Bun...Mie itu Bukan Lauk!

Oleh ellys 15 Mar 2012

Pasti bukan pemandangan yang asing buat kita, kala melihat nasi yang disajikan dengan mie sebagai lauk. Mulai dari yang paling murah meriah, makan nasi dengan lauk mie instant, makan nasi dengan mie goreng, bahkan kombinasi yang lumayan keren dan aneh.. ada yang makan nasi dengan spaghetti  lho saudara-saudara.  Alasannya sederhana ngga bisa hanya makan mie, harus makan nasi. Sebenarnya makan mie dengan nasi, atau makan nasi dengan mie itu tidak masalah, asalkan porsinya setengah-setengah dan dilengkapi dengan protein dan sayuran yang kaya vitamin. Yang membuat miris adalah mie dijadikan lauk tunggal. Padahal nasi dan mie kan sama-sama sumber karbohidrat.

Masyarakat mungkin dapat mengabaikan kandungan gizi dalam makanan, tetapi seorang calon bunda tentu saja usupan gizinya harus dijaga, karena sehat atau tidaknya bakal anak yang ada dalam rahim, sepenuhnya bergantung pada apa yang bunda makan. Alih-alih makan nasi dengan mie instant, lebih baik dengan telur . bukankan harga sebungkus mie instant dan sebutir telur tidak terlalu jauh berbeda? Karena selain mengandung 12 vitamin dan mineral, telur juga mengandung banyak protein berkualitas yang penting untuk kehamilan. Sel-sel bayi Anda terbuat dari protein. Telur juga kaya akan kolin, yang secara keseluruhan mendorong pertumbuhan bayi dan kesehatan otak, sambil membantu mencegah cacat tabung saraf. Beberapa bahkan mengandung lemak omega-3, penting bagi otak dan pengembangan penglihatan. Selengkapnya bisa baca disini

Bunda yang sedang menyusui juga memiliki tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya dengan bunda yang sedang hamil, karena 6 bulan pertama kehidupan bayi yang minum ASI juga sepenuhnya tergantung pada kondisi bunda. Ini berlaku untuk bunda yang mau repot ya, yang mau menyusui bayinya karena sadar bahwa ASI itu adalah hak bayi. Tidak apa sedikit repot karena menyusui, dari pada bela-belain beli susu “mahluk hidup lain” yang harganya mahal, yang akhirnya harus membuat seisi rumah “mutih” alias hanya makan nasi putih. Tentu lebih bijaksana bila ibu memilih menyusui, dan uang untuk beli susu tersebut dipakai untuk membeli lauk yang segar dan sehat untuk seisi rumah.  Memang bunda dengan masalah gizi pun ternyata tetap mampu memproduksi ASI secara normal, namun untuk kondisi malnutrisi yang ekstrim pada akhirnya berpengaruh pada kandungan beberapa zat dalam ASI, seperti kandungan total lemak yang menurun dan kolostrum yang sedikit.  Jadi dengan ASI, bayi bunda sehat, value for money sehingga bukan hanya bunda tetapi seisi rumah bisa makan dengan gizi seimbang, why not kan bun?

Berikut ini adalah panduan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yang dicanangkan Prof. Soekirman SKM, MPS-ID. PhD

Berbeda dengan konsep 4 sehat 5 sempurna yang menyamaratakan kebutuhan gizi semua orang, pedoman gizi seimbang berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan & aktifitas fisik memerlukan PGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut. Perbedaan lainnya lagi, PGS tidak mengkelompokkan susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu kelompok dengan sumber protein hewani lainnya.

 Pedoman Gizi Seimbang diatas divisualisasikan dengan bentuk tumpeng, yang dinamakan Tumpeng Gizi Seimbang yang dialasi oleh air putih minimal 8 gelas/hari atau 2 liter, kemudian golongan makanan pokok (sumber karbohidrat) 3-8 porsi/hari, sayuran 3-5 porsi/hari, buah 2-3 porsi/hari, protein nabati& hewani 2-3 porsi/hari, pada puncaknya golongan minyak, gula&garam yang dianjurkan untuk dikonsumsi seperlunya baca selengkapnya disini

 Nasi dan mie hanyalah salah satu contoh, dari sekian banyak yang terjadi dalam masyarakat. Contoh lainnya seperti nasi dan kentang, bahkan nasi dan kerupuk. Harga kerupuk sekarang berkisar Rp.500 – Rp.1000 per keping, dengan uang Rp.1.000 sudah bisa membeli bayam seikat dengan kandungan vitamin A, C, dan K, serta folat yang sangat penting untuk pertumbuhan bayi dalam kandungan serta memperlancar ASI bagi bunda yang menyusui. Setelah hamil dan menyusui pun, bundalah yang memiliki peran paling besar dalam memilih usupan gizi bagi keluarga, karena itu, ayo bun “konversilah” (kaya bbm saja ya…) semua makanan yang kurang/tidak bergizi dengan makanan segar dan bergizi, makanan bergizi tidak selalu harus mahal, pilihan yang salah seringkali terjadi bukan karena harga, tetapi faktor kebiasaan, selera, atau ketidaktahuan, dan jangan sampai kekurangan pengetahuan kita menjadi petaka bagi anak cucu kita.