Cinta Kasih Ibu, Lahirkan Calon Pemimpin Masa Depan

Oleh Asep Koharudin 20 Oct 2013

 

Kasih ibu, 
Kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa 
Hanya memberi, 
Tak harap kembali, 
Bagai sang surya, menyinari dunia.

Saya ingat betul lagu itu, lagu yang sering saya nyanyikan ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, sungguh saya tidak akan melupakannya.
Hati siapa yang tidak tersentuh jika mendengar lagu indah nan penuh makna tersebut?
Saya yakin hati seseorang sudah pasti akan luluh, kemudian perasaan kangen akan datang menghampirinya secara tiba-tiba ketika menyanyikan atau mendengar lagu tersebut.  Ah, sungguh kasihmu itu tidak akan terbalas Ibu.
 
Saya jadi teringat dulu saat saya berusia 5 tahun, ketika masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Waktu itu ada lomba cerdas cermat antar kelas, dan saya terpilih untuk mewakili kelas. Saya menceritakan kepada ibu soal keikutsertaan saya dalam lomba cerdas cermat tersebut, saat itu saya melihat senyum Ibu yang mekar mendengar cerita saya. 
 
“Alhamdulillah nak, InsyaAllah kamu pasti bisa !” Kata Ibu, memberi semangat.

Yang saya suka Ibu tak pernah memaksa saya untuk terus belajar sampai menghabiskan waktu berjam-jam, waktu belajarku sepertinya sudah terjadwal oleh Ibu, kalau ibu menyuruh saya belajar saya tidak berani untuk membatahnya, karena kata Ibu kalo saya tidak menuruti apa yang di perintahkan Ibu , “uang jajan saya besok akan di kurangi”, meskipun saya tahu bahwa masih mempunyai seorang Ayah yang dengan mudahnya memberikan apa yang saya minta. Dari hal-hal kecil seperti itulah sang Ibu mendidik saya tentang kedisiplinan.
 
Kamu harus disiplin nak, jika kamu disiplin kamu pasti akan pintar” Kata Ibu, saat menunggu bus jemputan ke sekolah yang tidak akan pernah saya lupakan.
 
Sejak dari kecil saya sudah di ajarkan tentang nilai-nilai kerohanian oleh Ibu dan Ayahnya, oleh karena itu Ibu menyekolahkan saya di Madarasah Diniyyah. Sehabis pulang dari TK saya berangkat sekolah lagi ke Madrasah Diniyah yang letaknya tidak jauh dari rumah. Padahal saya pikir, saya tidak perlu sekolah doble seperti itu, Imu yang saya dapat dari semua hal yang Ibu saya ajarkan dirumah, melebihi ilmu yang saya dapat dari sekolah. Kau tahu, Ibuku adalah guru yang terbaik.

Orang tua saya seakan tak pernah lupa untuk mengingtkan saya tentang sholat, saya sangat terharu jika saya melihat Ibu saya yang khusu ketika berdoa’a sesudah melaksanakan sholat, terlebih lagi ketika saya akan menghadapi hal yang penting, atau kegiatan kecil sekalipun beliau selalu berdo’a untuk saya. Seperti pada saat lomba cerdas cermat ketika di TK dulu, selain dengan semangat mengajarnya, dengan penuh keikhlasan beliau mendo’akan untuk keberhasilan saya. Oleh karena itu pada akhirnya saya berhasil menjadi juara dalam lomba tersebut. 

Sejak saat itu hingga kini saya duduk di bangku kuliah saya tidak pernah segan untuk meminta do’a dan saran kepada sang Ibu dalam segala hal. Hingga pada bulan mei yang lalu keberhasilan saya dalam sebuah lomba tingkat nasional yang di adakan oleh salah satu Universitas terbesar di Indonesia, IPB (Insitut Pertanian Bogor) sehingga saya di nobatkan sebagai “Duta Muda Pertanian 2013”, di samping usaha dan kerja keras serta kedisiplinan yang di ajarkan Ibu saya sejak saat masih kecil, ada hal yang paling penting yaitu do’a seorang Ibu.  Semua orang harus tahu bahwa setiap perkataan seorang Ibu adalah do’a, dan do’a seorang Ibu itu mustajab.  Semua itu terbukti dengan keberhasilan-keberhasilan yang telah saya capai, berkat peran seorang Ibu yang penuh dengan cinta kasih terhadap anaknya. Keberhasilan-keberhasilan itulah yang akan menjadi sebuah jalan untuk menjadi seorang pemimpin yang di dambakan. Karena berkat peran orang tua lah, khususnya seorang Ibu yang mempunyai peran multi fungsi didalam keluarga, seorang pemimpin kecil terlahir,  yang merupakan calon pemimpin masa depan.



#LombaBlogNUB
 
1 Komentar

22 Oct 2013 19:10

Simple tapi penuh akan makna !