Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Nasi Liwet Solo

Oleh Arief94 06 Oct 2015

Nasi Liwet Solo

Di kota Solo banyak kita temui hal yang menunjukkan ciri khasnya bagi yang melihat atau mengunjungi kota Solo. Ada beberapa masakan khas yang banyak dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan para turis mancanegara pun banyak yang sudah mengenal masakan-masakan khas kota Solo.

Salah satunya adalah nasi liwet. Jika kita berkunjung ke kota Solo, kita akan menemukan di ruas-ruas jalan ibu-ibu paruh baya dengan balutan kebaya dan kain batik tengah meracik nasi gurih yang dimasak dengan santan kelapa (mirip nasi uduk), disajikan dengan sayur labu siam, suwiran ayam dan areh (sari santan kental). Di atas meja berjajar sajian pelengkap, seperti potongan hati/ampela ayam, tempe, tahu dan telur bacem. Tak ketinggalan kerupuk rambak (kerupuk dari kulit sapi) untuk menambah selera makan.

Nasi liwet terkenal dengan teksturnya yang pulen dan rasanya yang gurih. Rasa gurih ini muncul dari hasil rebusan nasi yang dimasak dengan cara dikaru (dituangi) dengan air santan kelapa. Keunikan lain dari nasi liwet juga terletak pada cara penyajiaannya yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus atau suru-nya (sendok). Keberadaan nasi liwet kini sudah merambah di kota-kota sekitarnya, seperti Yogyakarta, Klaten, Boyolali atau Sragen. Bahkan, banyak restoran mewah di kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya) yang menjadikan nasi lewet khas Solo ini sebagai menu utama.

Kuliner Asli Kaum Pribumi

Nasi liwet adalah kuliner asli bikinan kaum pribumi. Sebagai “produk asli ” pribumi, nasi liwet memiliki riwayat sejarah yang panjang. Zaman dulu, setiap bulan Mulud (Maulid), manusia Jawa rutin menggelar upacara Selametan (kenduri). Upacara Selametan itu ditujukan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad saw dengan harapan mendapatkan berkah. Dalam sumber tradisi lisan, konon utusan Gusti Pangeran itu gemar menyantap nasi samin. Lantaran orang Jawa tidak bisa memasak nasi samin, maka mereka membuat nasi yang menyerupai nasi samin, yakni nasi liwet.

Jika kita baca Serat Centhini (1814-1823), nasi liwet dihadirkan ketika Pulau Jawa diguncang gempa bumi. Nasi liwet dihadirkan dengan sebaris doa yang dilantunkan untuk keselamatan. Dalam naskah kono itu juga memuat kalimat: liwet anget ulam kang nggajih/ wus lumajeng ngarsi/ sadaya kemebul. Ada sebuah cerita, konon Paku Buwana IX (1861-1893) memborong nasi liwet untuk para pangrawit keraton. Ketika hendak pulang, para penabuh gamelan keraton disediakan makanan nasi liwet. Para pangrawit diminta makan supaya istrinya nanti tidak repot menyiapkan sarapan (di rumah).

Dari cerita ini, nasi liwet ternyata sejak dulu telah masuk ke dalam “lidah” komunitas kerajaan. Perjalanan wisata kuliner nasi liwet bergerak di dalam ruang yang berbeda dari masa ke masa, seperti halnya sejarah batik Lawean dan Kauman. Nasi liwet sanggup bertarung di tengah arus kuliner beraroma modern. Kuliner lawas yang sederhana, sesederhana nasi liwet tidak kalah dengan kuliner yang dikemas mewah. Nasi liwet menerabas batas dan sekat-sekat sosial: kaya-miskin, pribumi-nonpribumi, karyawan kantoran hingga tukang becak.

Bila ada waktu luang, datang saja ke depan Hotel Novotel Solo di pagi hari. Tamu hotel dan pembeli yang bermobil tak ragu dan tanpa malu “mincuk” sambil lesehan di emperan toko demi mengecap hangat, gurih dan pulennya nasi liwet khas Kota Bengawan.

