Bunda Sehat dan Bahagia, Investasi Terbesar dalam Pendidikan Anak

Oleh Lita Edia 08 Mar 2012

Kisah ini terulang lagi, Bagas siswa PAUD Mawar* kembali berteriak, menangis dan mengamuk di kelas. Tak jarang ia melukai temannya. Memukul, mendorong, menendang. Hiasan dinding kelas pun ikut menjadi sasaran amukan Bagas.

Saya peluk Bagas dari belakang, peluk sehangat-hangatnya. Ia meronta, berteriak, melawan, dan menggigit tangan saya. Saya peluk lagi, peluk dengan hangat, “Kamu boleh marah, tetapi tidak memukul, tidak menggigit. “ ujar saya. Lama kelamaan Bagas melemah dan terduduk. Kemudian saya ajak dia membaca buku kesukaannya, bermain bersamanya.

Ya, sudah beberapa kali saya mendapat laporan dari guru kelas Bagas, tentang perilaku Bagas. Inilah saatnya saya bertatap muka dengan bundanya, untuk mengetahui lebih jauh, apa sekiranya yang membuat emosi Bagas meledak-ledak sedemikian.

Bunda yang cantik mempesona saya. Ia bertutur lembut. Matanya sekali-kali menerawang ke langit-langit. Ia tidak mengelak kondisi anaknya demikian. Namun ia juga bingung perlu mengurai permasalahan dari mana.

Saya awali dengan mengajak berbincang mengenai perkembangan Bagas dari sejak lahir, bahkan dari sejak dalam kandungan. Hal yang akhirnya memudahkan Bunda Bagas mengurai cerita secara runtut dan rinci. Sesekali air matanya menetes mengiringi cerita yang terucap.

Masa kehamilan ternyata tidak bisa ia nikmati dengan baik. Morning sick yang terus menerus, membuat ia sulit berbahagia dengan kehamilan tersebut. Hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Di masa gadis yang terbayang adalah menikah, memiliki anak, bahagia. Ia tidak pernah menyangka bahwa proses hamil dan melahirkan sedemikian adanya.

Tinggal sendiri di perantauan, tanpa dukungan keluarga. Harapan satu-satunya adalah dukungan suami tercinta. Namun nyatanya, suami bukanlah suami siaga. Dalam benak Bunda Bagas, suaminya tidak memahami apa yang ia rasakan. Komunikasi berujung pada jalan buntu. Ayah Bagas terlampau sibuk, hingga tidak sempat memperhatikan lagi kondisi istrinya yang sedang hamil.

Bunda Bagas tidak berbahagia di kehamilannya ini, hingga Bagas terlahir ke dunia. Bayi mungil itu hadir dalam kehidupannya dengan lengkingan yang keras, menangis, dan berteriak. Bunda Bagas yang tidak ada pengalaman sama sekali, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Bagas pun terus menerus rewel siang dan malam.

Bunda Bagas akhirnya menghayati bahwa di masa pengasuhan Bagas dari lahir hingga saat ini, hanya kesedihan yang ia rasakan. Perasaan tak berdaya selalu menghinggapi hatinya.

Saya menarik nafas dalam-dalam, mencoba menghayati penuturan Bunda Bagas dan mendengarkan ceritanya yang terus bergulir.

Yang Diperlukan Seorang Bunda: Sehat dan Bahagia

Beberapa kali saya menermukan cerita yang relatif sama. Kondisi bunda yang tertekan di masa kehamilan, lalu depresi ringan maupun berat paska melahirkan, dan diiringi anak yang rewel tingkat tinggi siang dan malam.

Polanya juga hampir sama, kehamilan yang sulit disertai sakit terus menerus, misal morning sick yang tak urung berhenti walau sudah melewati bulan keempat. Lalu tidak adanya dukungan sosial dari pasangan, atau adanya tekanan dari lingkungan sosial. Proses kelahiran yang sulit, lagi-lagi tanpa dukungan sosial.

Dr. Sears seorang pediatri dengan 8 anak dalam bukunya Memahami Anak Rewel, menyatakan bahwa yang diperlukan seorang ibu adalah cukup istirahat dan bahagia. Sebuah pernyataan yang cukup unik dari seorang ahli. Pernyataan yang jarang saya temukan tetapi terasa sangat pas di hati. Ya, karena saya sangat setuju dengan pernyataan ini.

Seorang Bunda sebagai guru pertama bagi putra putri kecil kita perlu diberi kekuatan agar dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Kekuatan ini sebenarnya dapat dicapai dengan sederhana yaitu dengan memberikan kepadanya kebahagiaaan.

