Behind a Great Kid, There Must Be a Great Mom

Oleh Rizka Rizka 18 Oct 2013

 

Seorang anak terlahir untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang, minimal memimpin dirinya sendiri. Karena itu, semua orangtua perlu mendidik dan membesarkan anaknya dengan cara yang paling baik. Semua orangtua memerlukan perjuangan agar menciptakan seorang pemimpin yang berguna untuk masa yang akan datang. Jangan sampai seorang anak yang kelak akan menjadi pemimpin tersebut, terlahir kurang sehat baik dari segi fisik maupun akhlak. 

 

Anak adalah Aset Bagi Keluarga, Masyarakat, dan Negara

Keberadaan anak sangat didambakan karena anak merupakan aset terbesar bagi kehidupan orangtua, masyarakat, dan negara. Bagi orangtua, anak adalah penyejuk mata dan hati bagi ayah ibunya, penerus generasi, dan kebanggaan keluarganya. Orangtua menjadi semangat membanting tulang agar anak-anaknya bisa meraih cita-citanya. Bagi masyarakat dan negara, anak adalah calon pemimpin dan calon pewaris masa depan. Mungkin saja calon Presiden Indonesia yang akan datang adalah anak kita sendiri. Sebelum memimpin masyarakat dan negara sebaiknya anak-anak harus bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, anak-anak harus diberi kepercayaan dari orangtuanya sendiri. Orangtua harus bisa mendidik anaknya agar menjadi generasi muda yang baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Peran Ibu Lebih Besar Dibandingkan Ayah

Peran ibu untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya lebih besar dibandingkan ayah. Anak lahir ke dunia lewat ibunya. Ketika benaknya masih kosong dari segala bentuk gambaran dunia, ibulah orang pertama yang dilihat anak ketika baru lahir. Ibu yang memberikan nutrisi pertama kepada anaknya. Ibu yang mengajarkan anak-anak berkata, berdiri, dan berjalan. Selain peran ibu yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, peran seorang ayahpun tidak bisa dihilangkan. Karena ayah bertugas mencari nafkah dan sekali-kali ayah juga menggantikan ibu dalam mendidik anak. Misalnya memandikan dan mengantar anaknya ke sekolah.

Peran ibu lebih besar dibandingkan ayah. Karena ibu memiliki naluri, kesabaran, dan insting yang begitu kuat dibandingkan ayah. Ibu memiliki semua hal tersebut karena ibu yang mengandung dan melahirkan anaknya. Ikatan kasih sayang ibu dan anaknya tidak akan pernah putus ibarat plasenta yang pernah menghubungi janin dan ibu saat dalam kandungan. Contoh kasusnya: Apabila sang anak dan ibu berada di tempat yang berbeda. Sang anak mengalami kecelakaan atau sakit. Biasanya ibu memiliki insting (indra keenam) dan mengetahui keadaan anaknya. Meskipun, anaknya tidak memberitahukan ibunya.

Air Cucuran Atap (Biasanya) Jatuh ke Pelimbahan Juga

Sebuah pepatah mengatakan bahwa “air cucuran atap (biasanya) jatuh ke pelimbahan juga”. Maksud pepatah tersebut adalah sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya. Apabila orangtuanya pintar, biasanya anaknya juga pintar. Apabila orangtuanya mempunyai bakat seni, biasanya anaknya mempunyai bakat seni. Apabila orangtuanya bekerja sebagai entrepreneur, biasanya anaknya berbakat menjadi entrepreneur. Nah, untuk mencetak anak yang berguna bagi orang banyak, maka seorang ibu harus menjadi ibu yang baik dulu. Bagaimana mungkin seorang ibu ingin anaknya baik tapi ibunya sendiri tidak baik?

Seorang ibu harus bisa mendidik anaknya sejak anaknya belum lahir. Seorang ibu harus menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang sehat supaya anaknya juga memiliki kesehatan yang prima. Seorang ibu harus berpendidikan dan mengetahui ilmu yang diperlukan untuk mendidik anak serta membantu anak mengerjakan PR. Perilaku dan kebijakan seorang ibu sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan pengalamannya. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa mengajarkan anaknya tapi ibunya sendiri tidak paham tentang ilmu yang dibutuhkan anaknya? Saya menyarankan seorang ibu untuk memiliki pendidikan sampai tingkat magister atau mungkin bisa sampai tingkat doktor. Alangkah beruntungnya seorang anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang bergelar doktor. Anak tersebut tidak harus menunggu sampai jenjang kuliah di universitas supaya diajari oleh seorang doktor. 

