Informasi Media

Anda adalah seorang jurnalis, penerbit, komunikasi atau media profesional: 
Kami di sini untuk menjawab pertanyaan Anda berkaitan dengan kelompok berita / data, permintaan wawancara, permintaan kemitraan

Pengenalan Buah dan Sayur Sejak Usia Dini akan Mendukung Pola Makan Gizi Seimbang

Latest Update: 03 Jun 2015

RESIZE

Head of Corporate Affairs Sarihusada, Arif Mujahidin (kiri)) berdiskusi dengan Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K), Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM (tengah) dan Ahmad Hamdani, Medical Director Sarihusada (kanan)

JAKARTA, 15 Juni 2015 –  1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode emas yang  berperan besar untuk kesehatan di masa yang akan datang. Pembentukan pola makan sehat sejak dini akan membangun pola makan yang sehat di masa datang. Anak yang sudah terbiasa mengkonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI) berupa sayur dan buah sejak usia 6 bulan berpengaruh pada perilaku konsumsi sayur dan buah hingga usia dewasa. Demikian beberapa pokok kesimpulan dari diskusi Nutritalk yang diselenggarakan hari ini oleh Sarihusada.

Nutritalk kali ini mengambil tema ‘Pembentukan Pola Makan Sehat Sejak Usia Dini’ yang mengupas pentingnya pengenalan buah dan sayur sejak usia dini untuk membangun pola makan sehat yang kaya serat di masa datang. Diskusi menghadirkan pembicara ahli Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K), Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Studi pada tahun 2013 oleh D. Gajewska, et al dari Departemen Dietetics, Warsaw University of Life Sciences, Polandia, terhadap 366 anak dan remaja berusia 9-14 tahun, menunjukkan bahwa sayur-sayuran merupakan salah satu jenis makanan yang paling tidak populer, namun buah-buahan merupakan salah satu jenis makanan ringan yang disukai. Ditambah lagi Lock K, et al (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa setidaknya 2,7 juta kematian di seluruh dunia diperkirakan diakibatkan oleh asupan buah dan sayur yang tidak mencukupi.

Sementara itu, di Indonesia dari hasil Riskesdas 2013 dimana rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah penduduk usia 10 tahun keatas adalah sebesar 93,5%. Berarti, hanya sekitar 6,5 persen masyarakat Indonesia yang sudah cukup mengonsumsi sayur dan buah

Pemberian paparan rasa dari makanan bergizi tinggi seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pada anak pada saat dimulainya pemberian MPASI akan mendukung penerimaan rasa sayur-sayuran dan buah-buahan sehingga dapat mendukung konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran di masa yang akan datang.

Berdasarkan penelitian oleh Dovey TM, et al dalam Food Neophobia and Picky/ Fussy Eating in Children pada 2008, Neophobia atau ketakutan untuk mencoba makanan baru dapat terjadi semenjak usia 18 bulan, yang dapat menyebabkan anak menjadi picky eater. Oleh karenanya, Pengenalan makanan yang bervariasi pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan berperan penting untuk menghindari terjadinya hal tersebut.

Selain itu asupan sayur dan buah sejak dini juga memberikan manfaat kesehatan pencernaan yang memadai untuk anak demi meningkatkan daya serap terhadap nutrisi dan fungsi kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit di masa yang akan datang. 

“1.000 Hari Pertama Kehidupan merupakan window of opportunity bukan hanya untuk tumbuh kembang optimal bagi kualitas kesehatan yang baik di masa datang, tapi juga bagi  pembentukan perilaku atau pola makan sehat dalam jangka panjang.  Setelah pemberian ASI ekslusif sampai usia enam bulan, anak perlu diperkenalkan kepada MPASI dalam beragam tekstur, tampilan, dan rasa, untuk memenuhi jenis dan jumlah nutrisi yang lebih komprehensif seiring dengan pertambahan usia.   Pada masa ini, memperkenalkan MPASI  buah dan sayur secara bertahap dan teratur, tidak saja akan menyediakan serat yang dibutuhkan bagi kesehatan pencernaan, tapi juga akan membentuk preferensi terhadap buah dan sayur yang akan mereka bawa sampai usia dewasa,” papar Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K).

Demikian pula Studi pada tahun 2013 oleh J. A. Harrold, et al dari Departemen Experimental Psychology, Universitas Liverpool, Inggris, salah satunya memperlihatkan bagaimana hubungan antara praktek pemberian makanan oleh orang tua dalam membangun preferensi anak-anak terhadap makanan.  Studi yang dilakukan terhadap 90 anak usia 6 bulan ini mengungkapkan bahwa cara serta waktu untuk memulai paparan anak terhadap makanan pada usia weaning/penyapihan adalah hal yang penting dalam membangun preferensi terhadap makanan selanjutnya.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 menunjukkan kebutuhan akan serat yang semakin meningkat dari usia ke usia.  Pada usia 7-11 bulan anak membutuhkan asupan 10 gram serat perhari, yang semakin bertambah sampai usia 16-18 tahun, dimana remaja perempuan dan laki-laki membutuhkan masing-masing asupan  30 dan 37 gram serat perhari.  Kecukupan serat yang semakin meningkat ini bisa dipenuhi jika anak-anak dan remaja terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur sejak usia dini.

“Konsumsi buah dan sayur akan membantu pemenuhan serat, vitamin dan mineral yang lebih tinggi pada anak untuk kesehatan saluran cerna dan imunitas yang lebih baik sehingga tumbuh kembang anak dapat optimal.  Kecukupan serat sejak dini juga menurunkan risiko terkena berbagai penyakit, seperti peradangan, alergi, diare, jantung, kanker, dan darah tinggi pada usia dewasa,” jelas Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K).

Serat yang dibutuhkan bagi pencernaan anak terdiri dari serat yang larut dan serat yang tidak larut. Adapun makanan yang merupakan sumber serat adalah buah-buahan dan sayur-sayuran. Pengenalan buah dan sayur ini perlu dilakukan secara bertahap yang mana diketahui bahwa pisang, pepaya, bayam dan wortel merupakan buah dan sayur yang sering diberikan di Indonesia.

“Di samping mengandung serat, buah-buahan dan sayur-sayuran seperti pisang dan wortel juga mengandung prebiotik, vitamin dan mineral yang mendukung tumbuh kembang anak,”  tambah Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K).

Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada mengatakan, “Sebagai perusahaan yang didirikan enam puluh tahun lalu dengan misi memperbaiki gizi anak bangsa, Sarihusada terus berkomitmen untuk mendukung upaya perbaikan gizi yang dilakukan Pemerintah melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi ibu-anak. Nutritalk adalah salah satu diskusi rutin yang kami selenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan gizi kepada masyarakat luas."

“Kami berharap apa yang disampaikan dalam Nutritalk kali ini dapat digunakan sebagai masukan dalam membangun anak-anak Indonesia yang memiliki pola makan sehat,” tutup Arif. 

Back to Archive