Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Bika Ambon: Bika yang Bukan Berasal dari Ambon

Oleh Dedek Sinabutar 25 Oct 2012

BIKA Ambon merupakan kue bewarna kuning dengan tekstur legit tapi berlubang-lubang serupa permukaan pori-pori kulit manusia, dengan aroma pandan yang kuat dan bagian bawahnya yang keras. Bagi para wisatawan, baik dalam maupun luar Negeri, yang pernah berwisata ke Sumatera Utara untuk menikmati panorama alam seperti Danau Toba, Pulau Samosir dan panorama indah lainnya, yang kemudian singgah di Medan, barangkali, sudah tidak terlalu asing dengan pengangan satu ini. Sebab, Bika Ambon telah terkenal sebagai salah satu oleh-oleh wajib untuk dibeli, apabila Anda mampir di ibu kota Sumatera Utara ini, disamping Bolu Meranti dan Ombus-ombus. Bahkan seolah ada pepatah yang mengatakan: ‘Tidak lengkap wisata kuliner Anda jika Anda tidak merasakan nikmatnya Bika Ambon.’. Namun, tahukah Anda beberapa hal penting tentang Bika Ambon, seperti mitos seputar sejarah awal mula terkenalnya Bika Ambon–yang uniknya bukanlah berasal dari Ambon, salah satu provinsi di Indonesia bagian Timur?

Mitos Sejarah Bika Ambon

SAMPAI saat ini, sejarah akan terkenalnya Bika Ambon hingga akhirnya menjadi salah satu jajanan khas kota Medan, masih belum ada satu pun bukti yang benar-benar dapat memberikan kesahihannya. Bahkan pertanyaan mengapa jajanan lezat ini harus diberi nama Bika Ambon, padahal jelas-jelas produksinya dilakukan di Medan, belum terjawab. Sehingga tidak jarang para wisatawan (atau malah juga penduduk kota Medan) mempertanyakan, ‘Kenapa Bika Ambon? Kenapa bukan Bika Medan?’

Terdapat beberapa mitos sejarah Bika Ambon yang beredar, seperti:

1. Tradisi Kulier Peninggalan Bangsa Portugis

Mitos pertama ini diperkuat pada buku berjudul Bunga Angin Portugis di Nusantara, Jejak-jejak Kebudayaan Portugis di Nusantara, karangan Paramita R Abdurrahman. Di dalam bukunya Paramita mengatakan bahwa salah satu dari peninggalan bangsa Portugis ketika menjejak di tanah Ambon adalah tradisi kuliner. Dari tradisi kuliner ini, bangsa Portugis turut memperkenalkan sebuah makanan, yang kelak dikatakan akan menjadi cikal bakal Bika Ambon, yaitu bika. Hanya saja, bika itu sendiri tidak begitu disukai oleh penduduk Ambon.

Lantas dari penelusuran lebih lanjut dikatakan bahwa (beberapa tahun setelah warisan kuliner oleh bangsa Portugis itu) pernah ada salah seorang saudagar dari Ambon yang membawa dan memperkenalkan bika tersebut ke negara tetangga, yakni Malaysia. Namun, sekali lagi, bika sama sekali tidak digemari di sana, sehingga saudagar tersebut pergi dan membawa lagi bika, dan kali ini ke Sumatera Utara. Hasilnya? Akhirnya bika itu mendapatkan tempat tersendiri, sebab penduduk di Sumatera Utara pada masa itu, menyukainya, dan bika pun menjadi terkenal.

Walau tidak ada bukti yang pasti akan kebenaran dua peristiwa di atas, beberapa kalangan meyakini bahwa setelah kuliner bika diperkenalkan oleh orang Portugis yang berlabuh di Ambon, yang kemudian karena tidak disukai di sana, salah seorang saudagar dari Ambon membawa kuliner tersebut hingga sukses sampai di Sumatera Utara. Sampai saat ini.