Seorang ibu harus mempunyai akhlak yang baik dan menjadi contoh teladan bagi orang lain. Karena perilaku ibu akan ditiru anaknya dan akan dijadikan panutan bagi anaknya. Anaknya akan mengambil nilai-nilai dan perilaku positif dari ibunya. Oleh karena itu, untuk menjadi contoh teladan yang baik, seorang ibu harus memiliki akhlak yang tercermin dalam sikap dan perilakunya.

Seorang ibu harus memiliki management yang baik. Sebelum mendidik anaknya, seorang ibu harus bisa mengatur dirinya sendiri. Seorang ibu harus bisa mengatur waktu supaya bisa menyeimbangkan tugasnya sebagai ibu, istri, dan wanita karir. Alangkah sayangnya apabila seorang ibu itu sukses dalam karir pekerjaannya, tapi ibu itu sendiri tidak ada waktu untuk mendidik anaknya. Sehingga, anaknya itu akan sering membandel, nilai sekolahnya kurang memuaskan, dan anaknya hanya menikmati kesenangan duniawi.

Rencana dan Persiapan Menjadi Seorang Ibu

 

Saat ini, Saya memang belum berkeluarga. Tapi, Saya berencana untuk menjadi seorang great mom mulai sejak dini. Saya akan menerapkan rencana yang akan Saya jelaskan di bawah ini agar bisa diterapkan untuk waktu yang akan datang. 

Persiapan Sebelum Hamil

Untuk menjadi ibu yang baik dimulai dari sebelum hamil. Alangkah baiknya seorang calon ibu melakukan kebiasan yang baik dan menghindari kebiasan buruk seperti dijelaskan berikut ini:

  1. Mengkonsumsi pola makanan sehat dengan memperhatikan asupan nutrisi dan meminum air putih dengan cukup. Mengkonsumsi makanan 4 sehat dan 5 sempurna dan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (untuk menghindari anemia), asam folat (untuk membantu perkembangan otak dan syaraf tulang belakang janin), vitamin A (untuk mengoptimalkan perkembangan janin), vitamin D (untuk meningkatkan kesuburan), vitamin E (untuk mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta), vitamin B6 (untuk keseimbangan hormon estrogen dan progesteron), vitamin C (untuk fungsi indung telur dan pembentukan sel telur, sebagai antioksidan yang berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi), seng (berperan penting dalam pertumbuhan organ seks).
  2. Olahraga dan istirahat yang teratur untuk menjaga kekebalan tubuh.
  3. Rutin memeriksa kesehatan. Melakukan pemeriksaan penyakit dan virus seperti virus rubella, herpes (untuk menghindari terjadinya kecacatan pada janin), virus hepatitis dan HIV (untuk menghindari penyakit turunan akibat virus tersebut), penyakit menular (untuk menghindari penyakit menular yang dapat menjangkiti anak), penyakit tidak menular (untuk menghindari penyakit jantung, asma, diabetes, dan sebagainya). Selain itu, juga melakukan imunisasi untuk kesehatan ovarium, memeriksakan darah (untuk menghindari bahaya yang mengancam janin dalam kandungan) dan faktor genetika (untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang mungkin dialami bayi akibat genetika dari orangtuanya).
  4. Mempersiapkan mental dan mengkondisikan pikiran dan batin dari pikiran-pikiran negatif. Selalu berpikiran positif dan bersyukur terhadap pemberian Tuhan.
  5. Mempersiapkan finansial karena finansial sangat dibutuhkan untuk proses kehamilan, melahirkan, dan mendidik anak. Belajarlah hemat dan tidak konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. 
  6. Tidak mengkonsumsi makanan mentah dan kurang matang karena makanan tersebut memiliki potensi penyakit toxoplasmosis (THORC) dan salmonella.
  7. Mengurangi minuman yang mengandung kafein karena kafein dapat menurunkan kemungkinan wanita untuk hamil.
  8. Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok karena dapat menurunkan kesuburan, menyebabkan impotensi, menyebabkan anak cacat genetik, dan memiliki resiko untuk mengidap kanker pada anak.
  9. Tidak memakai narkoba karena narkoba lebih berbahaya pada janin yang dikandung dibanding alkohol dan rokok. 

