IBU MALAIKATKU DI DUNIA

Oleh ellababuns 21 Oct 2013

IBU MALAIKATKU DI DUNIA

Kehidupan itu memang tidak semudah apa yang kita lihat entah itu di sinetron ataupun yang ada dibenak kita. Kehidupan itu seperti roda yang berputar kadang kala kita ada dibawah dan terkadang ada di atas. Aku hanyalah seorang anak bisaa dan mungkin tak lebih baik dari anak-anak lainnya. Aku berasal dari keluarga bisaa dan hidup sebagai anak seorang sopir bus dan ibu rumah tangga. Kehidupanku mungkin sedikit berbeda dengan anak pada umumnya. Anak-anak yang bisaanya diajak pergi tamasya dan tempat lainnya untuk bermain. Aku hidup dari bayangan ayahku yang keras yang mendidikku dengan penuh kedisiplinan. Bahkan aku tak pernah membantah apa yang ayah katakan. Ibuku adalah wanita yang penuh dengan kesabaran menghadapi tingkah ayahku yang kufikir begitu egois. Hingga pada suatu saat aku mengikuti naluriku untuk bermain diluar rumah yaitu dirumah nenekku yang mungkin hanya berjarak 50 meter. Aku hanyalah anak kecil yang ingin berinteraksi dengan dunia luar namun apa yang terjadi ??? ketika hari yang gelap itu mengantarku pulang ke rumah, tiba-tiba suara hentakan ayahku terdengar menyayat perih “Gak usah moleh” itu kata-kata yang masi terngiang hingga saat ini yang berarti “Jangan Pulang”. Saat itu aku menangis seraya memohon maaf, tapi ayahku bersikeras dan tetap memarahiku dan yang paling kuingat ketika ayahku menyeretku keluar rumah. Aku hanya bersimpuh dengan tangisku yang keras, tak beberapa lama tas sekolahku pun ikut dibuang dan pintu dihadapanku di kunci dari dalam. Dalam dinginnya malam itu aku menangis dan merasa marah kenapa aku harus terkurung dalam keluarga yang kupikir begitu sadis memperlakukan aku seolah aku hanya boneka yang harus menuruti keinginan mereka tanpa aku bisa memenuhi hasrat ku sendiri. Aku hanya menangis tersedu-sedu dan selang beberapa menit kulihat sosok yang berdiri di depanku dan telah membuka pintu yang bercahaya itu, karena aku sendiri begitu takut akan gelap yang tadinya menyelimutiku. Ibuku dengan kasih sayangnya membangunkanku dari duduk terpaku. Beliau menasehatiku agar menuruti apa yang ayahku inginkan sekalipun itu menyakitkanku. Dengan lemah lembut beliau memberiku pengertian tentang apa dan bagaimana watak ayahku. Aku tahu ayahku bukanlah orang jahat, hanya mungkin keegoisannya dan sifat hidup keras yang mempersulit hidupku. Setelah itu ibu menyuruhku masuk lalu aku tidur dengan ketakutan, aku tak sadar pukul berapa saat itu aku terbangun tapi yang aku tahu ayahku membangunkanku untuk sekedar minta maaf aku hanya terbangun setengah sadar karena begitu mataku sulit terbuka. Tapi dari sana aku sadar inilah ayahku dengan caranya untuk mengajariku menjalani hidup ini. Dan aku begitu sadar betapa ibuku adalah istri yang baik karena kepatuhannya pada ayahku. Ini hanya awal kisah yang begitu dalam mengusik jiwaku hingga beberapa tahun kemudian saat umurku mencapai 13 tahun. Itu adalah awal dari masa tersulit dalam hidupku ketika ayahku di vonis penjara entah berapa bulan yang kukira cukup lama dan ini membuat uang kami terkuras. Aku tidak begitu tahu kasus apa yang dialami ayahku tapi yang ku tahu bukan ayahku yang bersalah. Ayahku mengorbankan dirinya untuk kesalahan temannya karena sifat ayahku yang begitu loyal dan royal. Masa itu membawa dampak buruk bagi keuangan keluarga kami. Ibuku akhirnya memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang sulit untuk bekerja. Bukan demi apa atau karena apa, tapi memang keuangan kami merosot, karena tak ada lagi yang memikul berat kebutuhan kami. Sekalipun ayahku sempat tidak setuju membiarkan ibuku bekerja, tapi ibuku bersikeras untuk mewujudkan niatnya. Ibuku adalah sosok pahlawan kala itu yang menyelamatkan keuangan kami meskipun bekerja sebagai guru tidak begitu besar gajinya apalagi untuk seorang guru TK. Tak berakhir pada saat itu ujian