Generasi Penerusku Harus Lebih baik

Oleh Yun W 21 Oct 2013

Seneng, deh… ngeliat anak yang tampan atau cantik, menyenangkan, penuh semangat, dan berprestasi lagi ^_^
Jadi haru!
Itupun anak orang lain… bayangkan bila anak yang dimaksud itu adalah anak kita! Anak kandung sendiri!
Wuiyyhh… betapa bangganya
Betapa bahagianya…
Namun, perlu diingat bahwa anak sedemikian tidak brojol begitu saja menjadi apa yang kita inginkan. Melalui proses yang tidak serta merta  didapatkan tanpa usaha.
 
Mengingat diriku dalam masa ‘penantian’

Dan
Menyadari diriku seorang wanita yang mendambakan juga menjadi seorang ibu, tentu harus mempersiapkan diri sedari dini. Bersyukur juga sebelum masa itu tiba, diriku sudah mengawali membentuk kepribadian unggul. Ibarat menanam bibit, aku sudah mulai mempersiapkan lahan yang subur dan tempat yang sesuai dengan tumbuhnya yang kutanam. Apa sajakah itu? Aku berusaha membuat catatan sederhana yang wajib aku patuhi demi kesiapanku menjadi seorang ibu.
Siapa yang tidak ingin keturunannya jadi lebih baik? Tentu, semua ingin generasi penerusnya lebih baik dari diri kita.
Berikut ini agenda  kecilku:
 
1.      Ilmu
 
Pasti pernah tahu perumpamaan: ‘belajar pada anak  seperti memahat diatas batu dan belajar bagi orang dewasa bagai mengukir diatas air.Pengetahuan tentang bagaimana mendidik anak harus aku pahami.
Anak belajar sejak di dalam kandungan. Banyak penelitian tentang hal ini bahkan ada pelatihan dasar sejak dini seperti memperdengarkan musik klasik orchestra. Harus memahami bahwa Ibu sejak awal telah membangun komunikasi dengan janin di kandungannya.
Seorang ibu juga harus tau apa yang dibutuhkan untuk tubuhnya dan tumbuh kembang janninnya. Melalui nutrisi yang ia santap sehari-hari. Dan apa yang perlu dimakan oleh anaknya.
Anak itu kritis, kadang pertanyaannya bikin gelagapan. Cara menjawabnya tidak boleh asal. Harus punya materi yang cukup guna menjawab pertanyaan si kecil hingga terpahat pada otak ajaibnya. Jangan sampai pengetahuan yang mendasar tersebut salah dan mempengaruhi pemahamannya. Hal yang dianggap sepele, pertanyaan anak kecil! Justru dari pertanyaan itulah dia belajar meski kadang kemalasan membuat kita menganggapnya kecerewetan si anak yang sekedar ingin tahu saja bukan benar-benar pingin tahu >_< Huh, pengalamanku menghadapi keingintahuan anak-anak perlu dievaluasi lagi. Lebih bersabar dan tidak enggan mengulang jawaban yang sama bila si anak menanyakan hal serupa.
Belajar! Belajar! Nggak tabu belajar dari anak! Belajar tentang kegigihan mereka untuk mengetahui sesuatu!
 
2.     Kesadaran Diri
 
Seorang ibu, orang tua anak itu adalah pendidik awal bagi seorang anak. Sebelum orang lain, Ibulah yang sedari mula dikenal oleh anak karena ibu yang mengandung dan melahirkannya ke dunia ini.
Apa yang dimakan ibu juga dimakan oleh janin yang dikandungnya.
 Apa yang ada pada ibu mempengaruhi diri si anak.
 Bila sang ibu punya riwayat penyakit turunan tentu perlu waspada bisa menurun ke anaknya. Mangkanya perlu melakukan pencegahan-pencegahan agar meminimalisir kemungkinan tersebut.  
 
3.      Kebiasaan Baik
Menyadari watak anak itu muncul dari didikan ortunya. Apa yang diperlihatkan ortunya. Maka, menjadi kewajiban diri mulai membiasakan hal yang baik mulai dari hal kecil semisal: disiplin bangun pagi, mempersiapkan diri mulai dari sarapan, mandi, bersih-bersih rumah, dan sebagainya.
Salah satu kebutuhan pokok yaitu makan. Sebagai ibu yang baik tentu tahu makanan ‘empat sehat lima sempurna’ yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Membiasakan diri memakan  makanan yang diperlukan oleh tubuh bukan sekedar memanjakan lidah adalah kewajiban yang harus segera dimulai dan tidak boleh ditunda-tunda.  Memenuhi gizi tiap hari demi kesehatan itu mahal apalagi memenuhi nutrisi bagi yang sakit, lebih muahal dan sulit. Jangan sampai kita mengalami kesulitan karena pola makan yang buruk.
 