Persiapan Saat hamil dan Melahirkan

Lingkungan pertama dari seorang anak ada pada rahim seorang ibu. Lingkungan pertama tersebut sangat berkaitan dengan perkembangan janin karena janin adalah bagian yang tak terpisahkan dari ibu. Sehingga, semua kondisi yang dialami oleh ibu akan berpengaruh terhadap janinnya. Seorang ibu sebaiknya melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk calon anaknya dan menghindari kegiatan yang menyebabkan pengaruh negatif bagi calon anaknya. Adapun yang perlu dilakukan seorang ibu hamil adalah sebagai berikut:

  1. Mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, mengkonsumsi asam folat, memperbanyak makanan yang banyak mengandung gandum, makanan segar, kacang-kacangan, sayuran, buahan, dan susu. Produk susu untuk ibu hamil sudah banyak diproduksi salah satunya adalah Lactamil ibu Hamil. Lactamil merupakan susu yang mengandung dua asam lemak, omega 3 dan omega 6 (dalam jumlah dan rasio yang seimbang), Frukto Oligo Sakarida (FOS), asam folat, kalsium, fosfor, magnesium & vitamin D, kandungan zat besi yang optimal serta diperkaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi ke dalam tubuh.
  2. Menikmati masa-masa kehamilan. Perubahan ibu saat hamil umumnya akan berdampak pada psikologis. Karena saat hamil, ibu akan mengalami perubahan fisik. Seorang ibu akan mengalami morning sickness, naiknya berat badan, membengkaknya kaki, dan membesarnya payudara. Namun dengan cara menikmati masa kehamilan dengan santai, akan membuat ibu lebih menyenangkan. Ada baiknya seorang ibu selalu berbuat dan berpikiran positif supaya hidupnya akan makin menyenangkan.
  3. Memperbanyak pemahaman spiritual selama hamil. Persiapan spiritual merupakan salah satu kunci dihasilkannya generasi rabbani yang berkualitas tinggi. Apabila janin sedini mungkin dikenalkan dengan pemahaman spiritual, maka setelah lahir akan menjadi anak yang mudah menyerap kemampuan spiritual. Sadarilah bahwa hamil itu adalah anugrah dari Tuhan. Alangkah baiknya seorang ibu mensyukuri-Nya dan lebih mendekati-Nya. Perbanyaklah ibadah, membaca dan mendalami kitab suci, serta beramal baik.
  4. Olahraga yang rutin saat hamil karena dapat memperbaiki suasana hati, lebih nyaman saat tidur, mengurangi rasa pegal dan sakit pinggang, serta lebih siap menghadapi persalinan. Selain itu, olahraga juga dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung baik jantung ibunya maupun janinnya. Contoh olahraga yang dapat dilakukaan saat hamil adalah jalan kaki, berenang, yoga, latihan beban, dan senam untuk ibu hamil. Adapun manfaat dari masing-masing olahraga tersebut dapat dilihat pada sumber ayahbunda.co.id.
  5. Rutin memeriksa kesehatan ke dokter, menghindari obat tanpa resep dokter, melakukan USG sebanyak 3 kali, dan menjaga berat badan tubuh. Apabila mengalami sakit berlebihan pada perut bagian bawah, pendarahan, atau kondisi janin kurang bergerak di rahim, maka segeralah ke dokter untuk menghindari bahaya yang tidak diinginkan pada janin.
  6. Melibatkan suami sebagai calon ayah. Ayah juga berperan untuk anak. Ayah yang siaga akan selalu menemani istrinya berkonsultasi ke dokter, mendiskusikan untuk menentukan nama anaknya, membantu istrinya, tidak membuat masalah dalam berkomunikasi, dan berdoa untuk kesehatan istri dan keselamatan anaknya.
  7. Membaca buku, mencari informasi, dan sering bertanya kepada orang yang telah berpengalaman. Saat ini, sudah banyak informasi tentang cara menjadi ibu yang baik. Sebaiknya seorang ibu harus rajin mencari informasi tersebut agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik.
  8. Memilih Rumah Sakit yang sigap melayani ibu hamil dan akan melahirkan. Proses melahirkan merupakan proses yang tidak mudah. Pertolongan medis yang bagus akan membantu ibu dan anak. Oleh karena itu, ibu harus memilih Rumah Sakit yang selalu sigap menghadapi pasiennya yang akan melahirkan. Jangan terlalu idealis memilih Rumah Sakit yang sudah familiar tapi pada saat itu Rumah Sakitnya terlalu ramai sehingga kurang memperhatikan ibu yang akan melahirkan.
  9. Melahirkan dengan cara normal. Melahirkan dengan cara normal akan mempercepat proses penyembuhan ibu. Tapi apabila kondisi ibu dan janinnya tidak mendukung, maka tidak dianjurkan melahirkan dengan cara normal.
  10. Menghindari makanan junk food dan banyak mengandung penyedap rasa. Karena makanan tersebut tidak baik untuk kesehatan baik untuk ibu maupun untuk janin yang ada di dalam kandungannya.
  11. Tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol karena dapat menyebabkan penyakit pada janin.
  12. Menghindari stres saat hamil. Saat stres, denyut jantung manusia lebih cepat dari biasanya, hormon adrenalin ke luar secara berlebihan sehingga calon ibu mudah emosi. Padahal, ibu hamil harus dalam kondisi tenang agar janin dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Stres juga dapat memicu terjadinya pendarahan yang berpengaruh terhadap suplai oksigen ke janin. Jika suplai oksigen berkurang, maka akan memicu terjadinya kelainan pertumbuhan janin. Stres juga dapat memengaruhi kondisi gizi dan dapat memacu gangguan metabolisme tubuh. Sehingga, ibu akan mengalami dehidrasi dan defisit gizi yang berpengaruh terhadap suplai makanan ke janin. Suplai makanan yang kurang akan mengganggu proses pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi kecacatan. Efek negatif dari kondisi ini akan muncul setelah bayi lahir. Di antaranya, bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi mengalami sulit tidur di awal kelahirannya sehingga membuatnya tak cukup istirahat. Akibatnya bayi pun mudah menangis dan sulit ditenangkan.
  13. Tidak mager (malas gerak). Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa sifat ibu biasanya akan menurun kepada anaknya. Apabila ibunya bermalas-malasan, maka calon bayi akan mempelajari respon ibunya. Contohnya apabila ibunya malas mandi maka berkemungkinan calon bayinya juga akan malas dimandikan.
  14. Tidak menjelek-jelekan orang lain. Ucapan itu adalah doa. Apabila ibu menjelek-jelekan atau menghina orang lain bisa jadi anaknya yang akan seperti itu. Kalau kata pepatah “senjata makan tuan”. Contohnya seorang ibu hamil menghina orang yang cacat, bisa berkemungkinan anak yang dilahirkan ibu tersebut akan terlahir cacat karena kutukan dari Tuhan.

