Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Gudeg, Kuliner Eksotis yang Mencuri Hati Dunia

Oleh Susan Febryanty 14 Oct 2015

Gudeg, Kuliner Eksotis yang Mencuri Hati Dunia

Oleh: Susana Febryanty


Jogja dan Gudeg, bagai dua mata uang yang tak dapat terpisahkan. Kesan manis akan Jogja seolah tersaji indah dalam sepiring gudeg yang dinikmati para wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Namun ternyata ada berbagai misteri yang berkaitan dengan keberadaan gudeg. Misteri apakah itu?

Jogja memang istimewa. Kota ini memiliki pesona yang mampu menarik para wisatawan dari belahan dunia mana pun untuk datang menyambanginya. Tak hanya objek wisata yang menarik perhatian pengunjung. Budaya dan tradisi Jawa yang masih sangat kental dalam kehidupan masyarakatnya seakan menjadi daya tarik yang tak dapat dielakkan. Bahkan aneka kuliner yang ada di Jogja mampu memberikan sensasi yang berbeda dengan yag di kota-kota lain.

Salah satu kuliner yang sangat diandalkan Jogja adalah gudeg. Gudeg merupakan salah satu hidangan yang terbuat dari nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan kental dan berbagai jenis rempah. Rasa gudeg yang manis sangat apik ketika dipadukan dengan lauk opor ayam dan telur yang gurih, serta pedasnya kuah sambal tempe dan krecek (kulit sapi). Kenikmatan hidangan tersebut yang menjadi ikon dari kota pelajar ini. Tak heran jika kemudian gudeg menjadi magnet yang membuat orang selalu rindu untuk kembali datang ke Jogja.

seporsi gudeg yang nikmat

Tetap Eksis

Selain kenikmatan rasanya, ternyata ada banyak hal yang menarik yang dapat kita lihat dari gudeg. Salah satunya ialah tentang sejarah kemunculan gudeg. Ternyata ada misteri yang menyelimuti kemunculan gudeg sebagai salah satu kuliner Yogyakarta. Misteri apakah gerangan?

Misteri tersebut berkaitan dengan banyaknya versi yang muncul tentang sejarah pembuatan gudeg. Salah satu versi menyebutkan bahwa gudeg muncul di masa penjajahan Inggris yaitu sekitar tahun 1812. Diceritakan tentang kisah seorang Inggris yang menikahi perempuan Jogja.

Suatu ketika perempuan menyiapkan hidangan spesial bagi sang suami dengan menggunakan nangka muda sebagai bahannya. Saat sang suami pulang dari perkerjaannya, hidangan tersebut langsung dilahapnya. Pria Inggris itu pun tak lupa memuji sang istri dengan mengatakan, “It is good, Dek!” Sang pria kerap pula melontarkan pujian setiap istrinya memasak hidangan yang sama dan berkata, “Good, Dek.” Penyebutan “good dek” tersebutlah yang kemudian dianggap menjadi awal munculnya gudeg tersebut.

Ada pula yang menyebutkan bahwa gudeg dibuat secara tidak sengaja oleh seorang prajurit keraton. Konon ceritanya, ada seorang prajurit yang sedang diberi tugas untuk memasak gori (nangka muda) dan santan. Namun karena melakukan tugas yang lain, masakan tersebut ia tinggal selama 6 hingga 8 jam. Ternyata setelah dirasa masakan tersebut memiliki rasa yang lezat dan dikenal sebagai gudeg.

Namun versi lain menyebutkan bahwa yang menemukan resep gudeg adalah salah seorang istri prajurit keraton yang bernama Sri Simatri. Menurut cerita ini Simantri adalah orang yang pertama kali memasak gudeg dengan menggunakan bahan nangka muda (gori), santan, dan gula pada tahun 1557. Pada masa itu hanya ada satu jenis gudeg yaitu gudeg basah. Namun karena banyak pengunjung yang ingin membawa gudeg sebagai oleh-oleh, maka sekitar tahun 1950 mulailah diperkenalkan gudeg kering.

Sementara itu ada lagi versi yang berbeda tentang kisah awal kemunculan gudeg. Cerita ini datang dari pemilik rumah makan gudeg “Campur Sari” yang berada di Jl. Laksda Adi Sucipto. Menurut penuturan ibu tersebut, kisah pembuatan gudeg berawal dari masa penjajahan Belanda.

Pada masa itu para prajurit Indonesia sedang melakukan gerilya. Suatu ketika para prajurit tersebut sinnggah ke sebuah perkampuangan di daerah Bantul. Oleh pemimpin tersebut, para penduduk diminta untuk menyiapkan makanan bagi prajurit. Hanya ada nangka muda kelapa dan beberapa rempah di sana. Segenap penduduk pun memasak hidangan seadanya. Dalam proses memasak, gori tersebut mereka udek-udek (aduk-aduk). Setelah masak ternyata hidangan tersebut rasanya sangat lezat dan para prajurit menyantapnya dengan lahap. Menurut cerita ini disimpulkan nama gudeg berasal dari istilah gori diudek-udek.

