Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Sinonggi, Sensasi Makan 'Lem' Khas Kendari

Oleh Iqbal Kautsar 19 May 2013

Sinonggi, kuliner khas Kendari. Terbuat dari sari patu sagu.

 Jangan salah sangka dulu! Ini sewujud makanan. Bukan lem, bung!

 Sekilas tampak, semangkok besar putih kenyal-kenyal nan lembek ini sama dengan semangkok lem kanji. Tapi, mata fungsinya  untuk melihat. Yang tahu rasa adalah lidah. Tatkala lidah menyantap, ‘lem’ ini adalah sinonggi. Sebuah makanan khas Kendari yang terbuat dari sari pati sagu.

Pada sebuah petang menuju malam, saya bersama beberapa kawan menjajal Sinonggi di Rumah Makan Aroma. Kami selepas mengadakan pelatihan keuangan daerah di Kota Kendari. RM Aroma menempati ruko di Jalan La Ode Hadi, Kelurahan Korumba, Mandonga, Kendari. Kawasan ini merupakan kawasan yang ramai di Kendari. Berdiri banyak ruko dan ada Swalayan Metro Kendari yang dekat dengan jalan utama.

RM. Aroma adalah pionir penjualan Sinonggi dan makanan-makanan khas Kendari. “Dengan berjualan sinonggi, kami bermaksud mengangkat dan memperkenalkan masakan khas suku kami, suku Tolaki, mayoritas penduduk Kendari.” tutur Sri Dewi, pemilik RM. Aroma.

Sinonggi hadir dalam kehidupan masyarakat Tolaki sejak ratusan tahun silam. Diwariskan turun temurun. Sinonggi sudah menjadi identitas kebudayaan Tolaki. Menjadi santapan dalam kesehariannya, seperti halnya beras. Suku Tolaki adalah penduduk asli yang mendiami daerah Kendari, Konawe, Kolaka di Sulawesi Tenggara.

Ada mitos mengungkapkan bahwa sinonggi pada awalnya berasal dari pohon sagu yang tumbuh dengan alami di perkampungan Kuko, hulu Sungai Konaweha yang kini bernama Latoma Tua. Dalam bahasa Tolaki, ia disebut sowurere, artinya kampung yang ditumbuhi ribuan pohon sagu. Lokasinya di dekat Tongauna, Kecamatan Ulu Iwoi, Kabupaten Kolaka. Meski begitu, ada juga yang menyatakan sebetulnya dari Maluku lah pohon sagu tersebut berasal.

Sementara itu, nama sinonggi berasal dari kata posonggi. Posonggi dalam bahasa Tolaki merupakan alat yang digunakan untuk mengambil makanan. Bentuknya seperti sumpit. Terbuat dari bambu yang diperhalus. Panjangnya kurang dari sepuluh sentimeter. Seiring perkembangan zaman, sumpit menjadi langka. Pada saat makan, banyak orang Tolaki lebih suka langsung menggunakan tangan atau memakai sendok.

Sinonggi disantap dengan ditemani lauk ikan, sayur, sambal. Mantap!! @iqbal_kautsar

Hampir setiap keluarga Tolaki bisa mengolah sinonggi. Tidaklah susah untuk membuat sinonggi. Di Kendari, tepung sagu mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional. Tepung sagu ini lalu direndam di dalam baskom dengan menggunakan air dingin selama satu malam. Biarkan hingga mengendap. Air rendaman lalu dibuang. Ketika akan diolah, sagu dicairkan lagi dengan air dingin secukupnya. Lalu, disiram air mendidih sedikit demi sedikit, sambil sagu diaduk-aduk hingga mengental.

Setelah jadi, sinonggi akan disimpan pada sebuah wadah. Dulu, orang tua menyimpan sinonggi dalam dulang yang terbuat dari kayu. Dulang dalam bahasa Tolaki adalah odula. Sayang perubahan waktu, orang tidak lagi menyimpan sinonggi dalam dulang kayu melainkan dalam baskom. Bagi sebagian orang Tolaki, ada rasa berbeda menyimpan sinonggi antara dalam dulang kayu atau baskom. Rasa sinongginya lebih legit jika disimpan pada dulang.