Persiapan Saat Anak Sudah Lahir

Melahirkan seorang anak yang sehat merupakan dambaan semua ibu. Setelah anak dilahirkan, maka seorang ibu harus merawat dan mendidik anak-anaknya sejak dini. Usia dini (0-5 tahun) merupakan masa keemasan (the golden years) bagi anak karena pada usia dini tersebut anak akan mulai sensitif untuk menerima rangsangan. Anak juga akan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan pada usia tersebut. Adapun yang perlu dipersiapkan ibu untuk membentuk anak setelah anak itu lahir adalah sebagai berikut ini.

Persiapan Saat Anak Masih Bayi

  1. Memberikan nama yang baik. Nama itu adalah doa. Alangkah baiknya seorang ibu dan ayah memberikan nama yang baik untuk anak-anaknya. 
  2. Memberikan ASI sampai usia dua tahun. ASI sangat bermanfaat untuk anak baik untuk kesehatannya, kecerdasaannya, dan psikologisnya. Manfaat kesehatan adalah mengurangi anak menderita kanker anak, pneumonia, diare, penyakit jantung, alergi, asma, dan malnutrisi. Manfaat kecerdasan dan otak adalah anak ASI akan memiliki IQ yang tinggi dan mempunyai pendidikan yang tinggi. Manfaat psikologis adalah pengaruh kontak langsung ibu dan anak akan membentuk ikatan kasih sayang karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit. Anak akan merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengarkan denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak anak masih dalam rahim.
  3. Merawat bayi. Caranya dengan memandikan, menggantikan popok, memberikan imunisasi, mengontrol dan memeriksa bayi ke dokter / POSYANDU, menjemur bayi di pagi hari untuk menjaga kesehatan kulitnya, dan memberikan pijatan bayi untuk memperlancar sirkulasi darahnya.
  4. Memberikan pendidikan kepada bayi. Pendidikan anak dimulai sejak dini. Sang ibu bisa mengajarkannya berbicara, duduk, berdiri, dan berjalan. Berikanlah pendidikan yang positif kepada bayi agar bayi memiliki akhlak yang positif untuk masa yang akan datang.
  5. Memperbanyak berkomunikasi kepada bayi. Ibu akan mendongeng, bercerita, membacakan Kitab Suci, menyanyikan lagu anak-anak sehingga bayi merasa nyaman dan emosinya akan stabil.
  6. Tidak menunjukan emosi negatif. Contohnya tidak marah, sedih, kesal, dan sifat lainnya yang membuat bayi menangis bahkan stres.
  7. No labeling. Seorang ibu janganlan mencap anaknya yang masih bayi. Misalnya ketika bayi rewel, ibu jangan berucap kepada bayinya “nyusahin”, “bodoh”, “manja”, dan sebagainya. Namanya juga masih bayi, pastilah Dia belum mengerti apa-apa.

