Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Lezatnya Sambal Nyale-Sambal CACING LAUT dari SUMBA

Oleh halimah 11 May 2013

 Artikel ini diambil dari Blog pribadi saya :  http://halimahdoang.blogspot.com/2013/05/lezatnya-sambal-nyale-sambal-cacing.html

Jangan segera merasa JIJIK dan berkata ” TIDAK ” untuk sesuatu masakan yang ternyata HALAL dan LEZAT.  Begitulah pengalaman pertama saya mencicipi hidangan berbahan cacing laut yang disebut “NYALE” saat berlibur ke tanah SUMBA.  Pengalaman ini diawali dari kegemaran makan makanan pedas. Untuk soale makan,  memang rasanya tidak akan lengkap jika tanpa sambal, karena sambal biasanya juga bisa menambah nafsu makan Anda.   Berbicara soal sambal, di daerah Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur ada sambal unik terbuat dari cacing laut yang biasa disebut Bokosawu Nyale.

Dengar namanya saja mungkin banyak diantara kita yang merasa jijik, bagaimana bisa cacing dijadikan sambal yang enak. Sambal yang ini memang jarang ada, sebab menggunakan Nyale sebagai bahan dasar. Nyale atau semacam cacing laut hanya muncul setahun sekali, yaitu menjelang atraksi budaya PASOLA yang selalu digelar di bulan Februari dan Maret di Sumba Barat Daya dan Sumba Barat.  

 
 
ASAL-USUL  KULINER SAMBAL NYALE
 
 
Nyale adalah sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar air laut, seperti di lubang-lubang batu karang. Festival Bau Nyale ini diadakan setiap tanggal dua puluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama. Biasanya jatuh pada bulan Februari / Maret menjelang atraksi budaya PASOLA, yaitu  atraksi budaya ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul.
 
Upacara Bau Nyale sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang yang meremehkannya.
 
Acara inti dalam festival ini adalah menangkap nyale yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu di Pantai Selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada pertengahan malam hingga menjelang subuh.
 
Menurut keyakinan masyarakat Sasak, Annelida laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan, khususnya untuk kesuburan tanah pertanian agar dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Apabila banyak Nyale yang keluar, hal itu menandakan pertanian penduduk akan berhasil.
 
Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya mereka taburkan ke sawah untuk kesuburan padi. Selain itu, Nyale tersebut mereka gunakan untuk berbagai keperluan seperti santapan (Emping Nyale), lauk-pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing. Umumnya Nyale (cacing laut) dimakan dalam kondisi  hidup, namun bagi yang belum terbiasa memakannya secara hidup, bisa juga diolah menjadi olahan masakan. Olahan masakan yang lazim dibuat setelah tradisi Upacara Bau Nyale adalah membuat SAMBAL  NYALE.
 
 
KANDUNGAN GIZI  PADA  NYALE (CACING LAUT)
 
Nyale memiliki kandungan gizi yang tinggi. kandungan protein nyale yaitu 43,84 %.  Kadar karbohidrat yang terkandung dalam nyale yaitu 0,543% kadar karbohidrat yang terkandung dalam nyale yaitu 0,543%. 
Sebagai hewan laut maka nyale juga berkadar fosfor cukup tinggi (1,17%) bila dibandingkan dengan hewan darat pada umumnya (1,00%), ataupun susu sapi (0,105). kadar kalsium pada nyale ( 1,06 %) lebih tinggi dari kalsium pada susu sapi ( 0,12%). kadar magnesium pada nyale (0,32 %) jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat ( 0,04 %) pada umumnya , nyale sebagai hewan laut berkadar Natrium (1,69 %) adalah sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat ( 0,16 %) ataupun pada sussu sapi (0,05 %). kadar kalium (1,24%) adalah jauh lebih tinggi dari hewan darat (0,2%) ataupun pada sussu sapi (0,15%).  kadar klorida (1,05%) lebih tinggi dari hewan darat (0,11%) ataupun susu sapi ( 0,11%).  kadar besi nyale (857 ppm) sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat ( 80 ppm). 
 
