendiri suka dangke yang rasanya gurih, dan kenyal, tidak terlalu keras atau lembek. Ada aroma pahit sedikit dari daun pepaya yang jadi campurannya. Harus bisa memilih dengan baik jika membeli dangke karena ada yang rasanya asin, atau kecut khas jeruk nipis. Bahkan ada yang terasa pahit sekali karena daun pepayanya dominan.

Untuk orang luar Enrekang yang ingin membawanya pulang sebagai oleh-oleh, biasanya dangke dikemas dalam kemasan plastik kedap udara agar lebih awet. Katanya sih bisa tahan sebulan jika disimpan di kulkas.

Dangke tak hanya enak, tapi juga menyehatkan.
Kandungan gizi dalam sebongkah dangke adalah mengandung 1-1.5 liter susu sapi. Makanan ini cocok untuk anak-anak maupun dewasa, untuk memenuhi kecukupan gizinya. Kita tahu kan, betapa banyak kandungan gizi yang terkandung dalam susu sapi atau kerbau?

Berikut ini kandungan gizi susu sapi murni per gelas atau sekitar 250 ml. Jadi, kandungan gizi dangke dikali 4 ya dengan takaran gizi di tabel ini? Hehe.