Di samping 3 hal yang aku ringkas, perhatian lain yang tidak kalah penting yaitu:
  • Pendamping hidup yang memiliki visi dan misi yang sama. Agar bisa seiring sejalan, saling menjaga, saling mengingatkan. Memang, adakalanya berselisih tapi bukan berarti harus berpaling dari tujuan semula yang semenjak awal telah disepakati bersama.
Kesepakatan awal itu penting sehingga menjalin kekompakan dalam membimbing anak. Memudahkan si anak juga dalam memahami apa yang diajarkan oleh kedua orangtuanya. Bahwa apa yang diajarkan kepada anak bukan seperti murid yang belajar di bangku sekolah. Seorang anak belajar dari orangtuanya dengan mencontoh apa yang diperlihatkan ortunya.
  • Berusaha menjadi teladan. Karena bukan rahasia lagi kalau anak itu peniru ulung. Kelakuan anak cermin dari kelakuan ortu atau pengasuhnya.
Woiiy… gampang-gampang susah, ya mengurus anak. Sungguh, justru bukan masalah finansial yang utama. Minimnya fasilitas akan menjadi pemicu seorang anak untuk lebih gigih berusaha. Meskipun demikian, kurang bijak bila mengurangi hak yang seharusnya diberikan pada mereka.
  • ·         Menciptakan lingkungan yang kondusif
Termasuk kakek dan neneknya yang biasanya memanjakan cucunya kadang tidak mendukung perkembangan kecerdasan emosinya. 
pengalaman masa kecil, bagaimana ortu mengasuhku. Dimanjakan itu bikin emosi anak menjadi labil. Tidak ada salahnya memberi pengertian pada keluarga besar tentang pendidikan moral bagi putra-putri kita.
Membatasi pergaulan anak bukanlah keputusan bijak. Sebaiknya memagari pengertian si anak tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya ketika bersama orang lain.
Melakukan pengawasan layaknya layang-layang yang diulur atau ditarik benangnya. Jika anak mendapatkan teman sepermainan yang baik, bolehlah kita memberi kelonggaran. Yah, orang tua wajib melakukan pengawasan meski si anak jauh dari pandangan. Jangan sampai, orangtua lalai hingga si anak tidak terkontrol dalam menghadapi masalah seperti rebutan mainan hingga berujung berkelahi dengan teman bermainnya.
 
 
Hal penting lain yang kudu mendapat perhatian adalah
*** karakter dan bakat anak.
Dalam hal ini, bakat ortu kadang menurun pada anaknya. Senangnya melakukan hobby bersama!
Namun, beda dengan anak yang memiliki kesukaan yang berbeda dari ortunya. Alangkah bijak jika sebagia orangtuanya mendukungnya selama tidak membahayakan jiwanya.
Sebagai ortu hanya berusaha memupuk dan menyuburkan potensi yang berguna bagi masa depannya kelak.
 
Semoga dengan segala pengertian mendasar tentang orang tua pada anaknya tersebut memudahkan diri dalam menjalani peran sebagai ibu bagi pemimpin masa depan. Mengingat betapa pentingnya, tidak layak memindahkan kewajiban tersebut ke pundak yang lain. Diriku sendiri harus siap untuk itu!
Biarlah daku mengambil jargon dari seorang @@Gym, yakni 3 M :
Mulai dari diri sendiri! Membiasakan diri dengan hal yang baik
Mulai dari hal kecil! Meski dari pola makan sehari-hari
Dan mulai dari saat ini juga! Memulai hal yang baik tanpa menunda-nunda lagi. Masa lalu takkan kembali sedang masa depan itu belum pasti. Maka hari ini! saat ini! adalah kesempatan untuk berbuat sesuatu agar ke depan tidak ada penyesalan dan menjadikan kenangan yang berarti.
 
*** Doa yang selau dipanjatkan agar kita selalu mendapat petunjuk untuk membimbing diri dan anak-anak kita