Seperti yang dituturkan Bunda Bagas, yang ia harapkan hanya satu hal yaitu dukungan dari suami agar bisa sedikit rehat dari aktivitas rutinnya sebagai ibu. Kebetulan Ayah Bagas sangat sibuk, hingga tak sempat untuk mengajak keluarga jalan-jalan sebentar, tertawa riang bersama keluarga. Kala libur lebih banyak berisitirahat sebentar, lalu beranjak pergi lagi menuju pekerjaannya.

Apa yang tidak akan dilakukan oleh seorang bunda yang bahagia, dan apa yang akan terjadi saat seorang bunda tidak bahagia.

Pada masa kehamilan saat seorang bunda mengalami emosi yang menganggu, seperti marah, takut atau sedih yang sangat dalam, maka akan terjadi perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi janinnya. Saat bunda marah, misalnya, jantung bunda akan berdetak lebih kencang, otot-otot berkontraksi, gerakan usus bergejolak, dan sebagainya. Bila kejadian ini sering muncul, kelak bayi akan mudah rewel, mudah was-was, bahkan mudah sekali menangis.

Demikian pula setelah buah hati lahir, bayi mungil tersebut akan lebih tenang ketika bunda cepat merespon kebutuhannya. Bayi menangis haus minta disusui, bunda cepat menyusui. Bayi menangis minta diayun, bayi cepat diayun. Lelah fisik itu pasti, dan cukup stressfull bagi bunda yang baru pertama kali mengasuh bayi. Tetapi tekanan itu akan jauh berkurang saat ada dukungan sosial dari pasangan.

Proses menyusui pertama saja, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Benar-benar perlu dukungan dari pasangan. Untuk membantu memposisikan bayi, menggendong bayi dulu hingga dia lebih tenang, dan kemudian belajar menghisap. Menenangkan bunda dan meyakinkan bunda bahwa pasti bisa menyusui. Terlebih dukungan dari pasangan itu akan sangat membahagiakan dan membuat produksi ASI semakin lancar.

Rasa bahagia yang membuncah akan membuat bunda mengasuh dengan tenang, Ketenangan dan kelekatannya pada bayi akan menumbuhkan kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan bayi.  Bayipun akan terespon dengan cepat kebutuhannya dan menjadikannya bayi yang tenang tidak rewel. Mengapa demikian?

Sebuah teori perkembangan dari Ericson menjelaskan bahwa bayi 0 – 2 tahun akan membangun kepercayaan pada lingkungan sekitarnya sebagai hasil dari perawatan dan pengasuhan yang baik. Mereka akan menjadi anak-anak bahagia dan sehat. Sebaliknya anak yang ditolak oleh orangtuanya hingga ia tidak dirawat dengan baik akan membangun mistrust (rasa tidak percaya) dan dia enggan berinteraksi dengan lingkungan.

Tips Menjaga Kesehatan Bunda

Selain kebahagiaan, kekuatan bunda juga ada pada kesehatan. Lazim kita dengar bahwa seorang bunda sering mengabaikan kesehatannya sendiri. Makan hanya makanan sisa anak-anaknya, kurang tidur, kurang istirahat.

Menjadi bunda memang menjadi lahan perjuangan namun sebenarnya jika kita bermaksud mengasuh anak-anak kita secara optimal, maka cara berjuangnya perlu ditata lebih apik lagi.

Jika kita sakit, siapa yang akan merawat dan mengasuh anak-anak kita. Jika kita sangat lelah siapa yang bisa bersabar menghadapi perilaku anak yang luar biasa menuntut kesabaran dalam menghadapinya.

Menjaga kesehatan sebenarnya sederhana, yaitu disiplin. Waktunya makan, makan. Waktunya tidur, tidur. Bisakah seorang ibu yang sangat sibuk, disiplin seperti itu? Bisa! Dengan cara penuh kesadaran menjaga dua hal tersebut.

Memang mungkin tidur kita jauh lebih berkurang dibandingkan ketika gadis, atau ada kalanya memang kurang tidur karena bayi sedang rewel. Namun itu hanya sementara, kondisional. Di saat-saat normal, bunda bisa kembali tidur dengan cukup. Terlebih jika lagi-lagi ada dukungan dari pasangan atau dari sosok lain yang menemani sang bunda bergantian merawat si kecil.

Jagalah pola tidur kita. Tidur jika tidak memungkinkan, tak perlu lama yang penting efektif sesuai dengan pola tubuh menjaga kesehatannya.

Pukul 23.00 – 01.00 adalah waktu detoksifiasi hati, dan saat itu yang terbaik dilakukan adalah tidur yang nyenyak. Saya juga pernah mendengar penjelasan dari seorang dokter bahwa pukul 23.00 – 02.00 adalah masa puncak pembentukan sel dara merah. Jadi menurut beliau jangan begadang pada jam tersebut.

