Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Lesehan Pari Gogo : One Stop Eating In Gunungkidul

Oleh andreas 12 Nov 2012

Ingin mencicipi kuliner khas Gunungkidul di satu lokasi makan atau dengan kata lain one stop eating?! Cobalah berkunjung ke Lesehan Pari Gogo yang beralamat di Jl. Wonosari, Semanu, Gunungkidul. Warung sederhana ini tepat berada di sebelah Barat Jembatan Jirak. Disana kamu akan menemukan beberapa kuliner khas yang menjadi andalan kabupaten dengan 18 kecamatan ini.

Makan di warung lesehan ini seolah-olah kita berada di rumah warga lokal Gunungkidul. Tidak terlalu berlebihan untuk membuat statement seperti itu. Bayangkan, warung ini terdiri dari dua bangunan dengan halaman luas di depannya. Kedua bangunan terbuat dari gedheg (anyaman bambu), meja dan kursi dari kayu tanpa plituran, serta lesehan bertikar yang juga terbuat dari bambu. Semuanya dicat seadanya, bahkan terlihat cat yang mengelupas di beberapa bagian. Di dalamnya, untuk menghalau udara panas Gunungkidul, terpasang ceiling fan di langit-langit dan beberapa standing fan di pojokan ruangan.

Warung Pari Gogo ini sudah dikelola oleh empat generasi lho. Resepnya asli turun-temurun sejak warung ini didirikan. Well, apa saja yang dijual disana?! Diantaranya ada nasi merah, sayur lombok ijo, gudheg daun pepaya, trancam, daging iso babat, ayam goreng, ikan wader goreng dan yang menjadi incaran setiap pengunjung luar kota yang berlibur ke Gunungkidul, belalang goreng! Dinamakan “Pari Gogo” jelas karena menu andalannya selain belalang goreng, ya nasi merah yang termasuk pari/padi gogo, ditanam di ladang dan menunggu musim penghujan.

Siang itu, adalah hari pertama saya mengikuti rangkaian acara Jelajah Gizi Sari Husada. Begitu sampai di Gunungkidul, kami langsung diajak untuk makan siang di warung yang pernah disinggahi oleh Ibu Megawati, Guruh Soekarno Putera, Sultan Hamengku Buwono dan beberapa tokoh familiar lainnya ini.

Begitu sampai dan duduk, satu persatu hidangan tersaji di atas meja. Pertama ada beberapa piring berisikan jajanan pasar, buah dan kacang mete di dalam bungkus plastik kecil. Selanjutnya, makanan berat mulai berdatangan.

Nasi merah menjadi sumber karbohidrat untuk menjalani aktifitas sepanjang hari itu.

Nasi berwarna merah khas Gunungkidul yang disajikan dalam sebuah wakul nasi yang terbuat dari seng bercat putih. Konon, nasi jenis ini lebih ramah terhadap tubuh kita jika dibandingkan dengan nasi putih biasa. Karena prosesnya tidak digiling, membuat kulit ari beras masih ada yang menempel. Itu justru bergizi, karena seratnya bisa dua kali lipat dari serat beras putih. Selain itu dalam nasi merah juga terkandung asam lemak esensial, zat besi, selenium, protein, antioksidan, berindeks glikemiks rendah, bagus untuk MPASI dan membuat perut kita lebih tahan lapar. Rasanya sih hambar yah jika dibandingkan nasi putih.

Sayur

Lauk pendamping si nasi merah mulai berdatangan. Dari sepiring belalang goreng, ikan wader goreng, sayur lombok ijo, ayam goreng dan lain-lain. Menu komplet lah pokoknya…!

Pasti kalian penasaran dengan rasa belalang goreng ya?! Sama! Sejak mendengar tentang Gunungkidul, selain ingin menyusur pantai-pantai indah yang ada disana, saya sangat penasaran untuk mencoba belalang goreng khasnya. Nah, akhirnya kesampaian pas mengikuti acara Jelajah Gizi 2012 ini, hehehe… Belalang goreng dijadikan kuliner andalan Gunungkidul. Biasanya penduduk mengemas olahan ini ke dalam toples kecil atau dibungkus plastik untuk dijadikan oleh-oleh. Harganya kisaran Rp 10.000 – Rp 35.000 yang bisa tahan hingga satu bulan.