Persiapan Saat Anak Berusia Balita

  1. Memberikan pola makanan yang sehat dan seimbang untuk anak. Ibu berperan dalam memberikan pola makanan yang mengandung asupan energi dan nutrisi yang seimbang pada anak. Pola makanan tersebut harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air. Semua makanan tersebut terdapat pada beras, gandum, ikan, daging, sayuran, buahan, air putih, dan susu. Susu untuk anak balita sudah bayak dijual di pasaran contohnya adalah SGM. Susu tersebut mengandung protein whey, sukrosa, susu bubuk skim, susu bubuk full cream, minyak nabati, laktosa, Frukto Oligosakarida (FOS) Inulin, maltodekstrin, madu bubuk, mineral, DHA, perisa vanila, pengemulsi lesitin kedelai, vitamin. Memberikan pola makanan yang sehat dan seimbang untuk anak balita tidak semudah yang dibayangkan. Banyak anak balita yang memiliki gangguan pola makan dan kurang nafsu makan karena tidak menyukai makanan sehat seperti sayuran, buahan, dan daging. Oleh karena itu, seorang ibu harus cermat menyiasatinya. Seorang ibu bisa menyiasatinya dengan memberikan resep yang berbeda setiap kali makan, menambah makanan selingan dengan bahan yang bergizi diantara makanan utama, dan memberikan multivitamin untuk anaknya.
  2. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia balita sangat penting diperhatikan. Karena saat usia tersebut, seorang anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Banyak anak yang suka melakukan hal-hal yang baru misalnya memanjat, mencoret-coret, bertanya-tanya, dan sebagainya. Menurut sumber ibudanbalita.net, seorang ibu harus memperhatikan perkembangan anaknya yaitu perkembangan kemampuan motorik, perkembangan fungsi fisik, perkembangan kemampuan kognitif, dan perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan kemampuan motorik dapat dievaluasi pada kekuatan otot, kualitas gerakan, kemampuan menggerakan bagian-bagian kecil dari tubuh anaknya. Perkembangan kemampuan fisik diamati dari perkembangan bagian tubuh yang besar lebih dulu dibandingkan bagian tubuh yang kecil contohnya perkembangan fungsi tangan dan kaki lebih dulu dibandingkan jari. Perkembangan kognitif dapat diamati dari kemampuan daya ingat, kemampuan menganalisa maupun kemampuan memecahkan masalah. Perkembangan berbahasa sangat melibatkan ibu. Biasanya seorang anak akan menggunakan bahasa ibu (mother tongue) dalam berbicara. Diawali dengan mengoceh dengan ucapan yang masih belum jelas (cadel), mengucapkan sebuah kata, menggabungkan dua kata, kemudian membuat kalimat sederhana. Kemampuan anak berbahasa ini merupakan cermin dari kecerdasan anak.
  3. Mengetahui kesehatan anak. Tidak semua ibu merupakan seorang dokter, apoteker, perawat, dan bidan yang mengetahui tentang kesehatan anak. Hal itu bukan berarti semua ibu tidak mengetahui pencegahan kesehatan anaknya. Minimal pertolongan kesehatan pertama untuk anaknya. Semua ibu dapat mendapatkan pengetahuan dan informasi melalui buku, media, dan orang yang berpengalaman tentang masalah kesehatan anak. Banyak cara yang dapat dilakukan seorang ibu untuk memberikan pertolongan kesehatan pertama untuk anaknya. Jika anak mengalami luka memar, maka ibu bisa melakukan kompres dengan es selama 20 menit di bagian yang memar. Jika anak mengalami luka berdarah karena jatuh, maka ibu bisa membersihkan luka dengan kapas bersih yang sudah dicelupkan dengan alkohol (khusus untuk luka) dan memberikan obat antiseptik. Jika anak mengalami demam tinggi, maka ibu bisa memberikan minum yang banyak, memberikan obat penurun panas dengan batas tolerensi suhu tubuh pada anak adalah 38° Celcius, memberikan pakaian yang longgar agar bisa menyerap keringat, dan memberikan kompresan air hangat di daerah kepala. Jika anak mimisan, ibu bisa mendudukan anak dengan posisi badan dan kepala membungkuk, meminta anak bernafas dengan mulut, menekan dan menutup hidung selama 5 menit, mengkompres hidung dengan es yang dibungkus handuk kecil. Jika anak diare, ibu bisa memberikan cairan oralit atau larutan gula garam dengan komposisi 1 sendok teh gula manis dan 0.5 sendok teh garam yang dilarutkan dalam segelas air.
