Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Ekspedisi Kota Tahu Aci

Oleh Hanum Hapsari 15 Oct 2012

 Semangat Jelajah gizi!

Kali ini sahabat jelajah gizi akan saya ajak berekspedisi kota basis tempat makan murah meriah atau yang lebih kita kenal dengan “warteg”. Ya, tepat sekali kali ini saya dan kedua teman saya dian dan vela pergi melancong ke Tegal. Tanpa tujuan, tanpa smartphone dan hanya mengandalkan masyarakat sekitar untuk menuntun kami bertiga melakukan ekspedisi kota tahu aci. Tahu aci sudah lama menjadi landmark Kota Tegal karena setiap teman kos saya pulang mudik pasti membawa oleh-oleh tahu aci. Ekspedisi kali ini sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan tahu aci. Saya bertekad mencari makanan lain selain tahu aci di sini yang belum pernah saya jumpai sebelumnya.

Berangkat menggunakan Kereta Kaligung Mas tidak begitu terasa karena dari Semarang menuju Tegal hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam saja. Stasiun Tegal terlihat begitu sepi. Tidak ada peta wisata, bahkan semacam kantor tourist guide pun tak kami jumpai. Berbekal kata teman yang asli orang Tegal, kami dengan percaya dirinya keluar markas utama, stasiun.

 

Selamat datang di Tegal!

Tujuan awal kami adalah mencicipi kupat blengong, namun ternyata makanan itu baru bisa kami temui di sore hari. Seperti kata Ayah saya ketika bingung jawabannya adalah dibawah mulut. Alhasil kami bertanya-tanya dengan warga sekitar di mana tempat makan yang tersohor di Tegal ini. 

Berbekal informasi singkat dari seorang ibu, kami bertiga menaiki angkot warna kuning dan sampailah di depan Warung Makan Sauto Sedap Malam Pak Amir. Ternyata warung ini menjual jenis soto yang berbeda dari yang lain. Perpaduan unik soto dan tauco menghasilkan sauto tegal yang merupakan makanan khas Kota Tegal.

 

Nampak depan warung

 

Proses peracikan sauto tegal

Semangkok sauto tegal terdiri dari nasi, bihun, taoge, daging, kriuk, daun bawang dan bawang goreng. Istimewanya, di warung makan Amir kita bisa memesan soto campur (daging ayam dan sapi).

 

Satu mangkok sauto tegal campur lengkap dengan kecap, sambal dan tauco tegal

Tauco yang ditambahkan merupakan makanan olahan kedelai yang diolah melalui proses fermentasi. Rasa dan aroma khas dari tauco membuat sauto tegal berbeda dengan soto pada umumnya. Kriuk merupakan tulang-tulang ayam yang sudah empuk kemudian digoreng hingga kering sehingga ketika digigit akan menghasilkan suara “kriuk… kriuk”

 

Kriuk yang disajikan terpisah

 

Suasana warung yang bersih, luas dan nyaman

Saya sempat bertanya pada salah satu pengunjung mengenai alasannya makan di warung sauto ini. “Harganya relatif murah, selain itu tempatnya nyaman dan lebih lebar dari warung lainnya,” kata Maspupah (43), penikmat sauto dari Surabaya.

 
 
 
 

Sensasi rasa soto yang unik ini dibandrol dengan harga Rp 11.000 per mangkoknya. Warung soto yang berdiri sejak tahun 2000 ini terletak di Jalan Talang No 320, Tegal. Setiap hari mulai buka pukul 10.00 WIB dan tutup menjelang magrib. 

 
 

Setelah puas dengan makanan panas, kali ini kami bertiga memutuskan untuk mencari yang segar untuk melepas dahaga. Degan berbekal info dari warga sekitar, kami kembali menuju Jalan AR Hakim untuk mencari sebuah kenikmatan. 

 

Menunggu angkot sambil menahan terik matahari

Kali ini sasaran kita adalah Es Sagwan. Konon kata beberapa warga, es ini hanya terdapat di Tegal. Dari jalan AR Hakim kami tidak kesulitan untuk mencarinya. Ternyata hamipir semua masyarakat mengetahui tentang minuman yang satu ini. 200 meter dari jalan utama kami menuju Jl. Srigunting dan merasa seperti mendapat harapan palsu. Nikmatnya es di siang hari sepertinya hanya mimpi. Sepanjang jalan yang kami temui hanya rumah-rumah warga. Ketika peluh mulai bercucuran, nafas lega terhembus karena akhirnya kami menemukan banner yang bertuliskan “Warung Es Sagwan”.

 

Nampak samping

Sebelum air liur menetes, langsung saja kami memesan 3 gelas es. Awalnya hanya Dian dan Vela saja yang memesan karena saya sedang menderita laryngitis. Namun melihat kesegaran yang ditunjukkan minuman pink ini, sejenak saya melupakan kondisi kesehatan saya. Segelas es ini terdiri dari es serut, sirup, dan cendol. Saya pikir hanya sirup biasa dan cendol namun setelah bertanya-tanya pada Ibu penjualnya ternyata sirupnya dibuat dari santan kelapa parut yang dimasak dengan menggunakan gula pasir. Warna pink yang menyedot perhatian mata ternyata menggunakan pewarna roti alami yang aman bagi kesehatan kita. Selain sirup pink terkadang juga ada sirup coklat. Perbedaannya tidak hanya dari warnanya namun dari bahan pembuatnya. Sirup coklat tidak terbuat dari santan namun dari gula aren.