2. Kuliner oleh Seorang Perempuan Tionghoa

Mitos lain perihal sejarah Bika Ambon, diyakini bahwa pegangan tersebut kali pertama dihasilkan oleh seorang perempuan Tionghoa yang telah menetap sejak lama di Tanah Deli–tidak jauh dari kawasan Majapahit pada saat tentara Belanda menduduki nusantara. Dikatakan, perempuan Tionghoa tersebut sering melakukan eskperimen membuat kue, lantas suatu ketika perempuan itu memasak sebuah kue seperti biasa, yang sayangnya dianggap gagal karena gosong. Kemudian, dia memberikan kue tersebut kepada pelayannnya–yang kebetulan adalah seorang keturunan Ambon, dan tanpa diduga disukai, bahkan bagian yang gosong pun lahap dihabiskan. Terinspirasi dari pelayannya tersebut, si perempuan melakukan eksperimen lagi berkali-kali sampai tidak ada lagi bagian gosong yang terdapat pada kue buatannya. Lantas, kue tersebutlah yang sering disajikan kepada orang asing yang singgah ke kediamannya, hingga lambat laun dikenal dengan nama Bika Ambon, karena terinspirasi dari pelayannya yang keturunan Ambon.

3. Diproduksi Kali Pertama di Jalan Ambon

Mitos berikutnya tentang Bika Ambon, yang juga masih diyakini oleh penduduk di Medan, adalah karena peganan beraroma pandan ini, kali pertama memang diproduksi dan dijual di Jalan Ambon, di sekitar kawasan Majapahit. Bahkan sejak 1980-an kawasan Majapahit telah menjadi sentra penjualan Bika Ambon–dan hanya bisa dibeli di kawasan tersebut pada periode tahun itu. Sehingga, seiring dengan meningkatnya industri kuliner ini, masyarakat sekitar lebih mengenal nama jajanan ini sebagai Bika Ambon.

Kandungan Gizi Bika Ambon

BAHAN dasar yang umumnya digunakan oleh warga untuk membuat Bika Ambon adalah telur, gula, santan, serai, daun jeruk, dengan penyedap utama daun pandan (Bika Ambon yang paling terkenal adalah Bika Ambon dalam rasa pandan, walau seiring dengan perkembangannya saat ini telah tersaji Bika Ambon dalam rasa durian, keju dan cokelat) dan bahan utama pembuatnya adalah tepung sagu.

Pada proses pembuatannya, Bika Ambon mempergunakan tepung sagu, karena memiliki zat pati atau hidrat arang yang sangat besar, namun kandungan gizi mikro dan makro minim.  Berdasarkan uji laboratorium, dikatakan bahwa seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil. Sehingga kandungan gizi yang paling menonjol dalam sajian ini adalah kandungan kekayaan sari patinya.

Selain kaya akan sari pati, kandungan gizi yang penting dalam Bika Ambon adalah kuning telur (pada proses pembuatannya, Bika Ambon hanya mempergunakan kuning telurnya saja). Gizi kuning telur sangat baik untuk konsumen–khususnya anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan–karena di dalam kuning telur terdapat kolesterol yang tinggi serta terdapat pula kandungan antioksidan yang mencegah peroksidasi lipid jaringan dan karotein. Hanya saja, untuk orang tua, kolesterol tinggi yang terdapat pada kuning telur harus benar-benar diperhatikan agar tidak melewati kadar (tambahan: untuk orang tua berusia tertentu, kolesterol menjadi musuh utama untuk kesehatan, sehingga harus benar-benar dijaga).

*

HINGGA sekarang pun Bika Ambon masih menjadi salah satu primadona makanan bagi penduduk di kota Medan yang sangat tepat disajikan di saat bersantai sambil disantap ditemani secangkir kopi atau teh bersama dengan keluarga, bersama kekasih atau sahabat. Atau, Anda bisa membawa Bika Ambon sebagai oleh-oleh yang sangat nikmat kepada orang-orang tercinta Anda, ketika suatu hari Anda kebetulan berkunjung atau singgah di kota Medan.

Jurangmangu Timur, 25 Oktober 2012

http://nutrisiuntukbangsa.org