Nasi, Kaya Pesan dan Makna

Makan nasi liwet tidak hanya mengenyangkan, tapi juga menyumbang ekspresi makna kultural Jawa. Nasi (bahasa Jawa: sego, sekul) sangat kaya pesan dan makna. Mardiwarsito dalam buku Peribahasa dan Saloko Bahasa Jawa (1980) menjelaskan beberapa pesan kultural tentang nasi (sego, sekul). Ia mencontohkan, sekul pamit (nasi berpamit), yakni terlambat mengerjakan sesuatu dan tidak memperoleh upahnya. Suatu ajaran bagi kita tentang pentingnya kedisiplinan. Sekul urug (nasi timbunan) yakni segala sesuatu yang tiada faedahnya. Menimbun dengan nasi sama saja tindakan bodoh, bakal sia-sia karena akan lenyap.

Beberapa pesan dan makna dari sepincuk nasi ini menggambarkan luasnya implikasi atau efek sosial-kultural kedekatan manusia Jawa dengan nasi, bagian primer dari nasi liwet. Ekspresi kultural tersebut mengajarkan keutamaan hidup manusia tidak hanya urusan makan (muluk), namun juga mengungkap nilai-nilai lain yang kudu dijunjung terkait tindakan manusia dalam melakoni hidup dan kehidupan. Merawat kuliner khas Nusantara seperti nasi liwet tanpa beralas piring dengan duduk lesehan sama sekali tidak melunturkan derajat dan harga diri kita sebagai sebuah bangsa.

Bahan Dasar Nasi Liwet

Daripada kita penasaran akan nasi liwet, mendingan saya share sekalian deh resepnya.

Bahan Dasar:

  • 400 gram beras, cuci
  • 2 lembar daun salam
  • 1 batang serai, digeprek
  • 700 mili liter santan dari ½ butir kelapa
  • 2 lembar pandan
  • ½ sendok teh garam
  • Ayam Areh

Bahan:

  • 1 ekor ayam, potong menjadi 4 bagian
  • 1 sendok teh ketumbar halus
  • 2sendok makan gula merah
  • 2 gelas air kelapa
  • 2 lembar daun salam
  • 1 sendok teh garam

Bumbu Halus :

  • 4 siung bawang putih
  • 6 butir bawang merah
  • ½ sendok teh terasi
  • 3 butir kemiri
  • 3 cm lengkuas

Areh :

  • 1 gelas santan kental dr ½ butir kelapa
  • ½ sendok teh garam
  • 3 lembar daun salam
  • 3 cm lengkuas, digeprek
  • Sayur Labu Siam

Bahan Dasar:

  • 1 buah labu siam, kupas dan potong-potong sebesar batang korek api
  • 2 gelas santan dari ¼ butir kelapa
  • garam dan gula secukupnya
  • 3 cm lengkuas digeprek
  • 2 lembar daun jeruk purut
  • 2 lembar daun salam

Bumbu Halus :

  • 6 butir bawang merah
  • 2 buah cabai merah, buang biji
  • 2 sendok makan minyak
  • 3 siung bawang putih

Telur Pindang :

Bahan Dasar:

  • 6 butir telur
  • 1 genggam kulit bawang merah
  • 1 gelas air
  • 3 cm lengkuas digeprek
  • 2 lembar daun salam
  • 1 sendok teh garam

Cara membuatnya :

  • Masak beras dan semua bahan dalam panci sampai santan mengering.
  • Tutup panci dan api dikecilkan. Masak sekitar 20 menit. Angkat dari api.
  • Biarkan panci tertutup sekitar 30 menit lagi sampai nasi matang.

Ayam Areh :

  • Ayam dibaluri dengan bumbu halus.
  • Masak dengan sisa bahan lainnya sampai ayam empuk, Angkat. Hidangkan dengan siraman areh.
  • Areh : masak semua bahan sampai masak dan kental.

Sayur labu Siam :

  • Panaskan minyak. Tumis bumbu halus sampai beraroma harum.
  • Masukkan labu siam dan sisa bahan. Aduk-aduk, masak sampai labu matang.

Telur Pindang :

  • Masak telur bersama bahan-bahan lainnya dengan api kecil sampai telur matang dan kulit kecoklatan.
  • Angkat. Retakkan kulit telur. Rebus lagi sebentar. Kupas.
  • Hidangkan Nasi Liwet/Nasi Gurih dengan Ayam Areh, Sayur Labu Siam, Telur pindang