Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Yuk Melirik Potensi Budidaya Rumput Laut di Pulau Pari, Kep. Seribu

Oleh Nesa Tasya Asmarany 08 Jun 2013

Salah satu sudut indah di Pulau Pari (by @nesatasyaa)

Laut memang menjadi sumber kehidupan utama masyarakat Kep. Seribu. Bagi mereka, laut sudah seperti gudang pangan yang tak pernah kosong. Pengolahan demi pengolahan hasil laut dilakukan di Kep. Seribu. Salah satunya ialah budidaya Rumput Laut yang sudah menyediakan asupan gizi dan rezeki bagi masyarakat Pulau Pari, salah satu Pulau cantik di Kep. Seribu. Rumput Laut menjadi sumber mata pencaharian mayoritas masyarakat di Pulau Pari dari dulu sampai sekarang. Meski rumput laut pernah menjadi penyebab runtuhnya perekonomian masyarakat Pulau Pari, tetapi masyarakat di sini tetap pada prinsipnya untuk terus membudidayakan Rumput Laut hingga menjadi sukses seperti sekarang.

Rumput Laut, tumbuhan berjenis alga ini memang tumbuh subur di Negeri kita tercinta Indonesia. Anugerah Tuhan akan ribuan pulau dengan jutaan hektar garis pantai membuat Indonesia menjadi tempat yang baik untuk dijadikan lokasi budidaya Rumput Laut.

Bersyukur saya terpilih menjadi 10 Penjelajah Gizi #JelajahGizi 2013 dan berkesempatan mengunjungi Kep. Seribu yang memasukan berkunjung ke budidaya Rumput Laut sebagai agenda perjalanannya.

Aaawesome! Itulah kata pertama yang terlintas di benak saya saat melihat rumput laut berada tepat di depan mata saya. Ya saya memang agak sedikit norak kalau melihat hal baru yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Hal tersebut terjadi pada Kamis, 30 Mei 2013 kemarin, hari pertama penjelajahan gizi yang menjadikan Pulau Pari sebagai destinasi pertamanya.

Merasa tertarik lebih jauh tentang Rumput Laut, saya pun langsung bergegas mendekati si Rumput Laut dan mencicipi rumput laut mentah yang tergeletak begitu saja di pusat budidaya rumput laut. Sekedar info guys, rumput laut mentah rasanya asin, hambar dan licin, lebih enak yang udah diolah (yaiyalah).

Sambil mendengar penjelasan dari seorang Bapak nelayan Rumput laut yang maaf saya lupa namanya, tim #JelajahGizi diminta untuk mencoba mengikat sebagian cabang dari Rumput laut. Pengikatan ini adalah step awal untuk menanam rumput laut. Gunanya pengikatan ini adalah untuk memancing rumput laut tumbuh, jadi hasil potongan rumput laut tersebut berfungsi seperti bibit yang akan tumbuh dan berkembang. Kalian tau ga perbandingan yang bisa didapatkan hasil menanam cabangnya itu bisa 1:9 artinya 9 kali lipat dari yang ditanam guys. Dan total rumput laut yang bisa didapat sekali panen itu bisa mencapai 1 ton, wuih hebat!

Segumpalan Rumput Laut yang tergeletak (by @nesatasyaa)

Take and eat that seaweeds! (by @nesatasyaa)

Bapak nelayan yang sedang menjelaskan tentang pembudidayaan Rumput Laut (by @nesatasyaa)

Saya dan seaweeds (by @nengbiker)

Setelah selesai memotong dan mengikat rumput laut di tali yang telah disediakan, beberapa orang tim #JelajahGizi diajak untuk menanam rumput laut oleh bapak-bapak nelayan. Menurut bapak nelayan tersebut, rumput laut hanya bisa  tumbuh di kedalaman 6-7 meter jadi kita harus pergi agak ke tengah laut untuk menanamnya. Sayang beribu sayang saya gak ikutan menanam rumput laut karena kapasitas yang boleh ikutan Cuma sedikit kalo ga salah 6 orang, upset deh upset :’(

Teman-teman yang ikut menanam Rumput Laut (by @nesatasyaa)

Di Pulau Pari, budidaya rumput laut ga terhenti sampai menanam lalu memanen tapi juga mengolahnya menjadi beragam makanan yummy yang badai bergoyang berdendang di lidah. Diantaranya dodol rumput laut, manisan rumput laut dan es rumput laut. Nyam-nyam! Pengolahan rumput laut dimulai dari merendamnya di air tawar selama 2 malam. Lalu dijemur selama kurang lebih satu hari atau sampai mongering agar kadar airnya berkurang, then rumput laut siap untuk diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman.

