Anakku Bisa Jika Aku Luar Biasa

Oleh nha13 21 Oct 2013

Menjadikan si buah hati kebanggaan adalah cita-cita semua ibu. Kesuksesan dan kebahagiannya selalu dinanti. Sebagai seseorang yang telah mengandungnya selama sembilan bulan, peran kita pun berlaku sepanjang masa. Tak hanya mengantarkannya ke dunia, si kecil harus diasuh dengan bijaksana. Chuck Smith, seorang ahli anak dari Universitas Kansas menyebutkan, bahwa pemahaman anak akan dunia dan lingkungannya bergantung pada emosi, perasaan, dan cara ibu menghadapi masalah.1 Anak-anak kita, para pemimpin bangsa di masa depan, telah menjadikan kita role model bahkan sejak balita.

                Untuk menjadi ibu yang baik, yang harus dilakukan pertama kali adalah menyiapkan diri secara mental dan fisik. Percaya, bahwa kita bisa merawat anak sebaik mungkin. Yakin, bahwa kita mampu membuatnya tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Yang pasti, berusaha sekuat tenaga untuk selalu memberikan yang terbaik. Sehat, agar selalu siap pagi, siang, dan malam untuk si kecil. Saya, misalnya, ketika kecil, saya tinggal di rumah sederhana pemberian kakek. Ayah adalah seorang dosen muda dengan gaji pas-pasan. Sementara, ibu adalah ibu rumah tangga biasa. Untuk membagi keperluan finansial sehari-hari, mereka berusaha berhemat. Tidak menyewa pembantu, mengasuh anak sendiri, misalnya. Semuda apa pun pernikahan terjadi, di berapa pun umur ibu, segala persiapan dan kebutuhan anak harus terpenuhi.

                Persiapan seorang ibu untuk si kecil tidak hanya dimulai ketika ia sudah balita. Ketika dalam kandungan pun, ibu harus menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Kontrol kehamilan, sesuai anjuran World Health Organization (WHO), minimal dilakukan empat kali selama 9 bulan (satu kali pada kehamilan 1-28 minggu, satu kali pada kehamilan 28-32 minggu, dan dua kali pada kehamilan 32-36 minggu) harus dilakukan. Lebih baik lagi, jika ibu menjalaninya sesuai anjuran: sebulan sekali di trimester pertama, dua minggu sekali di trimester kedua, dan satu minggu sekali di trimester ketiga. Tidak lupa periksa ultrasonografi (USG) dan hemoglobin untuk kesejahtaraan ibu dan janin. Ibu pun harus tahu dan memperhatikan segala tanda bahaya kehamilan. Nutrisi bagi ibu harus cukup, suplemen besi dan kalsium baik, istirahat delapan jam di waktu malam dan dua jam di waktu siang, serta melakukan senam hamil sesuai jadwal.

                Sebelum anak lahir, ibu juga harus menyiapkan persalinan yang aman di bidan atau dokter.  Lebih baik lagi jika ibu bersalin di tempat yang sama dengan tempat kontrol kehamilan. Seorang ibu harus percaya, bahwa anak dapat lahir normal dan sehat. Ia pun harus menegaskan diri sendiri untuk mau dan mampu memberi ASI ekslusif selama 6 bulan. Penelitian yang dilakukan Jedrychowski K, dkk dalam European Journal of Pediactrics (2012) menyebutkan bahwa semakin lama ASI diberikan ke bayi, maka semakin tinggi tingkat kognitif anak. Anak-anak dengan ASI akan tumbuh lebih pintar pada masa balitanya dibandingkan dengan golongan tanpa ASI.

