Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Jember Itu Ya Wedang Cor

Oleh andreas 21 Oct 2012

Salah

Saya selalu bingung ketika ada teman yang berkunjung ke Jember kemudian bertanya, “Kuliner khas Jember apa ya Ndre?!”. Hmmm… Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, mengingat penduduk Jember adalah para pendatang. Mayoritas mereka berasal dari Suku Jawa dan Madura. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kebudayaan dan kuliner yang ada di kota tembakau ini. Akulturasi antara Budaya Jawa dan Madura menghasilkan sebuah budaya baru yang dinamakan Budaya Pandalungan. Jadi tidak ada kuliner yang benar-benar khas dari kota tempat saya lahir, sekolah hingga bekerja saat ini. Hampir semuanya ada di kota lain. Mungkin yang bakal dengan mudah kalian jumpai di Jember adalah tapai, atau yang biasa disebut tape.

Karena letaknya yang berbatasan dengan Bondowoso yang terkenal sebagai penghasil tape kelas wahid di Jawa Timur, maka beberapa kuliner lokal yang ada di Jember merupakan olahan dari tape. Jarak kedua kota yang hanya ditempuh selama kurang lebih 45 menit berkendara, sangat memungkinkan terjadinya akulturasi budaya. Bedanya, jika di Bondowoso masyarakat mengolah singkong kemudian memfermentasi hingga menjadi tape, namun saya melihat untuk Jember lebih ke arah mengolah tape menjadi berbagai macam produk makanan. Ada prol tape, suwar-suwir, brownies tape sampai ke minuman hangat yang bernama WEDANG COR.

Nah, minuman inilah yang mungkin menjadi trademark Jember, karena kamu bakal sulit menemuinya di kota lain. Alasan itu pulalah yang membuat saya mengajak siapa saja yang berkunjung ke kota tempat Pantai Papuma berada ini menghabiskan malam. Menikmati suasana malam Jember sambil menyeruput segelas wedang cor.

Wedang cor itu apa sih Ndre?!”

Wedang cor adalah minuman yang komposisinya terdiri dari wedang jahe (rebusan air jahe panas), dicampur dengan susu kental manis (ada juga yang menggunakan susu sapi murni) dan terakhir ditambahkan dengan tape ketan.

“Terus, kenapa kok dinamakan wedang cor?!”

Menurut bapak yang kali pertama membuka usaha wedang cor, kata “cor” digunakan karena melihat cara proses meracik minuman ini. Dulu, salah seorang pelanggannya ada yang nyletuk (berujar), “Wah, koyok nyampur cor-coran semen ae pak!” (wah, seperti mencampur adonan semen saja pak!). Ya, lumrah memang ada yang berpendapat seperti itu. Karena si bapak penjual mengaduk tiga bahan pembuat wedang cor tersebut layaknya orang mengaduk adonan semen, cepat dan bertenaga, hahaha… Jadi, pertama-tama tape ketan diletakkan di dasar gelas, disiram air jahe panas, diberi tambahan susu sapi murni atau susu kental manis, kemudian diaduk jadi satu.

Wedang

Seiring berjalannya waktu, kini penjual wedang cor berhamburan di Jember. Kamu bisa menemukan minuman ini di beberapa warung pinggir jalan layaknya angkringan di Jogja yang buka mulai sekitar jam 8 malam sampai dini hari.

Sebagian orang menggemari minum wedang cor seharga Rp3.000 - Rp 5.000 ini untuk menghangatkan badan di kala dingin malam mendera. Namun sebagian lainnya mencari suasana.  Konsep angkringan yang terletak di pinggir jalan, ataupun lesehan di dalam sebuah perumahan membuat siapa saja yang berkunjung betah berlama-lama. Sekedar ngobrol bersama sahabat sampai bengong sendirian, sambil menyantap gorengan ataupun nasi kucing, hehehe…

“Sebenarnya, wedang cor ini sehat gak sih?! Apa manfaatnya atau bagaimana kandungan gizinya?!”

Well, sekilas sih ini minuman sehat ya, hehehe… Jahe, susu dan tape. Tapi coba kita telaah satu persatu sedikit detail, ceilee...

Pertama jahe. Siapa yang tidak mengenal khasiat salah satu tanaman herbal ini. Di dalam beberapa penelitian berhasil membuktikan bahwa jahe memiliki banyak khasiat, diantaranya dapat mengontrol jumlah radikal bebas, membantu meringankan nyeri otot dan mengurangi gejala peradangan usus. Masyarakat di beberapa negara juga meyakini akan keistimewaan jahe. Sebut saja China, di negara komunis ini jahe dipercaya mampu meredakan gejala flu ringan, batuk dan mengobati peradangan. Di India masyarakat sana percaya bahwa dengan mengkonsumsi jahe dapat meringankan sakit kepala dan lagi-lagi dapat meredakan gejala flu. Di Filipina jahe digunakan untuk meringankan sakit tenggorokan. Di Jepang, manfaatnya pun bertambah, mereka menggunakan jahe untuk memperlancar sirkulasi darah. Bagaimana di negara kita?!  Banyak masyarakat yang percaya bahwa jahe mampu mengurangi rasa lelah, mencegah masuk angin dan menyembuhkan rematik.

Kedua tape. Tape adalah hasil fermentasi singkong ataupun ketan. Nah, karena hasil dari proses fermentasi itulah, dapat menambah kandungan vitamin serta manfaat dari singkong dan ketan. FYI, fermentasi dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 hingga tiga kali lipat, dimana vitamin B1 diperlukan oleh sistem saraf, sel otot dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, cairan tape ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat yang diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama bagi sistem pencernaan karena mampu mengurangi bakteri jahat. Cuma itu?! Belum. Ternyata tape juga mampu mengeluarkan aflatoksin, zat toksin atau racun yang biasa dijumpai di dalam kecap. Daaann, tape ini juga bisa mencegah anemia lho! Mikroorganisme dalam fermentasi dapat menghasilkan vitamin B12.

Terus, bagaimana dengan susu kental manis?! Walaupun terbuat dari susu sapi yang kaya akan nutrisi penting, seperti vitamin, protein, kalsium, magnesium, fosfor dan zinc, namun susu kental manis jauh berbeda. Karena prosesnya yang menghilangkan kadar air dan menambahkan gula, susu kental manis tidak dianjurkan dikonsumsi oleh bayi atau anak-anak. Kenapa?! Karena di dalam susu kental manis lebih banyak mengandung kalori daripada zat gizinya. Oleh karena itu, susu kental manis hanya digunakan sebagai campuran makanan dan bahan pemanis tambahan, bukan sebagai bahan utama.

Nah, sudah sedikit tahu tentang kandungan nutrisi dan manfaat dari ketiga komponen wedang cor?! Kalau kalian sedikit antipati dengan susu kental manis, cari saja angkringan yang menggunakan susu sapi murni (yang pengen tahu lokasinya dimana, bisa DM saya, hahaha…). Rasanya kalau menurut saya sih lebih enak yang menggunakan susu sapi murni, manisnya tidak terlalu menohok. Tapi semua kembali kepada selera masing-masing. Salam kuliner! :D