  4. Memahami karakteristik anak. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, seorang ibu harus memahami karakteristik anaknya. Jika anak memiliki sifat pemalu, maka ibu bisa sering mengajak anaknya bertemu dengan orang lain sampai anaknya merasa nyaman dan bisa berbaur dengan orang lain. Jika anaknya ceriwis atau hiperaktif, maka ibu harus menghadapinya dengan ekstra sabar dan lebih fleksibel. Jika anaknya penurut, maka ibu harus banyak bersyukur mempunyai anak yang penurut dan memberikan lebih banyak perhatian untuk anak.
  5. Memberikan pendidikan kepada anak. Seorang ibu merupakan guru pertama bagi anaknya. Selain mengajarkan berbicara, duduk, berdiri, dan berjalan, seorang ibu juga bertanggungjawab memberikan pendidikan lain yang berguna bagi anaknya. Ibu harus mengajarkan anaknya prinsip hidup kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengajarkan akhlak yang baik, mengajarkan anak untuk berdoa dan meminta maaf kepada orang lain, mengajarkan untuk membaca dan menulis huruf, mengajarkan untuk membaca Kitab Suci, mengajarkan cara berhitung, mengajarkan untuk menggambar. Selain itu, ibu juga bisa meluangkan waktunya untuk membacakan dongeng, menceritakan kisah teladan seseorang, dan menyayikan lagu anak-anak yang bisa mendidik anaknya.
  6. Tidak memukul anak. Tak jarang dijumpai seorang ibu yang memukul anaknya karena gemes melihat perilaku anaknya yang nakal. Memukul anak tersebut sebaiknya dihindari karena memukul dapat mengakibatkan gangguan emosional dan perilaku anak. Anak akan menunjukan depresi dan krisis kepercayaan diri. Memukul juga akan mengakibatkan anak belajar bahwa seorang anak boleh memukul temannya bila temannya bersalah.
  7. Tidak mengancam anak. Mengancam anak baik secara halus maupun kasar tidak akan memecahkan permasalahan. Mengancam hanya bersifat sementara karena mengancam hanya didasari rasa takut bukan karena kesadaran anak.
  8. Tidak menghina dan membanding-bandingkan anak. Menghina dan membanding-bandingkan anak dapat menghilangkan kepercayaan dirinya, mematahkan semangatnya, menghilangkan kemampuannya, menjadinya tidak kompetitif karena merasa tertinggal dengan rivalnya, serta menimbulkan sifat apatis pada anak.
  9. Tidak menuduh dan berprasangka buruk terhadap anak. Berprasangka buruk terhadap anak menunjukan tidak adanya kepercayaan dari ibu. Sehingga, akan menimbulkan ketidakpercayaan dari anak terhadap ibunya.
  10. Tidak memberi nasihat secara berlebihan dan mendikte anak. Memberikan nasihat secara berlebihan dan mendikte anak akan membuat anak bosan dan merasa digurui. Bahkan, banyak anak yang mencibir dan memberikan label “cerewet” kepada ibunya karena terlalu sering memberi nasihat dan mendikte anaknya.
  11. Tidak membentak anak. Bentakan seorang ibu akan menimbulkan dampak negatif bagi anak contohnya mengakibatkan trauma pada anak dan merusak komunikasi antara ibu dengan anak.
  12. Tidak mencela dan mengomel kepada anak. Mencela dan mengomel akan menanamkan dendam dalam hati anak, merusak hubungan komunikasi dan kasih sayang antara ibu dan anak.
  13. Tidak menuruti semua kemauan anak karena dapat mengakibatkan anak manja dan tidak mandiri.

