Bunda, Guru Pendidikan Karakter Si Buah Hati

Oleh Ida Fitriani 26 Sep 2013

“Bunda, Guru Pendidikan Karakter Si Buah Hati”

“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert Fulghum

 

            “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” pepatah itulah yang menggambarkan bagaimana karakter terbentuk secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin? Bisa dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari kepercayaan atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Berhasil mendidik anak merupakan impian semua orang tua. Begitu pentingnya peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi tumbuh kembang seorang anak, terutama peran sang bunda. Namun bukan berarti ayah tidak dibutuhkan peranannya bagi anak. Tetapi, peran bunda lebih dominan dalam hal ini. Bayangkan saja, anak lahir dari rahim seorang bunda. Bunda yang pertama kali dikenalnya sejak masih dalam kandungan hingga ia dilahirkan dan menatap indahnya kehidupan dunia untuk yang pertama kalinya. Bunda yang tidak peduli akan pendidikan fisik dan jiwa anak akan berdampak lebih buruk terhadap anak, ketimbang ayah. Prinsip paling penting dalam hubungan seorang bunda dan anak adalah hubungan pendidikan. Dari sini seorang bunda yang berhasil adalah yang mampu mengalihkan warisan kebudayaannya kepada generasi baru dan mempersiapkannya untuk kehidupan di dunia yang akan datang.

            Salah satunya yaitu pendidikan karakter. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi merupakan bekal penting dalam menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan. Untuk menunjang hal ini, lebih baik lagi bila anak juga mendapat pendidikan karakter dari lingkungan sekolahnya. Lingkungan juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena kebiasaan terbentuk di lingkungan dimana dia hidup, jika kebiasaan itu selalu diasah maka otomatis tertanam dan berakar kuat dalam diri seorang anak.

            Tidak kalah pentingya, kemandirian pada anak yang ditanamkan sejak dini membuat anak mampu mengembangkan otonominya. Beri kesempatan pada anak seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil yang sangat-sangat berguna bagi perkembangan karakternya. Ketika seorang anak  makan tanpa disuapi, mengembalikan piring sendiri setelah makan atau melakukan kegiatan kecil yang mampu ia lakukan maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif. Anak akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Terkadang Good Intention seorang bunda kepada anak karena rasa sayang belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik, malah membuat mereka tidak mandiri. Akhirnya anak menjadi pasif dan potensi dalam dirinya tidak berkembang serta memandulkan kreativitasnya, Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini pada anak-anak. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Sehingga bunda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai menginjak masa-masa remaja.

            Selain itu, kenalkan anak pada lingkungan sosial. Buat si anak peka terhadap sekitarnya. Sehingga anak tidak mengalami ketimpangan atau kelumpuhan emosional (afektif). Lumpuh sosial terjadi ketika si anak tidak mampu menjalin hubungan di lingkungan sosialnya. Padahal, dalam setiap pergaulan di masyarakat, baik pergaulan dalam pekerjaan, pergaulan organisasi, pergaulan di sekolah dan lain-lain pasti butuh untuk menjalin hubungan dan bekerjasama dengan sesama. Hal kecil yang pengaruhnya sangat besar yaitu biarkan anak bermain dengan sesama, tidak melulu membaca buku atau mengerjakan tugas tepat waktu. Bermain juga merupakan proses belajar sehingga kecerdasannya seimbang. Karena hidup itu seperti naik sepeda, perlu sekali menjaga keseimbangan. Jika keseimbangan tidak terjaga maka akan jatuh. Let’s teach the best for your children, Mom ! :)