Informasi Media

Anda adalah seorang jurnalis, penerbit, komunikasi atau media profesional: 
Kami di sini untuk menjawab pertanyaan Anda berkaitan dengan kelompok berita / data, permintaan wawancara, permintaan kemitraan

SARIHUSADA AJAK MASYARAKAT UNTUK TANGGAP ALERGI DENGAN 3K: KENALI, KONSULTASIKAN, KENDALIKAN

Latest Update: 16 Nov 2016

Yogyakarta, 19 Oktober 2016Sarihusada bekerjasama denganBadan Kerjasama Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Indonesia (BKSIKMKPFKI), Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada serta Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi ImunologiIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan kegiatan roadshow edukasi “Tanggap Alergi”, yang bertujuan untuk terus meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai alergi serta menyediakan advokasi bagi masyarakat dalam menangani alergi. Kegiatan ini digelar selama satu minggu, dari tanggal 17 sampai  21 Oktober 2016 di 10 klinik di Yogyakarta.  

Perubahan pola kehidupan masyarakat modern membuat angka kejadian penyakit alergi semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama kasus alergi pada anak. Data World Allergy Organization (WAO) dalam The WAO White Book on Allergy: Update 2013 menunjukkan bahwa angka prevalensi alergi mencapai 10-40 persen dari total populasi dunia.Di Indonesia, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di kota Yogyakarta, terdapat prevalensi yang tinggi pada rhinitis alergi pada anak-anak usia sekolah dan pra sekolah. Penyebabnya sebagian besar adalah karena alergi makanan, yaitu udang (12.63%), kepiting (11.52%), tomat (4.38%), putih telur (3.5%) serta susu sapi (3.46%).

Risiko alergi yang meningkat ternyata belum diikuti dengan  pemahaman serta penanganan alergi yang tepat dari orangtua. dan penanganannya. Menurut Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes dari Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), “Selama ini masih banyak orang tua yang belum memahami cara mengenali gejala alergiyang tepattetapi mencoba mengambil solusi sendiri. Untuk itulah dibutuhkan edukasi yang berkelanjutan dan komprehensif yang mudah dipahami mengenai alergi, sehingga orang tua dapat mengenalidan menangani risiko dan kejadian alergi dengan tepat agar prevalensi alergi tidak terus meningkat.”

Terkait dengan edukasi yang berkelanjutan dan komprehensif, Dokter Keluarga atau Dokter Layanan Primer memiliki peranan yang sangat penting karena mereka berada di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat satu, Sehingga banyak masyarakat yang dapat terpapar tentang edukasi dan penanganan yang tepat oleh Dokter Keluarga atau Dokter Layanan Primer.

dr. Sumadiono, SpA(K) dari Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menjelaskan, “Alergi merupakan bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak. Ini bisa berupa substansi pemicu alergi atau alergen yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi pada anak, yaitu: riwayat alergi pada keluarga, kelahiran caesar, makanan tertentu atau sesuatu yang terhirup seperti polusi yang termasuk polusi udara dan asap rokok.”

Dari berbagai faktor pemicu, makanan merupakan salah satu masalah pemicu alergi yang paling sering dialami oleh anak. Sekitar 20% anak pada satu tahun pertama mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan. Secara global, 240 – 550 juta orang berpotensi menderita alergi makanan. Alergi makanan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup penderita, terutama pada anak-anak.[ii] Dampak alergi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup anak seperti terbatasnya aktivitas belajar, bermain, sulit konsentrasi hingga sulit tidur.

Allergy & Asthma Foundation of Americamenyatakan bahwa alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Studi di beberapa negara di seluruh dunia menunjukkan prevalensi alergi susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupan sekitar 2% sampai 5%.Indikator paling tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui riwayat keluarga, karena alergi bersifat genetik dan bahkan pada orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi, anak tetap memiliki risiko alergi sebesar 5-15 persen. Pemberian nutrisi yang optimal pada awal kehidupan, dapat mengurangi risiko alergi karena anak dengan alergi dapat berkembang secara optimal dengan didukung nutrisi yang tepat. ASI merupakan yang terbaik bagi bayi dan anak yang mengalami alergi.

Lebih lanjut di jelaskan oleh dr. Sumadiono,” Apabila anak terdiagnosis alergi protein susu sapi, ASI harus tetap diberikan, namun Ibu harus mengeliminasi susu sapi dan produk turunannya dalam diet sehari-hari, contohnya seperti sup krim, pudding dengan saus susu, pancake, dan lain sebagainya. Dan segera konsultasikan dengan dokter anak mengenai asupan nutrisi serta  penanganan untuk anak, selama masa treatment asupan nutrisi anak harus menghindari protein susu sapi dan diberikan protein terhidrolisa ekstensif, protein asam amino bebas atau isolate protein soya sebagai alternatif nutrisi”.

dr. Maria Melisa, Head of Tailored Nutrition Sarihusada, mengatakan,“Alergi tidak saja berdampak pada tingkat kesehatan di kemudian hari,tapi juga dapatberdampak pada produktivitas penderita alergi. Sarihusada sebagai perusahaan yang memiliki komitmen untuk mendukung serta mendampingi orang tua dalam masa tumbuh kembang anak, termasuk anak dengan alergi, berkomitmen dalam mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk tanggap alergi dengan program 3K, yang merupakan salah satu langkah praktis dalam mengatasi alergi pada anak yaitu Kenali, Konsultasikan, dan Kendalikan. Edukasi ini dilakukan baik melalui penyuluhan langsung ataupun informasi yang didapatkan di website alergianak.com.

Lebih lanjut dr. Maria Melisa mengatakan, “Mencegah lebih baik daripada mengobati alergi, kami mendorong setiap orangtuauntuk mengingat 3K (Kenali, Konsultasikan, dan Kendalikan) sebagai pengetahuan untuk melakukan diagnosa alergi sejak diniserta memberikan nutrisi yang tepat di awal kehidupan.

Selain di Yogyakarta, kegiatan roadshow edukasi “Tanggap Alergi” ini  juga akan digelar di dua kota besar lainnya, yaitu Surabayapada 7-11 November 2016 dan di Medan pada 14-18 November 2016. Kegiatan roadshow ini terbuka cuma-cuma bagi pengunjung klinik dan anggota masyarakat lainnya yang ingin memperoleh informasi seputar alergi maupun melakukan konsultasi. “Pada kegiatan roadshow edukasi dan penyuluhan ini, masyarakat juga diperkenalkan kembali kepada website alergianak.com yang diharapkan dapat menjadi alat edukasi yang sederhana, mudah diakses, dan ‘bersahabat’ bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi mengenai alergi dan cara penanganan yang tepat.” tutup  dr. Maria Melisa.

 

Back to Archive