Persiapan Saat Anak Menjelang Remaja

Perilaku anak yang berusia remaja dianggap sudah lebih mengerti karena anak sudah mengenyam bangku sekolah. Secara umum, perilaku ibu kepada anak yang berusia menjelang remaja hampir sama dengan usia balita. Namun, ada beberapa hal yang perlu ditambahkan diantaranya adalah sebagai berikut:

  

  1. Memberikan pendidikan formal yang terbaik untuk anak. Anak membutuhkan pendidikan formal yang terbaik untuk masa depannya. Sebaiknya, ibu menyekolahkannya ke sekolah yang favorit agar anak bisa bersaing dengan temannya. Anak juga akan termotivasi untuk belajar. Sangat disarankan juga untuk menyekolahkan anak di sekolah agama supaya anak bisa mempelajari ajaran agama lebih mendalam sehingga anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
  2. Mendampingi anak belajar di rumah, mengajarkan pelajaran yang tidak dimengerti anak saat di sekolah, dan selalu menanyakan kepada anak: “PR hari ini apa, nak?”. Jika anak kesulitan mengerjakan PR, sebaiknya ibu membantu anaknya.
  3. Mengajarkan dasar ilmu agama, mendampingi anak beribadah, dan memberikan apresiasi kepada anak yang telah beribadah. Secara umum, memang memberikan apresiasi kepada anak itu menunjukan perbuatan yang tidak ikhlas bagi anak. Tapi lama-kelamaan anak akan terbiasa dan mudah-mudahan anak akan menjadi ikhlas untuk beribadah. 
  4. Mengetahui dan menyalurkan bakat anak. Setiap anak memiliki bakat masing-masing. Bakat merupakan passion yang menumbuhkan semangat pada anak. Jika anak memiliki bakat menggambar, maka ibu dapat memasukan anak pada lembaga kursus menggambar atau desain. Jika anak memiliki bakat olahraga, maka ibu bisa mencari pelatih olahraga untuk anak.
  5. Mengikutsertakan anak dalam perlombaan. Perlombaan dapat menumbuhkan sifat kompetitif pada anak. Sebagaimana Kita ketahui bahwa hidup itu penuh kompetisi. Dengan mengikuti anak berbagai macam lomba yang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya, anak akan termotivasi untuk berkarya. Anak juga akan mengerti makna menang dan kalah. Seorang ibu hendaknya mengapresiasikan anak apabila anaknya memenangkan perlombaan. Seorang ibu juga harus mengajarkan anak untuk bersikap “gentle” dan menerima kekalahan dengan ikhlas.

Demikianlah peran ibu untuk mempersiapkan dan mendidik anak yang hebat. Peran ibu itu sangat penting dan sulit saat membentuk calon pemimpin masa depan, karena itu sangat pantas dikatakan “surga ada di telapak kaki ibu”. Because, “behind a great kid, there must be a great mom”.

Referensi:

1 Komentar

Rizka Rizka

20 Oct 2013 08:14

Ini adalah tulisan Saya yang sudah benar dan telah diedit Terima kasih Penulis Rizka