5 Hal Penting Untuk Ibu Membesarkan Pemimpin Anti-Bully

Oleh ira sophia 20 Oct 2013

Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak-anak yang memiliki kelebihan, lebih pintar, lebih santun, lebih dewasa, lebih mandiri, lebih berani, lebih baik dan lebih baik lagi. Padahal tidak setiap anak sanggup memenuhi semua harapan orang tuanya. Karena seperti yang kita ketahui bersama, membesarkan anak bukanlah sesuatu yang bisa kita pelajari seperti layaknya mata pelajaran di sekolah. Setiap anak unik, sekalipun mereka kakak beradik, belum tentu cara kita membesarkan si kakak bisa kita terapkan kepada si adik. Tapi Tuhan Maha Adil, setiap ibu dianugerahi insting keibuan yang memudahkan kita merespon terhadap segala hal yang terjadi pada buah hati kita. Dan sebagai ibu, kita harus pintar-pintar memanfaatkan kelebihan ini, sehingga setiap anak dapat mengerti dan merasakan makna hak dan kewajiban mereka yang setara dengan anak-anak lainnya. Memaksakan harapan-harapan kita kepada anak-anak kita tidak hanya menjauhkan mereka dari sosok seorang pemimpin, tetapi dapat mengarahkan mereka kepada perilaku bully.


(image courtesy of http://mashable.com/2012/10/04/parents-teens-learn-cyberbullying/)

Tidak sedikit kita mendengar banyaknya kasus bully di Indonesia. Mulai dari dunia politik, kerja, kuliah, sekolah hingga taman kanak-kanak. Bentuk bully tersebut pun sangat beragam, mulai dari penindasan, pengucilan, perusakan nama baik, pemerasan, pemukulan, hingga pembunuhan. Jangan kaget jika ternyata Indonesia masuk urutan 5-besar negara dengan kasus bully terbanyak. Banyaknya berita yang mengungkapkan kasus-kasus bully di sekolah-sekolah di Jakarta, menjamurnya kasus-kasus cyberbully (bully di dunia maya) serta banyaknya kasus-kasus korupsi yang belakangan ini terungkap yang berawal dan berakhir dengan perilaku bully membuat saya sedih, mengingat Indonesia sejatinya dikenal dengan kebaikan dan keramah-tamahannya. Sudah sebegitu rusaknyakah mental para pemimpin bangsa? Besar harapan saya terhadap anak-anak sebagai calon pemimpin yang baik bagi masa depan Indonesia.

Berbicara tentang kasus bully, rasa prihatin saya terhadap pelaku bully sama besarnya dengan korban bully. Menurut saya justru pelaku bully lebih berpotensi untuk merasakan dampak negatif bagi dirinya sendiri di kemudian hari. Disinilah pentingnya peran ibu terhadap pembentukan pribadi sang anak, apakah nantinya anak-anak kita akan menjadi sosok pemimpin yang baik atau malah menjadi pelaku bully, karena proses ini bermula sejak masa kanak-kanak mereka. Berikut hal-hal yang saya dan suami lakukan untuk mempersiapkan anak kami yang saat ini berusia 3 tahun untuk menjadi pemimpin yang baik:

Berikan contoh, bukan perintah
Anak usia dini khususnya balita mulai menunjukkan sikap ingin mandiri dan melakukan segala hal menurut keinginan mereka. Pada usia inilah sangat penting bagi kita untuk memberikan batasan-batasan untuk hal-hal yang boleh/tidak boleh mereka lakukan, perilaku yang baik/tidak baik dengan cara memberikan contoh, dan bukan perintah apalagi ancaman. Perintah/ancaman apalagi dengan bentakan atau nada amarah hanya akan membuat mereka melakukan yang sebaliknya. Perilaku bully umumnya terbiasa mendapatkan perintah dan bentakan dari orang-orang terdekat mereka.

Arahkan anak untuk menggagas ide dan memutuskan sesuatu hal
Ini penting untuk menstimulasi pola berfikir mereka. Berikan mereka kebebasan dalam berfikir dan memutuskan sesuatu, sekalipun gagasan/keputusan tersebut bukanlah yang terbaik. Tetap dampingi mereka untuk melihat hasil gagasan/keputusan mereka. Jika mereka mengalami kekecewaan/kegagalan akibat gagasan/keputusan mereka, jangan dimarahi atau disudutkan, melainkan tetap berikan dukungan dan masukan. Kebiasaan ini dapat menjadikan mereka pribadi yang berani mengemukakan pendapat mereka dan menggali pola berfikir pemimpin yang baik dan berinisiatif tinggi.

Berikan dukungan penuh untuk aktifitas yang mereka minati
Anak-anak membutuhkan aktifitas yang positif, terutama yang berupa aktifitas fisik. Cermati minat mereka dan berikan mereka kesempatan untuk mengembangkan aktifitas yang mereka minati. Jangan memaksakan mereka untuk melakukan aktifitas yang tidak mereka minati. Jika mereka merasa termotivasi semenjak kecil, kelak mereka akan menjadi pemimpin yang sanggup memotovasi orang-orang yang mereka pimpin.

Berikan tugas kecil dan dampingi mereka memenuhi target mereka
Anak-anak menyukai tantangan dan rasa penasaran mereka sangat besar sehingga tugas-tugas kecil bagi kita merupakan hal besar bagi mereka. Beberapa waktu mungkin dapat berakhir berantakan, tapi itulah proses yang penting untuk dialami oleh anak-anak untuk membuat mereka menjadi pribadi yang pantang menyerah. Jika mereka berhasil, berikan apresiasi baik berupa kata-kata pujian dan sesekali hadiah. Tetapi jangan sampai kita salah menafsirkan apresiasi dengan sogokan, karena sangat besar perbedaan dampaknya. Sogokan lebih bertujuan memberikan hadiah agar mereka melakukan apa yang kita perintahkan, dan ini merupakan awal pembentukan perilaku bully dan korupsi. Pemimpin yang jujur, itulah yang kita butuhkan.

Mengontrol media dan lingkungan sekeliling mereka
Media dan lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pola pikir anak-anak. Seperti kita ketahui, begitu menjamurnya tayangan-tayangan infotainment dan sinetron yang menayangkan acara-acara yang tidak bermutu dan berbahaya dampaknya bagi anak-anak. Kurangi waktu mereka untuk menonton TV, dan kontrol penuh tayangan yang boleh/tidak boleh mereka tonton. Selalu dampingi mereka saat bermain bersama teman-teman mereka. Sering-sering angkat topik pembicaraan yang dapat membuat mereka mengungkapkan siapa dan bagaimana teman-teman mereka, tentang apa yang mereka suka/tidak suka dari teman-teman mereka. Jadilah orang terdekat yang bisa mereka percaya untuk segala aspek dalam hidup anak-anak kita.

Dengan kita menghargai hak dan kewajiban anak-anak kita, akan membuat mereka juga menghargai hak dan kewajiban orang-orang disekitar mereka. Mari kita perangi perilaku bully demi masa depan negara yang lebih baik dan lingkungan hidup sehat.