 

3 gelas es penanan kami

Yang paling menarik dari es sagawan adalah cendolnya. Ternyata cendolnya tidak terbuat dari tepung hunkwe namun dari tepung singkong. Bahan makanan yang mempunyai nama latin Manihot esculenta Crantz ini mempunyai kadar air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5% dan kadar abu 1%. Jika pada umumnya cendol dawet terasa sangat lembek, cendol es sagwan mempunyai tingkat kekenyalan yang pas. Banyaknya es serut membuat cendolnya menjadi semakin tidak lembek namum juga tidak keras.

 

Ibu Esturi sedang meracik segelas es

Minuman ini disajikan dengan berbagai lapisan di dalamnya. Pertama gelas diisi sirup dan sedikit es serut, selanjutnya baru ditambahkan cendol dan es serut hingga menggunung dan diakhiri dengan sirup lagi. Kita juga dapat mengkombinasikan sirup pink dan coklat yang pastinya lebih bervariasi rasanya.

Selain dapat dinikmati ditempat dan take away, es sagwan juga dapat dipesan secara khusus untuk acara pernikahan dan reuni sekolah. Jumlah pesanannya pun dapat disesuaikan sekitar 200-300 gelas. Salah seorang pengunjung bercerita pada saya jika dia sudah mencoba es sagwan lainnya namun di sinilah es sagwan yang paling khas rasanya. “Sejak sekolah tahun 1993 hingga kini saya selalu mampir ke sini karena rasanya yang selalu sama dari dulu.” Kata Aji, pelanggan setia es sagwan.

 

Mencoba menggali informasi

Saya sempat bertanya-tanya mengapa nama minuman ini sangat unik. Ternyata usaha keluarga ini dimulai pada tahun 1950an oleh Pak Sagwan. Nama sagwan sendiri diambil dari nama Pak Sagwan sebagai penjual pertama es tradisional ini. Kini warung sederhana ini dikelola oleh generasi kedua dari Pak Sagwan yakni Ibu Esuri. Kita dapat menikmati es sagwan mulai pukul 10.00 WIB dan tutup sekitar jam lima sore. Aneka macam gorengan seperti tahu kuning, tempe goreng bahkan gembus goreng pun disediakan untuk teman santap es sagwan.

Satu gelas es sagwan dapat dinikmati hanya dengan 3500 rupiah saja. Kesederhanaan warung ini membuat saya kagum seketika. 62 tahun sudah warung yang masih terletak di jalan yang sama saat mulai dirintis berdiri menjajakan minuman tradisional khas Tegal. Masih tersisa tempat jualan jaman dahulu berupa bangku-bangku semen di pekarangan rumah.

Selain segelas es, kita dapat membeli sirup yang dibuat langsung oleh pemiliknya. Sirup ini dapat bertahan hingga 2 minggu karena menggunakan pengawet alami gula. Namun, sayang sekali kita hanya dapat memesan sirupnya saja karena cendol dawetnya hanya dapat bertahan 1-2 hari saja. Tertarik? Langsung saja ke Jl. Srigunting No. 24 Kelurahan Randugunting, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

Setelah perut terisi penuh, kami melanjutkan perjalan menuju tujuan utama yakni kupat blengong. 1 hingga 2 km kami terus melangkahkan kaki hingga rasanya tidak berujung menemukannya. Selagi berpatroli mencari keberadaan kupat, kami malah menemukan persimpangan jalan yang unik. Nama jalan “ababil” merupakan akronim dari abg labil yang berarti bingung. Saya sempat berfikir apakah karena di perempatan jalan sehingga jalan ini dinamakan jalan ababil?

 

Tak lupa untuk mengabadikan dalam foto bersama Dian

Sepanjang jalan kami mencari ternyata kupat blengong tak segera disajikan. Lika-liku jalanan di Tegal yang baru pertama kali saya singgahi terasa semakin bersahabat. Seringkali kami berhenti sejenak untuk meluruskan kaki dan berteduh dibawah pohon kersen atau yang Vela sering bilang ceri. Merahnya buah ceri membuat kami bertiga tidak tahan iman untuk mengambil beberapa diantaranya. Ikhlaskan ya Pak, Bu pemilik pohon.


 

Antusias mencari

 

Buah hasil petikkan

Sehari di Tegal membuat saya sadar kalau masih banyak lagi makanan dan minuman khas daerah di Indonesia yang belum saya ketahui. Semoga saya diberi kesempatan untuk menjadi Penjelajah Gizi bersama Nutrisi Untuk Bangsa. Tetap menjelajah, makin sehat, hidup makanan tradisional, terimakasih Tegal laka-laka!

Biaya sensasi kuliner di Tegal

Tiket berangkat dengan Kereta Kaligung Mas = Rp 30.000

Angkot 3x @2500 = Rp 7500

Sauto tegal = Rp 11.000

Es sagwan = Rp 3500

Tiket pulang dengan Kereta Tegal Ekspres = Rp 25.000

 Total Rp 77.000,- 

*tips: Kereta Kaligung Mas jauh lebih cepat satu jam dibanding Kereta Tegal Ekspres

Terimakasih kepada Redaktur Pelaksana Majalah Manunggal, Dian Kurniati yang mengajakku liputan kuliner serta fotografer Manunggal yang berbakat, Ifadhah Vela yang memotret dengan hati. Senang berpetualang bersama kalian. Let’s get lost (again)!

Travel often; Getting lost will help you find yourself- anonim

1 Komentar

Hanum Hapsari

15 Oct 2012 18:25

Mohon maaf terjadi kesalahan upload dan saya belum berhasil mengedit posting ini. Untuk kelengkapan cerita dan foto bisa kunjungi http://hanumhapsari.blogspot.com/2012/10/ekspedisi-kota-tahu-aci.html selamat membaca dan terimakasih ;]