CALON AYAH DAN IBU HARUS TAU!

Oleh Dilla Nurilla 16 Mar 2012

Saya adalah seorang wanita dengan usia 20 tahun lebih 36 bulan 73 hari. Saat ini saya bekerja di sebuah instansi pemerintah di Yogyakarta. Sudah setahun ini saya bekerja di tempat tersebut.

Saya teringat ketika awal mula saya bergabung dengan “keluarga besar” tempat saya bekerja saat ini. Perasaan canggung, sungkan, malu, senang menjadi campur. Oh iya, hampir sebagian besar teman-teman baru saya di sana adalah para bapak dan ibu yang notabene seumuran dengan bapak dan ibu saya loh. Tapi ada juga beberapa mbak dan mas yang umurnya hanya beberapa tahun diatas saya. Bagi saya, bekerja dengan orang-orang yang jauh lebih senior itu sangat menyenangkan. Mereka pasti sudah banyak “makan asam garam” kehidupan dibanding saya yang masih berusia 20 tahun lebih 36 bulan 73 hari heee.

Ketika ada waktu senggang, teman-teman yang sudah berkeluarga sering bercerita tentang keluarga mereka. Entah itu tentang kelucuan anak mereka yang masih berusia beberapa bulan, “kerepotan” mengurus putra-putri mereka yang duduk di bangku sekolah dasar, kebandelan putra-putri mereka yang beranjak dewasa, berbagi resep masakan, berbagi tips kesehatan dan lain-lain. Sebagai seorang wanita yang masih berstatus belum menikah, saya banyak mendapatkan banyak pengetahuan dari para senior yang sering berbagi pengalaman dan kisah kehidupan mereka tersebut.  

Saat ini di kantor saya sedang musim ibu-ibu hamil loh. Sebenarnya sudah dari tahun kemarin “fenomena” ini terjadi. Saya sendiri heran kenapa teman-teman di kantor bisa hamil secara bergiliran heehehee. Oh iya, kurang lebih jam 02.00 WIB dini hari tadi salah satu teman kantor ada yang melahirkan, sebut saja namanya Mbak Cantik.

Tadi pagi Mbak Cantik melahirkan putri kedua mereka dengan proses persalinan secara spontan. Dulu ketika awal mula kehamilan, Mbak Cantik sering izin tidak masuk kantor karena kondisi kehamilannya yang agak “rewel”. Mbak Cantik sering mengalami mual hingga membuat dia harus bolak-balik ke kamar mandi. Nafsu makannya pun menurun sehingga membuat berat badannya yang seharusnya bertambah tetapi malah menurun. Bahkan awal-awal kehamilan itu Mbak Cantik sempat jatuh sakit. Tapi syukur alhamdulillah, bayi yang dilahirkan Mbak Cantik tadi pagi dalam keadaan sehat wal’afiat. Mbak Cantik pun dalam kondisi sehat juga.

Setelah melihat kondisi tersebut, saya jadi terbayang ternyata berkeluarga, hamil dan memiliki anak itu membutuhkan persiapan lahir dan batin yang benar-benar matang, tidak hanya bermodal hasrat dan materi saja. Sebagai calon ibu, saya tidak mau menjadi ibu yang tidak baik untuk keluarga saya kelak. Maka dari itu, saya terkadang meluangkan waktu untuk mencari berbagai macam informasi di internet mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kewanitaan, keluarga, perkembangan anak dan lain-lain dengan maksud menambah pengetahuan sebelum akhirnya melepas masa lajang. Dan beberapa menit yang lalu saya menemukan artikel ini, sebuah artikel menarik tentang pentingnya peran aktif suami mencari informasi yang benar mengenai kehamilan. Saya sependapat dengan apa yang disampaikan pada artikel tersebut bahwa baik tidaknya suatu kehamilan bukanlah menjadi perhatian dan tanggung jawab istri saja akan tetapi menjadi perhatian bersama antara suami dan istri karena kesehatan bunda, kesehatan kita.