Tempat menjemur Rumput Laut (by @nesatasyaa)

Rumput Laut yang sedang dikeringkan (by @nesatasyaa)

Dodol Rumput Laut (by @nesatasyaa)

Gak cuma enak, rumput laut juga memiliki nutrisi lengkap dengan kandungan vitamin dan mineral yang 10 kali lebih besar dari tumbuhan darat. Wuih kecil-kecil cabe rawit! Mengkonsumsi rumput laut secara rutin bisa menghindari kita dari resiko kanker guys, kandungan serat, selenium dan seng nya mereduce peningkatan level estrogen yang bisa mengakibatkan kanker. Selain anti kanker, serat yang tergandung di dalam rumput laut juga cucok nih untuk yang pingin diet. Wah pantesan aja ya masyarakat Pulau Pari tubuhnya ideal dan ga ada yang gempal. Jujur ya, 2 kali kunjungan ke sana saya belum pernah liat warga setempat yang memiliki tubuh kelebihan lemak. Patut dicontoh nih guys.

Menurunkan kadar garam dalam tubuh menjadi manfaat lain mengkonsumsi rumput laut. Dalam arti lain rumput laut bisa menurunkan darah tinggi. Pasti pada baru tahu kan? Yuk mari dipraktikan, jadi nanti pas lebaran haji, makan sate kambing minumnya es rumput laut guys, biar ga tepar abis ngambing (makan kambing) gratisan :D

Anti kanker, anti gemuk, anti darah tinggi dan ternyata ada lagi nih anti penuaan dini. Tidak hanya untuk dikonsumsi, rumput laut juga bisa menjadi bahan kosmetik. Kandungan vitamin, mineral, asam amino dan enzym di dalam rumput laut sangat baik sebagai anti oksidan pada kulit. Hebat ya si RL ini, tapi sayang guys di Pulau Pari saya belum melihat ada pengolahan kosmetik di sini, mungkin karena pengolahannya sulit ya, padahal kosmetik herbal lebih baik loh dari pada kosmetiknya Sandra Dewi :’(

Back to Pulau Pari, sekali lagi saya tekankan pengolahan rumput laut di sini hanya untuk es, manisan, dan dodol. Untunglah tim #JelajahGizi datang membawa pencerahan dalam bentuk Chef Opik, Runner Up Master Chef season 2 rivalnya Bu Desi. Chef Opik memperlihatkan bagaimana mengolah rumput laut menjadi makanan sehat nan menggoda berbentuk Salad Rumput Laut Ikan Baronang. Dengan acara masak bersama berdurasi kurang lebih 45menitan yang berlokasi di P3 (Pantai Pasir Perawan) Ibu-Ibu Pulau Pari menjadi lebih paham bahwa rumput laut ga cuma bisa dijadiin cemilan dan minuman tapi juga makanan inti. Besar harapan acara masak bersama ini bisa menjadi inspirasi untuk Ibu-Ibu Pulau Pari agar mengolah rumput laut yang berlimpah menjadi olahan yang tidak monoton.

Chef Opik, Prof Ahmad, Bu Lurah dan Ibu-Ibu P. Pari (by NUB)

Taraaa Salad Rumput Laut Ikan Baronang ala Chef Opik (by NUB)

Kalian udah tahu kan sekarang gimana besarnya potensi rumput laut or seaweed or algues or kaiso untuk dibudidayakan? Sayangnya ga semua daerah di Indonesia mau membudidayakan Rumput Laut padahal kepemilikan laut yang luas dan iklim yang mendukung, Indonesia seharusnya bisa menjadi Negara pengekspor Rumput Laut mengalahkan China dan Filipina.

Tapi belum terlambat kok guys, yuk mulai sekarang ikut mendukung budidaya Rumput Laut yang kaya manfaat ini. Jangan cuma bisa lihat di tv aja, sekali-sekali boleh lah berkunjung ke Pulau Pari agar kita lebih tahu dan lebih bersyukur atas apa yang Tuhan udah kasih ke Indonesia dalam bentuk Rumput Laut. Pulau Pari letaknya gak jauh kok dari Muara Angke maupun Marina, Ancol. So gak perlulah merogoh kocek dalam untuk merasakan sensasi menanam, mengolah dan pastinya memakan langsung Rumput Laut di sumbernya :D