Selain memiliki kandungan gizi tinggi, nyale juga dapat berfungsi sebagai antibiotik. Nyale menunjukkan aktivitas pada 9 bakteri benthos. Selain pada bakteri benthos, Nyale juga menunjukkan aktivitas pada 6 kuman isolat klinis 
 
 
MEMBUAT  SAMBAL  NYALE

Untuk membuatnya, Nyale mentah hanya dicampur dengan Cabai yang sudah dihaluskan, kemangi dan perasan jeruk perut. Pertama melintas lidah, memang terasa aneh. Namun, semakin disantap, rasanya semakin enak. Nyale terasa kenyal dan gurih, serta tidak berbau amis karena aroma wangi kemangi.

Jika tak doyan SAMBAL  NYALE yang mentah, ada juga sambal Nyale Pa’dongo. Nyale disangrai dengan kelapa parut, bawang merah, bawang putih, jahe, daun kemangi, dan cabai iris. Selintas seperti serundeng. Sebab bahan-bahan diaduk terus hingga kering dan menyatu. Nyale nyaris tak terlihat.   Biasanya sambal ini disajikan bersama Pata’u Ni, atau ayam kampung yang dimasak dengan santan.

 
Selamat mencoba dan selamat menikmati…..
 
6 Komentar

Ranny Afandi

21 May 2013 17:06

cacing laut? *glek* asli unik neh kuliner... :) Salam kenal..

lukman

17 May 2013 16:02

salam kenal.... waktu sy meliput kegiatan PASOLA sy pernah juga mencicipi sambal nyale ini...memang rasanya lezat, paling tidak menurut saya....he...he...he...ternyata kandungan GIZI nya luar biasa yaa...waahh...bagus untuk dikembangkan neh.....sukses ya bu Halimah...

sekar

16 May 2013 18:44

Salam kenal.... Artikel yang menarik... ada budaya PASOLA dan ada makanan bergizi tinggi yaitu Nyale si cacing laut....setahu sy cacing laut ini keluar setiap purnama setahun sekali sekitar bulan february dan maret....untuk melakukan pembuahan....namun memang kandungan gizinya tinggi sekali sekaligus mengandung anti bakteri dan anti kuman...subhanallah...selain itu rasanya LUAR BIASA ENAK NYA......

halimah

17 May 2013 07:51

Alhamdulillah....terima kasih Bu Sekar...salam kenal juga...tapi sebelumnya maaf, apakah ini Ibu Sekar Ningrum Ambarwati yang pernah bergabung di volunteer DD - Yogya...?? ... terima kasih sekali dengan masukannya...memang benar apa yang Ibu Sekar katakan, sehingga itu kita sulit melakukan penelitian untuk pembudidayaannya.... Bagaimana dengan pemberdayaan masyarakat yang ibu lakukan di Kulonprogo...?? Pasti sudah menuai hasil.....he...he...he...semoga terus sukses ya Bu....

Gemintang Batubara

14 May 2013 17:29

Artikel ini antik sekali.... Cacing laut bisakah dibudidayakan sebagaimana Landak Laut...?? rasanya bisa menjadi makanan alternatif bernilai GIZI TINGGI dan sangat bermanfaat...sebagaimana landak laut.....juga berpotensi untuk ekspor non migas...

halimah

15 May 2013 08:07

terima kasih Bu Gemintang....mungkin perlu uji coba terlebih dahulu bila akan di budidayakan....

halimah

14 May 2013 17:13

Terima kasih...salam kenal untuk mas Hiqmad... sy juga pernah mencoba yang mungkin hampir sama dengan cacing laut kering tersebut saat keluarga sy membawakan oleh-oleh makanan dari negeri sakura....disana cacing laut kering sangat digemari dan bergizi sangat tinggi ...selain rasanya yang enak...

HIQMAD MUHARMAN

14 May 2013 07:28

heemm...patut dicoba neh..menarik...tentang cacing laut...di daerah bangka cacing laut juga dimakan...sy pernah mencicipinya waktu ke Bangka ...memang kalo sudah dikeringkan rasanya sangat nikmat dan cacing laut bergizi tinggi...