keluarga kami, namun juga 3 tahun setelah ayahku keluar penjara, terjadi lagi musibah yang mengubah hidupku. Saat itu aku sudah kelas 2 smp, aku bersekolah di sekolah yang bisa disebut favorit karena hanya anak-anak pandai yang bisa sekolah disana “katanya sih” aku sendiri tidak terlalu mebanggakannya karena aku juga bukan manusia super hebat dengan ilmu yang kupunya. Sekolah favorit yang waktu itu memegang taraf rsbi tentunya selain taraf tarifnya pun ikut naik. Dan saat itulah ayahku mengalami sakit yang dibilang aneh dan sampai sekarang aku juga belum tau mengenai penyakit itu. Banyak orang menganggap sakit ayahku itu sakit yang gaib. Entahlah…. Hanya Tuhan yang tahu. Sakit itu membuat ayahku tidak bisa bekerja hingg ibuku pun kewalahan untuk membiayaiku adikku dan hidup kami sekeluarga. Tapi beban hidup kami lebih berat ketika kami dihadapkan pada kenyataan tentang pengobatan yang harus dijalani ayahku untuk kembali seperti semula. Semua perkataan orang tentang pengobatan kami turuti dengan harapan agar ayah bisa sembuh kembali. Aku begitu sedih melihat ibuku yang bingung mencari biaya untuk memenuhi kebutuhan kami. Selain bekerja sebagai guru tk ibuku juga menjadi seorang penjahit untuk menambahi pemasukan uang kami. Aku begitu merasa kasihan dengan ibuku yang bekerja keras siang malam dengan menjalani dua peran sebagai ibu dan ayah untuku dan adikku selain itu juga sebagai istri yang berbakti ketika suaminya sedang sakit. Entah bagaiman ada ide yang muncul saat kami mengalami kesusahan. “Susu Kedelai” itulah yang kami pikirkan. Ibuku menyisihkan sedikit uang untuk memulai usaha memproduksi susu kedelai. Ibuku mengajariku bagaimana menjadi wanita yang baik dan berbakti, juga pengorbanan serta kesetiaan dan pengabdian dalam menjalani hidup. Ibu tak pernah memperlihatkan betapa lelahnya ia, tapi aku tahu kok kalau ibuku sangat lelah karena seharian tidak berhenti bekerja, pagi sekolah siang untuk membuat susu kedelai dan malam biasanya beliau gunakan untuk menjahit dan tentunya tak lupa menyiapkan keperluan ayahku yang sakit dan merawatnya dengan ikhlas tanpa menggerutu. Dari cobaan itulah aku belajar tentang arti kesusahan dan berharganya uang yang bukan hanya untuk dipakai foya-foya. Setelah berhasil membuat susu kedelai yang lumayan enak ini akhirnya ada yang mau membeli nya. Kami mematok harga Rp. 500,- tiap plastiknya. Untuk menambah pemasukan akhirnya ibu menyarankanku untuk berjualan keliling. Pada awalnya aku takut, malu dan perasaan tidak karuan karena aku merasa tidak pantas atau lainnya seperti yang bisaa disebut gengsi. Entahlah darimana rasa gengsi itu muncul tapi aku berhasil mengalahkannya karena rasa sayangku pada keluarga lebih besar daripada rasa gengsiku. Ibuku juga yang mengajariku cara berjualan dan menjadikanku pribadi yang rendah hati dan tentunya hal ini sangat bermanfaat bagiku. Ibu yang menguatkanku saat aku tidak yakin jualanku ini akan habis. Ibu juga bersabar ketika aku selalu melakukan kesalahan misalnya memecahkan bungkus susu kedelai.dan terkadang layaknya anak lainnya aku bukanlah anak yang baik yang sempurna yang begitu membanggakan orang tua, tapi aku juga anak bisaa yang sering menyakiti hati ibuku dan terkadang aku juga malas untuk membantu ibuku. Tapi aku bangga dengan hidupku karena pengalaman itu membuatku dewasa dan hingga saat ini sangat bermanfaat untuk hidupku. Mungkin aku gak bisa terlalu bercuap-cuap tentang kisahku. Tapi ini kisah nyata entah bagaimana kalian menanggapinya???? But it’s my life, my experience. Dan semoga kisah ini menginspirasi bagi ku maupun orang lain dan tentunya kisah ini mengingatkan kita pada sosok yang begitu berarti yang membesarkan kita melahirkan kita tanpa pamrih. Sosok malaikat yang selalu melindungi kita dan mengarahkan kita kea rah kebaikan. Sayangilah ibu kita sebelum kita menyesalinya di akhir hayat kita :) good job !