Dari, Oleh dan Untukmu Ibu

Oleh Rahaz Azberina 20 Oct 2013

Wanita adalah harta dunia. Seperti layaknya sayur tanpa garam. Hidup tanpa wanita akan terasa hambar. Menjadi wanita bukan hal yang mudah. Berprofesi sebagai perempuan adalah tantangan hidup yang harus dijalani. Bukan dihindari. Terlebih bagi mereka yang telah menaikkan derajat dihadapan manusia maupun Tuhan. Apalagi yang bisa membuat derajat mereka naik kalau bukan kehadiran sang buah hati.
Menjadi Ibu adalah tanggung jawab besar. Apapun alasannya mereka harus siap menjalani. Siap dengan segala konsekuensinya. Manja, nakal, serta pola lucu anak harus dipahami. Anak tak hanya butuh makan. Kasih sayang dan perhatian yang menjadi point penting dalam perkembangan mereka. Siapa lagi yang bisa memberikan hal itu kepada mereka kalau bukan ibu?
Tingkah laku anak juga tergantung dari besarnya kasih sayang yang diberikan. Semakin besar kasih sayang ibu maka semakin pintar sang anak. Namun jika ibu tak memberikan perhatian yang cukup bukan tidak mungkin dikemudian hari anaknya akan menjadi salah satu dari anak – anak yang pembantah.
Terima kasih ibu kau telah banyak berkorban. Sejak diri ini masih didalam kandunganmu kau tak pernah mengeluh membawaku kemanapun kau pergi. Kau tak pernah risih dengan perut besar nan berat. Kau pula yang membuat diri ini mampu menghirup udara bebas didunia. Meskipun hidup dan mati yang kau pertaruhkan, kau tak pernah bersedih. Malah air mata yang diiringi senyum bahagia yang tampak dari wajah cantikmu.
Sejak diriku masih anak-anak, norma dan agama yang baik tak pernah putus kau berikan. Cuma Ibu yang mampu membuat diri ini tenang dari isak tangis yang terkadang muncul tanpa alasan. Dekapanmu membuat bibir ini tak mampu menangis lebih kencang. Kau pula yang selalu sabar dan ikhlas bangun setiap malam demi membuatkan sebotol susu untukku.
Ketika aku tumbuh menjadi balita kau selalu sedia mengajarkanku hal-hal yang baru. Kau selalu punya jawaban atas segala pertanyaan - pertanyaan polosku. Kekesalan tak pernah ditunjukkan meskipun tingkah lakuku sering membuatmu emosi. Ibu selalu punya cara agar aku bisa memahami situasi yang sedang terjadi. Didikanmu sejak aku masih kecil membuat diri ini tumbuh menjadi remaja yang pemberani dan tegar dalam segala situasi. Nasehatmu tak seperti nasehat. Kau memberikan arahan seperti sedang bermain. Kini aku paham sikapmu itu semata – mata agar aku tak merasa dibatasi. Semua dilakukan agar aku merasa bebas namun tetap dalam pengawasanmu.
Terima kasih atas didikanmu yang luar biasa itu ibu. Sekarang aku telah berhasil disekolah. Menjadi juara kelas sejak SMP. Semua yang kulakukan demi membuatmu tersenyum dan bangga kepada anakmu ini. Namun usahaku untuk membahagiakanmu tak hanya sampai disini. Perjalananku masih panjang. Bahkan tantangan didepan sana semakin sulit dilalui. Akan tetapi dengan membayangkan wajahmu dan mengingat semua yang telah kau berikan semangatku semakin berkobar. Impianku saat ini adalah lulus SMA dengan nilai terbaik dan dapat meneruskan impian kita ibu. Menjadi seorang dokter yang baik, ramah dan bertanggung jawab terhadap pasiennya. Ini bukan hanya impianku tapi juga impianmu ibu. Kau selalu mengajarkanku agar menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Terima kasih ibu. Aku sadar semua yang terjadi tak lepas dari bimbinganmu. Kau adalah pemimpin yang baik dalam hidup dan setiap langkahku. Namun aku sadar suatu saat kepemimpinanmu akan goyang. Pada saat itulah anakmu ini yang akan meneruskan kepemimpinanmu. Menjadi pemimpin dalam hati dan pikiranmu. Semua yang berasal darimu, olehmu dan hanya akan kembali untukmu Ibu.