Arikel lain yang cukup menarik adalah artikel mengenai pemberdayaan ASI yang memberikan dampak positif dalam menurunkan kematian bayi. Di dalam artikel tersebut sedikit dijelaskan juga mengenai IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang sudah digalakkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu. 

Berikut penjelasan mengenai IMD yang saya ambil dari
http://kholilahpunya.wordpress.com/2009/09/07/521/ :
Inisiasi menyusui dini (IMD) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut breast crawl merupakan suatu tindakan yang dilakukan manakala bayi yang lahir langsung mendapatkan ASI eksklusif yang memiliki kadar kolostrum tinggi (pada 1 jam pertama kelahiran) dengan cara meletakan bayi pada dada si ibu dan membiarkan bayi tersebut untuk menemukan puting payudara si ibu.
Pada dasarnya, seorang bayi yang normal memiliki refleks fisiologis (refleks yang normal ada pada bayi) yakni refleks menghisap. Dengan membiarkan si bayi menemukan puting payudara si ibu, maka secara langsung refleks fisiologis menghisap puting payudara ibu itu akan muncul. Hisapan pertama bayi akan memacu pengeluaran hormon prolaktin yang nantinya akan mengeluarkan air susu ibu yang mana pada awal kelahiran memiliki kandungan kolostrum yang cukup tinggi.
Kolostrum disekresi dari hari pertama sampai hari ke-3. Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum sendiri memiliki kandungan protein, antibodi, mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida), dan vitamin yang larut dalam lemak yang sangat penting bagi bayi. Adapun volume kolostrum pada ASI berkisar 150-300 mL / 24 jam.
Lalu..apa manfaat dari IMD itu sendiri??
Beberapa manfaat dari dilakukannya IMD antara lain,
Memberi kehangatan
Bayi baru lahir yang langsung ditempelkan pada kulit ibunya memiliki temperatur tubuh yang lebih stabil daripada bayi baru lahir yang langsung dibungkus kain. Tubuh ibu merupakan sumber kehangatan terbaik bagi bayi yang baru lahir. Ini juga berarti, dengan IMD risiko hipotermia (penurunan suhu badan) pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian bisa dikurangi.
Memberi kenyamanan
Penelitian membuktikan, bayi baru lahir yang langsung diletakkan di dada ibu menangis lebih singkat ketimbang bayi baru lahir yang langsung dibungkus kain dan diletakkan di sisi ibunya selama 90 menit. Bayi yang berada di dada ibu merasa nyaman karena masih merasakan suasana rahim.
Adaptasi metabolis
Penelitian juga membuktikan, bayi yang berada dalam posisi breast crawl memiliki tingkat gula darah lebih baik ketimbang bayi baru lahir yang langsung dipisahkan dari ibunya dan dibungkus kain.
Melatih posisi mulut bayi saat menyusu
Dari 17 bayi baru lahir yang melakukan IMD, 16 di antaranya mampu langsung menyusu dengan posisi mulut yang benar. Ini akan mengurangi kesulitan posisi menyusu yang sering dikeluhkan para ibu baru.
Membantu pelepasan plasenta dan mengurangi pendarahan
Proses menyusu yang dilakukan bayi mungil menghasilkan hormon oksitosin yang mengalir dari kelenjar susu ke aliran darah ibu. Hormon ini membantu proses kontraksi rahim setelah persalinan guna mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh-pembuluh darah di dalam rahim. Hasilnya, pendarahan pasca melahirkan dapat dikurangi. Ini berarti mencegah anemia yang sering diderita para ibu.
Dengan melihat sekilas mengenai berbagi manfaat IMD bagi ibu dan bayi.. maka sudah selayaknya kita para calon ibu tidak perlu berfikri ulang…”susu apa yang terbaik bagi anak-anak kita kelak?”
Ya… cukup ASI jawabnya.
Sebagai penutup dari tulisan ini, “Ayo Dukung Bunda! Kesehatan Bunda, Kesehatan Kita”.

1 Komentar

tri ikawati

20 Mar 2012 12:23

menarik..;)