IBU "PAHLAWAN DIBALIK PAHLAWAN"

Oleh miswahul anam 21 Oct 2013

#LombaBlogNUB

IBU “PAHLAWAN DIBALIK PAHLAWAN”

Siapa yang tak mengenal B.J. Habibi, seorang tokoh presiden Indonesia yang sangat jenius dan diakui oleh dunia. Siapa yang tak mengenal Jendral sudirman, seorang tokoh pahlawan yang tangguh dan ditakuti oleh penjajah.

Pastilah kita sudah mengenal kedua tokoh diatas, lalu timbul pertanyaan dari dalam hati kita, bagaimana kedua orang tersebut bisa menjadi tokoh – tokoh yang luar biasa dan diakui dunia ? apakah dengan belajar disekolah bertahun – tahun…apakah dengan berlatih bertahun – tahun… “memang itu yang mereka lakukan”, tetapi ada satu hal yang berperan sangat besar yang membuat mereka menjadi tokoh yang luar biasa, yaitu kasih sayang ibu.

Tidak hanya mereka yang telah menjadi tokoh besar yang merasakan luar biasanya kasih sayang ibu, tetapi merata kepada kita semua yang hidup didunia ini, karena perjalanan hidup manusia takkan pernah lepas dari peran kasih sayang ibu.

Peran kasih sayang ibu pun aku rasakan dalam perjalanan hidupku. Sejak aku lahir ke dunia ini, ibu sudah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, ibu selalu menjagaku setiap waktu. Walaupun keluargaku hidup dalam kekurangan, tetapi ibuku tetap berusaha memberikan yang terbaik untukku. Sungguh besar perjuangan ibuku, disamping beliau bekerja keras membantu bapak di sawah, ibuku tetap mencurahkan kasih sayangnya dengan memberikan kepadaku, beliau ajarkan semua yang beliau tahu, termasuk beliau ajarkan tentang budi pekerti kepadaku, pendidikan yang kelak akan menjadikanku manusia yang berbudi luhur dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Sampai suatu ketika usiaku menginjak satu tahun, seperti teman – teman seusiaku pada umumnya yang mulai memasuki dunia pendidikan di sekolah dasar, ibuku pun memasukkanku ke sekolah dasar walaupun ibuku harus mencari pinjaman untuk biaya pendaftaran yang dirasa besar waktu itu, bahkan untuk seragam sekolahku ibu mencarikan seragam bekas milik anak tetanggaku. Ibuku membuang jauh – jauh rasa malunya hanya demi melihatku tersenyum tanpa rasa minder kepada teman – temanku.

Usaha ibuku pun berbuah manis, aku telah tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berprestasi selama di bangku sekolah dasar. Tampak sekali wajah bahagia dari ibukuketika melihat prestasiku.

Karena prestasiku di sekolah dasar, aku masuk di SMP favorit ditempatku. Namun berbeda saat masih di sekolah dasar, prestasiku di SMP mengalami penurunan. Dan apa yang terjadi pada ibuku, tak pernah terlihat wajah kecewa dari wajah ibuku. Ketika melihat penurunan prestasiku, justru ibuku tetap bersyukur dan terus menyemangatiku agar tidak menyerah dan minder dari keadaan.

Dan ketika aku akan memasuki bangku sekolah menengah atas, ibuku tetap memberiku semangat untuk masuk ke sekolah SMA favorit di kotaku, sempat ada penolakan dariku ketika mendengar rekomendasi dari ibuku untuk masuk ke SMA favorit, karna aku tahu biaya untuk bersekolah disitu sangatlah besar, sedang ekonomi keluargaku pas – pasan. Namun ibuku tetap meyakinkanku agar tidak memikirkan soal biaya, beliau meyakinkanku “soal rezeki sudah ada yang mengatur”. Ibuku rela bekerja keras berjualan sayuran untuk membiayai sekolahku, dan aku pun ikut bekerja membuat batu bata disaat waktu luangku untuk meringankan beban orang tua.

Tak mulus jalan yang aku lalui ketika bersekolah di SMA, karena memang tak banyak orang yang bisa bersekolah di SMA tempatku bersekolah yang terkenal elit dan berbiaya mahal. Banyak yang mendukungku dan ibuku, namun tak sedikit pula yang iri kepadaku. Tak jarang aku dan ibuku mendapat sindiran yang menyakitkan hati dari mereka yang iri kepadaku, dan jiwa besar ibuku lah yang mengobati rasa sakit hatiku.

Sebagai seorang manusia biasa, aku sering mendapatkan masalah, baik masalah ringan maupun masalah besar yang sulit aku pecahkan sendiri, dan kepada ibuku lah aku bagi semua beban permasalahan hidupku, dan selalu kudapatkan kembali semangat dan ketenangan jiwaku setelah aku dapatkan nasihat dari ibuku.

Selama di bangku SMA tak ada prestasi akademik yang aku peroleh, hanya sedikit prestasi di bidang non – akademik yang dapat menghibur ibuku, dan ibuku tetap menunjukkan rasa syukurnya atas sedikit prestasi yang aku raih.

Hasrat berkuliah di perguruan tinggi begitu menggelora setelah aku lulus dari bangku SMA, namun harus kuredam hasrat itu untuk sementara waktu karena terganjal masalah ekonomi. Kuputuskan menunda satu tahun untuk mengumpulkan biaya, aku menunggu sambil bekerja membuat batu bata. Kembali terlihat dukungan yang luar biasa dari ibuku, beliau membantuku mengumpulkan uang untukku berkuliah, dan juga terus memotivasiku agar aku tak putus semangat.

Setelah satu tahun dan terkumpul sedikit rezeki, kini tiba waktunya untuk ibuku melepas putra tercintanya merantau ke kota untuk berjuang di bangku perguruan tinggi. Kasih sayang ibu tak berkurang sedikitpun sampai saat ini aku berjuang di perguruan tinggi pilihanku.

Tak terukur besarnya jasa ibuku di dalam pertumbuhan dan perkembanganku sampai saat ini. Entah apa jadinya jikalau aku tak mendapatkan kasih sayang ibu, mungkin aku tak bisa menjadi seorang yang berakal dan berbudi luhur seperti sekarang ini. Aku sadar kasih sayang ibu takkan pernah terbalas dengan apapun, meski dengan gunungan emas dan lautan berlian sekalipun. Hanya do’a saja yang bisa aku berikan untuk membalas jasa ibu.

Aku percaya : setiap perkataannya adalah do’a untukku, setiap larangannya adalah kebaikanku, setiap langkahnya adalah demi kebahagiaanku, setiap tetes keringatnya adalah harapan akan kebaikanku, tiadalah kebahagiaan yang berarti baginya selain kebahagiaanku.

Bagiku, ibu adalah pahlawanku, dialah sosok pahlawan yang sesungguhnya.