Tidak hanya semakin pandai, tumbuh-kembang anak pun semakin baik. ASI mengandung antibodi yang mampu melindungi bayi. Nutrisi di ASI pun telah cukup untuk bayi, tanpa makanan atau minuman tambahan apa pun. Pemberian ASI dapat dilakukan hingga 2 tahun, dengan mulainya diberikan makanan tambahan ketika usia bayi di atas 6 bulan. Ibu pun harus mengenal dengan baik makanan yang diberikan untuk bayi. Mulai beri si kecil nasi, perkenalkan berbagai macam rasa dan aneka ragam makanan, latih lidahnya agar kaya dan mengenal sensasi makanan. Apa yang biasa anak makan akan mempengaruhi selera makannya di masa datang. Misalnya, jika ibu memberikan makanan yang itu-itu saja, maka selera anak nantinya pun akan itu-itu saja. Padahal, masih banyak nutrisi yang harus masuk ke tubuhnya untuk terus tumbuh dan berkembang.

Setelah memasuki usia 1 tahun, si pemimpin kecil mulai memasuki masa golden period hingga usia 3 tahun. Sebagai orang tua, kesempatan emas ini jangan dilewatkan. Di sinilah si kecil memasuki masa belajar terbaik dan terpenting. Otak anak paling mudah menyerap informasi pada masa ini. Sehingga, masa ini harus dimaksimalkan. Dukunglah dengan gizi yang baik sesuai kriteria empat sehat lima sempurna. Ibu harus memperbanyak asupan AHA dan DHA yang didapat dari makanan laut, hati, dan berbagai lauk pauk. Selain itu, persiapkan stimulasi terbaik. Misalnya, ajari anak untuk bernyanyi, menari, bermain bebas seperti olah raga, alat musik sederhana, puzzle, berbagai bentuk gambar, berbagai macambunyi-bunyian, dan lain sebagainya. Kecerdasan anak yang terstimulasi dengan baik akan maksimal.

Tak hanya kecerdasan inteligensi saja, kecerdasan lain seperti emosinal, pun harus tetap diajarkan. Ketika anak marah saat mainannya diambil, atau rusak, ibu harus memberikan empati. Melalui pendekatan yang baik, ibu menghibur anak, mendekapnya, memberikan ketenangan, dan mengajarkan pelajaran berharga tentang pentingnya memelihara mainan dengan baik. Ketika anak selesai bermain sehingga seluruh rumah berantakan, seorang ibu dapat membiarkannya hingga anak perlahan mau membereskan mainan-mainannya. Ketika anak bahagia dan tertawa, ajak anak untuk bersyukur, walau hanya berucap ‘alhamdulillah’.

Agama, sebagai salah satu pengaruh penting dalam hidup manusia, pun sudah harus dikenalkan sejak dini. Ajarkan anak kebiasaan-kebiasaan beragama keluarga, bangun jiwa spiritual pada anak, misalnya membantu anak untuk berdoa setiap saat. Misalnya, sebelum dan sesudah makan harus berdoa, sebelum tidur harus berdoa, dan lain sebagainya. Dari sini, anak akan mengenal bahwa Tuhan itu ada. Anak dapat berpikir, bahwa ada kekuatan besar di luar sana yang telah mengatur segalanya untuknya. Anak tahu cara berterima kasih, pentingnya bersyukur, dan tata cara beribadah. Hal ini penting, karena kekuatan spiritual yang kuat di masa depan akan menunjang berbagai karir yang anak punyai.

Semua yang telah disebutkan di atas, tidak akan berarti tanpa peran ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain. Si Kecil harus selalu berada dalam naungan kasih semua pihak. Berikan perhatian padanya agar tahu betapa berharga dan indahnya berada dalam cinta sebuah keluarga. Tumbuhkan ia menjadi pribadi yang penyayang dengan memberikan sejuta kasih sayang. Tanamkan ia menjadi sosok yang senang memberi dengan contoh-contoh yang ibu berikan.

Nah, sekarang, siapkah kamu menjadi ibu tak hanya bagi si pemimpin kecil, tapi bangsa Indonesia? Tidak ada jawaban lain, selain kamu memang harus siap!