Cara Unik Menikmati Sinonggi

Sinonggi memiliki kemiripan dengan makanan khas Maluku, papeda dan khas Luwu Sulawesi Selatan, kapurung. Sama-sama berbahan dasar sagu. Namun, sinonggi berbeda dalam cara penyajiannya. Pada sinonggi, tepung sagu yang sudah dimasak tidak langsung dicampurkan dengan sayur, lauk, kuah ikan, sambal, atau bumbu lainnya. Pencampurannya baru dilakukan saat akan dimakan. Tergantung selera masing-masing orang.

Orang Tolaki selalu menyantap sinonggi dengan sayur dan lauk. Yang sangat khas, biasanya sinonggi disajikan bersama kuah ikan kerapu, ikan cakalang dan ikan putih. Ikan-ikan ini banyak ditemukan di Teluk Kendari dan perairan sekitarnya.

Sinonggi bisa juga dinikmati dengan daging ayam dan daging sapi yang dimasak tawooloho. Tawooloho artinya dimasak dengan daun belimbing asam. Jangan ketinggalan sayurnya! Pilihannya bisa sayur bayam, kangkung,singkong, kacang panjang, daun kedondong, dan palola (terong kecil), okra/kopi gandu dan daun tawa huko-huko (melinjo). Di RM. Aroma, menu-menu khas Tolaki tersebut disuguhkan menjadi paket bersama sinonggi.

Lauk dan sayur untuk menyantap sinonggi. Sama-sama khas Kendari. @iqbal_kautsar

Horee.. Sinonggi kami sudah datang! Lauknya pun lengkap. Ada kuah ikan putih, kuah daging ayam tawooloho, sayur bayam dengan palola, oseng rempelo ati dan sambal terasi tumis, sambal mentah.

Seorang pelayan RM. Aroma mengajari saya cara menyantap hidangan. Ada urutannya yang biasa dilakukan orang Tolaki agar makanan yang disantap lebih nikmat.

Yang pertama diambil adalah kuah ikan. Lalu berikan kemangi dan perasan air purut nipis sesuai selera. Di Kendari, jeruk purut dikenal dengan nama jeruk Tolaki. Kemudian, masukan ikan dan sayuran. Terakhir, berikan sinonggi selagi masih panas.  

Yang paling menarik adalah saat mengambil sinonggi. Sinonggi yang begitu kenyal seperti lem diambil dengan digulung menggunakan sumpit. Gulungan sinonggi lalu letakkan di atas racikan kuah. Kemudian potong kecil-kecil sinonggi agar lebih mudah dilahap. Pada awalnya, saya kesulitan menggulung untuk mendapatkan sinonggi yang besar. Setelah berkali-kali, akhirnya saya bisa memperoleh sinonggi seukuran bola kasti. Horeeee!!!

Sinonggi mulai saya santap. Saya mengambil sinonggi dari piring dengan sendok agar kuah ikut terambil dan lebih praktis. Emm.. Nyam.. Nyam.. Nyam.. Sinonggi tidak perlu dikunyah. Ditelan saja langsung karena adonannya lembut. Glek... Seperti melahap butiran obat. Cukup surprise. Baru kali ini saya makan sesuatu yang berat tanpa dikunyah.

Pengambilan kedua, saya menahannya sebentar di lidah untuk mendapatkan rasa. Dikecap-kecap. Rasa sinonggi agak manis tapi lebih dominan tawar. Yang lebih terasa adalah kuah ikannya. Asin nan gurih dengan bumbu rempah yang khas.

Menggulung-gulung Sinonggi. Unik. @iqbal_kautsar

Selanjutnya saya lahap cepat sinonggi beserta kuah dan lauknya. Karena masih sangat penasaran, saya beberapa kali menambah segumpalan besar Sinonggi. Perut kini pun kenyang dengan gumpalan-gumpalan sinonggi yang langsung tertelan.

Tak Sekedar Mengenyangkan

Sinonggi adalah makanan segar yang mengandung gizi. Sagu sebagai bahan baku utama memiliki kandungan karbohidrat sekitar 85,6%, serat 5% dan untuk 100 gr sagu kering setara dengan 355 kalori.

Selain mengandung karbohidrat, sagu juga mengandung polimer alami yaitu zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah. Sinonggi aman dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus.

Serat pada sagu mengandung zat yang berfungsi sebagai probiotik, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengurangi resiko terkena kanker usus dan paru-paru. Serat sagu juga bermanfaat untuk mengurangi kegemukan. Sinonggi bagus bagi orang yang sedang melakukan diet.