Belalang

Awalnya sih geli ya, melihat bentuknya yang masih utuh berwujud belalang itu, namun rasa penasaran mengalihkan segalanya. Begitu masuk mulut… Ehm, crunchy dengan rasa gurih karena hanya dibumbui bawang putih dan garam, bercampur dengan sedikit rasa…mmm…apa yah?! Saya bingung mencari rasa yang pas, sedikit rasa tanah atau kayu mungkin. Sebagian temen saya sih berpendapat kalo rasanya mirip udang. Nah, sama seperti ayam, tentunya kalian memiliki bagian tubuh favorit untuk disantap bukan?! Bagian tubuh belalang yang menjadi favorit saya adalah dada ke atas beserta kakinya. What?! Ya, bagian itu yang paling kriuk…kriuk…Kalo bagian perut, kering sih, tapi gak terlalu kriuk…kriuk… Masih ada nyes…nyesnya!Hahaha…

Profesor yang menemani kami menjelajah gizi kembali menjelaskan bahwa kandungan protein di dalam belalang yang sudah digoreng bisa mencapai 40% dari sebelum digoreng yang hanya 20%. Kok bisa?! Ya bisa, karena setelah digoreng, kandungan airnya jauh lebih berkurang… Selain itu, percaya gak percaya, kandungan vitamin yang terdapat pada kulit belalang setara dengan udang lhoh! Wow! Ternyata di balik penampilannya yang sangar, belalang bisa menjadi sumber vitamin dan protein alternatif yes?! Namun, buat yang makan udang aja alergi, jangan sekali-kali mencoba makan belalang goreng, bahaya. Beware!

Wader

Terus, lauk yang lain bagaimana?! Saya sempat mencicipi empal daging, ikan wader, trancam (irisan kacang panjang dan kecambah mentah dengan parutan kelapa seperti urap), sayur lombok ijo dan gudeg daun pepaya. Semuanya berarti ndre?! Iya, hehehe… Kecuali ayam goreng.

Dari sekian banyaknya lauk, saya paling demen ikan wader gedhe-gedhe yang dibalut tepung tipis kemudian digoreng dan sayur lombok ijo. Jadi sahabat, makan nasi merah yang hambar itu paling maknyus disandingkan dengan kuah sayur lombok ijo. Tapi, sayur lombok ijo itu apa sih ndre?! Ya lombok ijo yang diiris menyamping beserta bijinya, dimasak dengan kuah bersantan dan ditambah dengan irisan kecil tempe dan pete. Rasanya, beeeggghhh…bikin nambah! Ciyus! Punelnya nasi merah bercampur dengan sedikit rasa pedas dan gurih, ditambah ada sensasi kriuk-kriuk dari wader dan belalang. Hmmm…Kalo lambung bisa melar, pasti bakal ngunyah terus, hehehe…

Sinden

Makan siang saya hari itu semakin mantap karena diiringi dengan suara alunan kecapi dan sinden yang mangkal di depan warung. Widih, bener-bener berada di sebuah desa di Gunungkidul ya?! #senyumlebar

Bagaimana dengan harga di warung makan pinggir jalan ini?! Well, semua tergantung pilihan laukmu sih, mulai Rp 4.000 sampai dengan Rp 147.000 untuk lima orang dengan lauk lengkap seperti saya (gak termasuk minum). Nah, jika kamu ngetrip ke Gunungkidul dan ingin lebih membuka wawasan kulinernya, mungkin warung yang buka mulai jam 06.00-17.00 WIB ini bisa menjadi tujuanmu. Salam kuliner!

P.S. : pssstt… kata si mbak, nasi merah cuma disediakan dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang saja, selebihnya nasi putih.

 

LESEHAN PARI GOGO

Jl. Wonosari, Semanu, Gunungkidul (Barat Jembatan Jarak)

No. Telp. 081 794 430 81

Jam operasional 06.00-17.00 WIB

1 Komentar

Nutrisi Bangsa

13 Nov 2012 12:41

Aaah... Jadi lapar lagi nih .. Oiya, jangan lupa kirim link2 artikelnya ke admin@nutrisiuntukbangsa.org ya...

andreas

16 Nov 2012 11:49

hehehe... sudah min, cek inbox yak?! :)