Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Mengakrabi Hasil Laut Lancang

Oleh Putra Adnyana 10 Jun 2013

dokpribadi

Kapal-kapal penangkap ikan tradisional itu diam nan gagah di sisi dermaga. Sementara itu, sekelompok nelayan sibuk mengeluarkan hasil tangkapan mereka dari salah satunya. Nampaknya tak sia-sia melaut seharian. Beragam jenis ikan berhasil terjebak oleh jala mereka. Uniknya hasil tangkapan mereka selalu didominasi oleh ikan teri. Maka tak heran, Pulau Lancang bisa dikatakan surganya ikan teri di kawasan DKI Jakarta, khususnya Kepulauan Seribu.

Peserta Jelajah Gizi 2 tiba di saat matahari beranjak dari posisi paling teriknya. Lokasi Pulau Lancang memang tak jauh dari Pulau Pari, bahkan kawasan ini merupakan bagian dari Kelurahan Pulau Pari. Di Pulau Lancang ini, kami pun tengah merencanakan eksplorasi asik lainnya. Benar-benar seperti petualang (yang sekaligus berwisata), kami berjalan kaki menuju ke sebuah tempat dimana warga Pulau Lancang mengolah ikan-ikan teri tangkapan mereka. Tidak terlalu jauh dari dermaga tempat kami berlabuh. Selagi berjalan kaki, banyak panorama menawan yang dapat kami abadikan di sini selain keindahan kapal-kapal nelayannya. Pesona bakau-bakau yang tersebar di beberapa titik di sekitar Pulau Lancang juga mencuri perhatian. Atmosfer teduh khas kampung nelayan juga sangat pekat di jalan yang saya lalui. Sebagai sebuah pulau pemukiman  yang dihuni oleh sekitar 1.429 penduduk di atas tanah seluas 15,13 hektar, Pulau Lancang benar-benar memperhatikan betul tata ruang mereka; tampak rumah-rumah penduduk berderet rapi serta infrastruktur kesehatan, keamanan dan kepemerintahan yang telah dilengkapi.

dokpribadi
dokpribadi
dokpribadi

Lautan Teri

Di tempat pengolahan ikan teri milik warga Pulau Lancang, kami pun mengetahui bagaimana proses pengawetan ikan teri secara tradisional. Sekadar informasi, ikan-ikan teri Pulau Lancang dikeringkan tanpa bahan pengawet. Mereka hanya menggunakan garam untuk mempertahankan keawetan dan kekuatan rasa asin di dalam ikan-ikan teri tangkapan mereka. Pertama-tama, ikan-ikan teri tangkapan tersebut akan direbus di dalam sebuah tempat yang mirip bak. Seorang nelayan Pulau Lancang, Andi Badot tampak mengaduk-aduk rebusan tersebut. “Saat direbus, garam-garam air laut yang menempel pada ikan-ikan teri akan naik ke permukaan air rebusan. Kemudian garam-garam tersebut kami buang” terangnya. Membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk memaksimalkan proses rebus tersebut. Anehnya, ketika direbus, jumlah ikan teri ini akan susut. Misalnya yang tadinya direbus sebanyak 40 kg akan susut setengahnya.

dokpribadi
doknustrisi

Setelah direbus, teri-teri tersebut akan dilumuri garam sebagai pengawet. Lantas mereka akan dihemur selama kurang lebih 4 jam. Di Pulau Lancang, ada dua jenis ikan teri yang populer yakni ikan teri nasi dan ikan teri belah. Ikan teri nasi ini bentuknya kecil-kecil, kenyal, dan tipis. Serupa namanya, bentuknya pun agak mirip nasi dan sangat enak untuk dijadikan cemilan langsung. Beda dengan teri belah, ikan yang satu ini bentuknya agak padat, kembung, meski juga berukuran kecil. Saya sendiri lebih suka dengan ikan teri nasi ini karena sangat unik di lidah. Ketika dikunyah pun, teksturnya tidak terlalu keras, bahkan sangat kenyal. Saya yang notabene berasal dari Bali, kurang familiar dengan bentuk ikan teri jenis ini. Namun rekan blogger yang berada di Jawa maupun Sumatra ternyata familiar dengan ikan teri ini, karena sama persis dengan bentuk ikan teri Medan.

 Bukan tanpa gizi, Prof.Ahmad Sulaeman menginformasikan bahwa ikan teri mengandung 17% proten, kalsium yang sangat tinggi dan gizi lainnya yang sangat baik untuk tubuh kita. Maka banyak yang mengatakan dengan mengonsumsi ikan teri, kita akan terhindar dari bahaya osteoporosis saat tua nanti. Teri-teri Lancang biasanya didistribusikan ke daerah Tangerang, Jakarta, Bogor dan Cirebon. Harga jualnya pun dari 40 ribu sampai 50 ribu rupiah per kilogram, namun terkadang harganya akan berlipat ketika dijual lagi oleh customer di daerah tersebut.

Kenal Rajungan

dokpribadi

Usai mengubek-ubek proses pengawetan ikan teri, saya dan peserta Jelajah Gizi 2 lainnya pun beralih ke tempat pengolahan rajungan milik warga Pulau Lancang. Di sinilah pertama kalinya saya mengenal sosok rajungan. Bentuknya sangat menipu lantaran sangat mirip dengan kepiting pada umumnya. Namun, Prof. Ahmad mengatakan kalau rajungan itu hidupnya hanya di air laut saja, tidak seperti kepiting pada umumnya yang amfibi (bisa di darat dan laut sekaligus). Selain itu bentuk kakinya pun berbeda, dimana kaki belakang milik rajungan cenderung pipih, sementara kepiting terlihat lebih runcing.

dokpribadi
dokpribadi
dokpribadi

Sekali melaut, biasanya satu kelompok nelayan berhasil menangkap 50 kilogram rajungan. Rajungan yang telah ditangkap akan langsung direbus, lantas dikirim untuk dijual. Uniknya rajungan yang direbus tersebut hanya bertahan 2 hari saja hingga sampai di tangan penjual, maka dari itu harus cepat-cepat dijual. Rajungan ini pun sangat afdol sebagai menu makan siang para peserta Jelajah Gizi 2 saat itu. Dan Chef Opik pun langsung beraksi menyulap olahan rajungan serta ikan teri nasi menjadi menu santap siang yang seksi, lezat sekaligus bergizi.

Di hadapan para peserta jelajah Gizi, Chef Opik menyajikan langsung menu rajungan yang berlumur bumbu saus padang nan lezat. Sementara ikan teri nasi berkolaborasi dengan cita rasa kacang tanah, membuatnya begitu gemas di lidah. Padahal dengan sajian yang sederhana seperti itu, mampu memaksimalkan kegurihan ikan teri. Sementara cita rasa pedas dan empuknya daging jeroan rajungan bikin nagih terus dan terus! Nyammm….saya pun puas dengan perkenalan rajungan dan ikan teri nasi. Terimakasih NUB dan Jelajah Gizi, saya jadi akrab dengan mereka yang dari Lancang ini.

1 Komentar

nengbiker

10 Jun 2013 16:21

fotonya bagus2 banget a'