Gizi Sinonggi memang sebagian besar berupa karbohidrat yang mengenyangkan. Akan tetapi, kombinasi lauknya menjadikan Sinonggi kaya akan gizi. Lauk ikan putih, cakalang dan kerapu memiliki protein hewani tinggi yang diperkaya dengan omega-3 luar biasa. Protein bermanfaat sebagai antibodi pembentuk imunitas tubuh penangkal penyakit, sebagai sarana kontraksi otot, dan sebagai penghasil berbagai enzim untuk menimbulkan reaksi proses kehidupan.

Senyawa Omega-3 (DHA dan EPA) memiliki peran penting dalam proses sel-sel saraf dan otak. Bagi anak, Omega-3 sangat baik meningkatkan kecerdasan. Bagi orang dewasa, sangat dibutuhkan untuk mempertajam daya ingat dan menunda penuaan. Selain itu, Omega-3 berguna merawat kekebalan dan daya tahan tubuh, mencegah timbulnya penyakit jantung, menstabilkan tekanan darah dan mengurangi kadar kolesterol dalam darah. 

Lauk lain sinonggi, daging sapi bermanfaat bagi tubuh karena mengandung protein, vitamin (B1, B2, E), zat besi, kalium, dan lemak. Daging sapi bisa meningkatkan efisiensi transmisi saraf, mengoptimalkan pembentukan sel darah merah, mencegah jantung dan kanker dan masih banyak lagi. Adapun daging ayam juga kaya protein, vitamin (A,C,E), lemak tak jenuh. Daging ayam merupakan protein yang paling ideal bagi anak kecil, orang setengah baya dan orang lanjut usia, penderita penyakit pembuluh darah jantung dan orang yang lemah pasca sakit.

Sinonggi kaya karbohidrat dengan lauk ikan dan sayur yang kaya gizi. @iqbal_kautsar

Beberapa sayur yang menjadi kawan santapan sinonggi memiliki kandungan gizi tinggi. Sayur bayam, salah satunya, memiliki manfaat bagi sistem pencernaan tubuh lewat seratnya, bisa mengontrol tekanan darah, vitamin K dalam bayam bagus untuk pembekuan darah, flavonoid bayam bagus untuk memperlambat proses penuaan, komposisi vitamin A, C, D, E, dan B  dalam bayam dapat menjaga jumlah sel imun dalam tubuh.

Sayur singkong memiliki manfaat sebagai anti oksidan dan anti kanker, menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, merangsang nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sayur daun kedondong kaya karbohidrat, protein, kalsium, serta vitamin A dan C yang bagus untuk tubuh.

Selain itu, ada sayur kangkung yang terbukti sangat bermanfaat bagi tubuh dengan zat besi, vitamin, kalsium, fosfor dan proteinnya. Kangkung berfungsi seperti sebagai zat anti racun dalam tubuh, sebagai penambah darah, mencegah kanker perut, memperlambat penuaan, anti ketombe, dll.

   

***

Setiap kunjungan ke suatu tempat tak akan lengkap jika tidak menjajal makanan khas setempat. Seminggu di Kendari, saya beruntung bisa mencicipi Sinonggi, kuliner spesial Tolaki. Ada semacam kenangan yang membuat lidah saya tertambat pada romantika masyarakat Kendari. Bukankah makanan khas bisa membuat jatuh hati pada sebuah kota? Sinonggi berhasil memikat perasaan. Rasanya tak rela meninggalkan Kendari pada esok harinya.    

Malam sudah menyelimuti kota Kendari. RM. Aroma bersiap tutup. Rumah makan ini buka dari sekitar pukul 09.00 sampai 21.00 WITA. Tak terasa, sensasi memakan Sinonggi serasa membuat waktu berjalan lebih cepat. Di RM. Aroma, kami tinggal satu-satunya pengunjung.

“Biasanya, kami ramai saat makan siang. Kalau malam, orang pikir-pikir makan sinonggi karena kandungan air yang cukup tinggi di sinonggi. Bisa membuat lebih sering buang air kecil.” terang Bu Sri Dewi, saat saya membayar.

Ah, semoga malam terakhir saya di Kendari tidak jadi malam yang panjang dan melelahkan. Smoga bukan malam yang penuh bolak-balik ke toilet.

Suasana sore menuju malam di Pelabuhan Kendari. @iqbal_kautsar