Calon Pemimpin Besar Republik Indonesia Itu Tumbuh Berkat Ibunya

Oleh ridhomochamad 11 Oct 2013

Prook, prook, prook (standing applause from audience)

“Thank you Mr. President for your speech, for your time. You’ve made me and my people inspired with your concept. Sir, you’re incredible !”

Riuh tepuk tangan dari para undangan di perhelatan konferensi dunia yang diselenggarakan di negeri beruang merah, Rusia, di Desember 2034. Semua undangan hingga Presiden Rusia begitu terpukau dengan gagasan yang disampaikan oleh Presiden Indonesia tersebut, gagasan mengenai konsep perdamaian untuk seluruh umat lintas zaman.

Saya sebagai seorang anak dari rahim ibu saya, memiliki impian untuk satu hari nanti bisa berdiri di perhelatan tersebut dan memberikan pidato sebagai Presiden Republik Indonesia. Mungkin sebagian ibu yang sedang membaca artikel ini juga membayangkan anaknya menjadi Presiden dimasa yang akan datang, tapi satu yang pasti seluruh ibu yang sedang membaca artikel ini menginginkan anaknya menjadi pemimpin dimasa depan, terlepas apakah sebagai presiden, direktur, pemilik perusahaan, atau pemimpin lainnya.

Saya dididik oleh ibu saya dalam lingkungan yang memberi kebebasan bagi saya untuk memilih tapi tetap dalam pengawasan. Dimulai ketika saya TK (taman kanak-kanak), saya ditawari untuk memilih mainan, tapi disaat itu saya memilih untuk main tanah. Ya main tanah, tanah coklat kemerahan yang ada di pekarangan rumah. Keinginan saya untuk main tanah adalah karena saya terinspirasi sebuah film bahwa jika menggali sampai dalam, bisa menemukan harta karun emas. Agak aneh ya, hehehe. Ibu saya cuma berpesan, setelah main tanah, harus cuci tangan pakai sabun sampai bersih. Meskipun begitu ibu saya agak jengkel, sebab kelakuan saya berbeda 180 derajat dengan kakak saya yang suka sekali main mainan yang bersih. Tapi dia tetap ibu saya, yang memberi kebebasan sejak saya kecil tapi tetap mengawasi.

Berlanjut ketika saya masuk SD, saya ingat betul, bagaimana ibu saya berpesan untuk belajar yang rajin supaya saya bisa berhasil. Ibu saya menganggap belajar itu betul-betul penting, hampir-hampir setiap hari kami belajar bareng di rumah, sekedar mengerjakan PR atau kadang hanya belajar saja. Namun peran serta ayah saya juga tidak saya lupakan, beliau juga yang mengajarkan saya secara getol mengenai matematika, sedangkan ibu saya mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran umum lainnya. Berkat ayah dan ibu saya, di kelas 1 SD saya mampu duduk sebagai peringkat 3 di kelas. Serta menjadi peringkat 1, ketika saya kelas 2 SD. Terimakasih ayah & ibuku.

Pentingnya pendidikan saya rasakan dari ibu saya, juga ketika saat itu musim hujan dan saya sudah ingin sekali tidak masuk sekolah. Tidak cuma hujan saja soalnya, tapi juga banjir. Tapi ibu saya tetap memaksa saya sekolah, dengan menggendong saya sampai ke sekolah agar baju dan celana saya tidak terendam banjir. Banjirnya memang tidak seberapa, hanya sedengkul orang dewasa. Tapi ketika saya SD dulu, tinggi saya berbeda dengan teman-teman sebaya saya, bisa dibilang saya kecil dan kerempeng, hehe.

Hmmm… it’s long time ago.

Sekarang saya sudah menginjakan kaki di jenjang perkuliahan, di tahun terakhir, semester 7. Jika saya renungkan, begitu banyak pelajaran yang saya dapat dari ibu saya. Terlebih mengenai kedua hal yang saya anggap sangat berguna dalam menjalani hidup saya dikampus sebagai ketua kegiatan tingkat nasional. Pertama, tentang kebebasan memilih tapi tetap dalam pengawasan. Hal itu saya terapkan dan memberi impact yang luar biasa besar, bahwa orang-orang yang saya pimpin lebih bisa mengembangkan kreativitasnya, ide-idenya, dengan cara tersebut. Namun tetap dalam pengawasan, supaya tidak terjadi hal-hal diluar kendali. Yang kedua, tentang pentingnya pendidikan. Bahwa saya menyadari, setiap pemimpin besar terlepas dari apa sukunya, agamanya, rasnya, mereka besar karena memiliki pengikut-pengikut yang luar biasa yang mendorong mereka untuk menjadi pemimpin besar. Dan pengikut-pengikut tersebut luar biasa bukan tanpa sebab, tapi satu hal yang saya pelajari, bahwa mereka besar karena dididik oleh pemimpinnya.

Saya sangat cinta ibu dan ayah saya,

Saya bangga terlahir sebagai anak mereka,

Ibu, ayah, terimakasih banyak :”)

#LombaBlogNUB