Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Rumput Tetangga (TAK) Lebih Hijau

Oleh Yassir Siregar 02 Nov 2016

Apa iya rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri?

Terkadang kita selalu membandingkan rumput kita dengan milik tetangga. Tak jarang kalau kita melihat punya tetangga lebih ‘hijau’. Apa yang dimiliki tetangga sepertinya lebih baik dari yang kita miliki. Peribahasa ini agaknya membuat semua orang kurang bersyukur dengan apa yang dimiliki. Lantas, bagaimana kondisi sebenarnya rumput milik kita, Indonesia? Benarkah tak sehijau tetangga? Yuk, kita lihat fakta sebenarnya.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia diberi anugerah kekayaan bahari mulai dari ekosistem laut sampai kekayaan alam yang luar biasa. Ekosistem laut ini terdiri dari terumbu karang, jenis ikan yang beragam, sampai melimpahnya rumput laut di perairan kita. Dari banyaknya rumput laut yang ada, terdapat beberapa jenis yang tumbuh di perairan Indonesia seperti Gelidium Sp, Euchema Sp, Gracilaria Sp, Hypnea Sp, dan Sargassum Sp. Bagus-bagus ya namanya gais. Kali aja ada yang terinspirasi jadikan nama anak dari rumput laut ini. Pas ditanya temen arti nama, jawabnya rumput laut. Jleb!

Terkadang, banyak yang menganggap hasil laut itu hanya ikan saja. Padahal, rumput laut juga menjadi primadona yang keberadaaannya tak bisa dipandang sebelah mata. Oke, mari kita cerita sedikit asal-muasal rumput laut. Rumput lautdalam dunia ilmu pengetahuan disebut sebagaiAlgae.Dikenal pertama kali oleh bangsa China kira-kira tahun 2700 SM. Saat itu, rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang.

Di Indonesia, rumput laut mempunyai banyak nama sesuai dengan budaya Indonesia yang beragam. Di Jawa, rumput biasa disebut karagenan, ganggang, atau rambu kasang. Sedangkan masyarakat Bali menyebutnya bulung. Di Maluku disebut arien dan kahao sebutan masyarakat Bima untuk rumput laut. Perbedaan penyebutan nama ini membuktikan kalau rumput laut Indonesia itu tersebar dari Sabang sampai Merauke di sepanjang 81.000 km garis pantai negeri ini (Prok prok prok). Bayangkan saja, produksi rumput laut Indonesia berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP mencapai 10.335.000 ton basah. Dari data statistic FAO yang dirilis Maret 2015, produksi rumput laut Indonesia jenis E. cottonii pada tahun 2013 menempati urutan pertama dunia. Dunia mengakui kualitas rumput laut Indonesia. So, masih nggak pe-de dengan rumput sendiri? Masih menganggap rumput tetangga lebih hijau?

Lantas, apa sih kandungan dan manfaat dari rumput laut ini? Cekidot gais!

Seiring semakin sadarnya masyarakat negeri dengan kandungan dan manfaat rumput laut ini, makin banyak masyarakat yang mengolah dan mengembangkannya. Upaya budidayanya pun kian digencarkan. Di Bali misalnya, banyak terdapat upaya budidaya rumput laut. Upaya serupa juga dilakukan di Lamongan, Sulawesi Selatan, Pantai Utara Pulau Jawa, perairan Nusa Tenggara Barat dan masih banyak daerah yang sudah banyak mengembangakan hasil laut ini.

Potensi pengolahan rumput laut ini sangat besar karena rumput laut banyak mengandung zat-zat nutrisi penting yang diperlukan bagi tubuh. Wajar saja kalau banyak masyarakat yang kian gencar mengolah hasil laut ini menjadi berbagai olahan makanan yang memanjakan lidah. Kandungan gizinya yang cukup tinggi menyebabkan rumput laut baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Ada sekitar lima ratusan produk makanan dan non makanan bernilai tinggi yang bisa dihasilkan dari rumput laut ini. Berikut 5 kreasi olahan makanan rumput laut yang kerap dinikmati masyarakat Indonesia dan sebenarnya menurut saya bisa menjadi kuliner andalan negeri ini.

Untuk cara membuat dan mencari tahu alat dan bahan kreasi makanan di atas, bisa tanya om Googleya gais. Yang jelas, itu semua adalah produk olahan yang bernilai tinggi dari hasil laut Indonesia. Gimana? Masih tidak percaya diri dengan rumput sendiri? Masih menganggap rumput tetangga lebih hijau? Yuk kita kenali potensi negeri, kita gali kekayaan ibu pertiwi dan kita kembangkan potensi bahari yang kita miliki. Kita jelajahi setiap sudut negeri untuk melihati potensi gizi dalam setiap makanan khas tanah ini.

Untuk menuju Indonesia sebagai poros maritim, dari sisi pemanfaatan sumberdaya perikanan melalui perikanan budidaya, rumput laut bisa banyak berkontribusi. Sudah saatnya kita bangga pada produksi dalam negeri. Bangga pada Indonesia!