Hingga saat ini belum ada catatan yang dapat memastikan sejarah pembuatan gudeg. Namun yang menarik ialah gudeg telah menjadi bagian dari sejarah Jogja secarah khusus dan Indonesia pada umumnya. Beberapa versi tentang sejarah gudeg tersebut menunjukkan kekuatan pangan dalam membangun sejarah negeri kita. Berbagai versi cerita itu juga secara tidak langsung menunjukkan bahwa gudeg turut andil dalam sejarah berdirinya negeri ini. Gudeg turut menopang kebutuhan pangan masyarakat di jaman kerajaan, jaman penjajahan, hingga masa kemerdekaan sekarang ini.

Bagi masyarakat Jogja, gudeg tak hanya sekeda hidangan untuk menghilangkan rasa lapar semata. Namun lebih dari itu, gudeg sudah menjadi bagian dari budaya Jogja. Hingga kini gudeg masih menjadi hidangan favorit masyarakat Jogja. Tak sedikit pula orang yang menjadi ketagihan setelah mencicipi nikmatnya Jogja. Bahkan menurut pemilik warung gudeg Campur Sari kebanyakan penjual gudeg mendapatkan resep rahasia mereka dari para pedahulunya. Misalnya ibu pemilik warung tersebut. Dia adalah generasi ketiga setelah Nenek dan Ibunya. Menurutnya kebanyakan dari mereka (pemilik usaha gudeg) menurunkan ilmu memasak gudeg kepada anak cucunya. Hal ini dimaksudkan agar tradisi memasak dan berdagang gudeg itu tak hilang dan terus lestari.

Anda yang pernah berkunjung ke kota Jogja pastinya dengan mudah akan menemui para pedagang yang menjual hidangan yang satu ini. Hampir di setiap sudut kota Jogja ada penjual gudeg. Dari pedangan kaki lima hingga restoran menawarkan berbagai variasi gudeg. Tak peduli pagi, siang, maupun malam gudeg selalu menjadi hidangan yang laris manis dikunjungi pembeli. Tak hanya itu, salah satu rumah makan bahkan membuat inovasi dengan menciptakan gudeg kaleng yang praktis bagi yang bepergian jauh. Gudeg secara tidak langsung turut andil dalam pergerakan roda perekonomian masyarakat. Sebuah hidangan yang sederhana ternyata turut menopang kehidupan banyak orang.

Sentra Gudeg di daerah Wijilan, Yogyakarta

Kandungan Gizi

Dibalik kenikmatan gudeg muncul pula pertanyaan seputar kandungan gizi dalam hidangan tersebut. Beberapa orang enggan menyantap gudeg karena mereka meragukan kandungan gizinya. Lalu, bagaimana cara kita menyitapi kotroversi seputar kandungan gizi gudeg tersebut?

Pada dasarnya, nangka yang menjadi bahan baku gudeg adalah salah satu jenis buah yang memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh. Itu karena nangka kaya akan vitamin dan mineral. Di dalam sebuah nangka juga terkandung vitamin A, B dan C yang merupakan anti oksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan nangka yang kerap digunakan sebagai sayur juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi.

Yang menjadi masalah kemudian ialah penambahan santan dan pemanasan secara berulang kali pada sayur nangka tersebut. Pemanasan secar berulang kali menyebabkan kandungan gizi pada gudeg akan mengalami perubahan bahkan berkurang, Selain itu, penambahan santan pada gudeg akan menimbulkan kandungan lemak pada sayuran tersebut. Apalagi jika gudeg tersebut dipanaskan secara berulang kali maka lemak pada santan tersebut akan berubah menjadi jenis lemak yang kurang menguntungkan bagi tubuh.

Bagi yang masih penasaran dengan kandungan gizi gudeg, ada baiknya Anda menyimak hasil penelitian mengenai kandungan gizi gudeg yang pernah dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berikut ini. Gudeg Jogja mengandung energi sebesar 160 kilokalori, protein 3,3 gram, karbohidrat 16 gram, lemak 9,2 gram, kalsium 62 miligram, fosfor 55 miligram, dan zat besi 12,8 miligram. Selain itu di dalam Gudeg Jogja juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,15 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gudeg Jogja, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 % (dalam

http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-gudeg-jogja-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html)

Proses pemasakan yang lama dan berulang-ulang pastinya akan menyebabkan gudeg menjadi minim vitamin. Selain itu penambahan gula dan santan turut mempengaruhi kandungan lemak dan kalori yang terkandung di dalam gudeg. Hal tersebut tak lantas menjadi alasan bagi kita untuk tak memakan gudeg karena dalam sayuran tersebut mengandung cukup banyak serat. Kita masih bisa menikmati gudeg yaitu dengan cara membatasi porsi dan intensitans konsumsinya. Selain itu penambahan telur maupun ayam akan mecukupi kebutuhan protein kita. Kita juga dapat menambahkan buah-buahan setelah menikmati lezatnya gudeg tersebut. Jadi tetaplah sehat dan selamat melakukan petualangan gizi…!

Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak mengenai kuliner-kuliner nusantara yang mendunia, coba tengok ke link berikut http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-3-Makanan-Daerah-Yang-Mendunia