Pukul 01.00 – 03.00 adalah waktu detoksikasi empedu, yang terbaik saat ini juga tidur dengan nyenyak.

Karenanya saya pribadi mendisiplinkan diri untuk tidur paling larut itu  maksimal pukul 23.00 dan terbangun sekitar Pk 02.00 – 03.00. Itupun kalau bisa pukul 21.00-23.00 adalah aktivitas yang relaks (yang terbaik adalah tidur) karena sedang detoksifikasi di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening).

Siangnya, jika ada kesempatan untuk tidur siang, saya tidur siang. Biasanya saat bayi kecil saya tidur, saya ikut menidurkan diri. Sebentar saja sekitar 15 menit. Mengapa saya memilih menyediakan waktu untuk tidur siang?

Menurut John Medina, dalam bukunya Brain Rules, tidur siang itu perlu untuk kinerja otak. Sampai-sampai John Medina menyarankan agar kantor-kantor menyediakan waktu khusus istirahat untuk tidur siang seperti halnya waktu makan siang. Hal ini dikarenakan tidur siang dirasa sangat penting untuk kelancaran proses berpikir dan kesehatan.

Seorang Bunda sangat memerlukan kekuatan untuk dapat berpikir dan bertindak dengan benar. Guru pertama dari putra putri kecil kita ini sering dihadapkan pada pilihan-pilihan tindakan. Anak sulit mandi, Bunda harus berpikir bagaimana mengajaknya. Mau diseret ke kamar mandi, atau mau diajak negosiasi. “Kakak mau mandi sepuluh hitungan lagi atau dua puluh hitungan”. Sungguh, untuk bersabar dan berkomunikasi dengan lembut, penuh kesabaran tetapi tegas itu, tidak bisa dilakukan dengan kondisi lapar dan ngantuk. Harus dalam kondisi fit dan fresh. Cukup tidur terlebih ditambah tidur siang akan sangat membantu.

Memberi Bunda Kekuatan Sehat dan Bahagia adalah Investasi Terbesar dalam Pendidikan Anak

Dalam beberapa kali kesempatan saya bertemu orangtua dan bertanya, apa harapan Ayahbunda terhadap si kecil? Ingin seperti apakah si kecil duapuluh tahun ke depan? Biasanya semua sepakat menjawab, ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, sholeh, hingga akhirnya menjadi individu yang sukses, bahagia dunia dan akhirat.

Pertanyaannya selanjutnya adalah bagaimana cara mewujudkannya? Ya, jangan sampai harapan tinggal harapan, hingga hanya sesal yang ada kemudian. Setiap harapan harus kita urai menjadi strategi pencapaian.

Ketika para ahli menguraikan bahwa masa usia dini adalah masa emas perkembangan otak, maka semakin giatlah usaha orangtua untuk mencerdaskan anaknya secara intelektual. Tak sedikit orangtua yang mau mengeluarkan investasi besar untuk mencerdaskan anaknya. Dipilihnya sekolah yang mahal, mainan terbaik, buku terbaik, kursus terbaik, untuk mengasah kecerdasan si kecil.

Namun nyatanya sekolah, mainan, buku, kursus, hanyalah media penunjang, Sementara Bunda adalah guru utama pertama yang memainkan peran besar untuk mendidik anak sedini mungkin.

Anak bersekolah di sekolah mahal, dengan guru terbaik, tetapi di rumah mengalami kekerasan pengasuhan, karena ketidaksabaran ibu menghadapi perilakunya. Apa yang akan terjadi? Bekal-bekal pengetahuan dari sekolah itu sulit melekat pada anak. Secara intuitif anak ini terus saja menuju perilaku agresi, untuk melepas stress yang ada padanya, atau mencari perhatian dari orang sekitarnya termasuk gurunya.

Kesabaran, ketelatenan seorang Bunda dalam mengasuh buah hati adalah kunci terbentuknya perilaku positif putra putri kecil kita. Hal tersebut bisa tercapai dengan bekal kekuatan sehat dan bahagia. Memberikan kebahagiaan dan memberi dukungan tercapainya kesehatan seorang Bunda sesungguhnya investasi terbesar dalam pendidikan anak. Oleh karenanya, ayo dukung Bunda: kesehatan Bunda, kesehatan kita, Kebahagiaan Bunda, Kebahagiaan Kita.

*Bagas dan PAUD Mawar bukan nama sebenarnya, untuk menjaga privasi nama sebenarnya.

Ditulis oleh Lita Edia. Tulisan ini dibuat untuk mengikuti blog writing competition yang diselenggarakan Sari Husada Nutrisi untuk Bangsa.

Referensi:

William Sears,M.D (2009), Memahami Anak Rewel. Buah Hati

John J Media (2008), Brain Rules. Gramedia Pustaka