IBU SEHAT......ANAK CERDAS

Oleh cut ira 11 Mar 2012

“Ayo dong Bu…main lego sama adek…”rengek si bungsuku saat aku sedang berbaring di sofa. Sakit kepala yang telah dua hari menyerangku membuatku tak bisa bermain dengannya seperti biasa. “Ibu jelek kayak bebek”...katanya. “Loh kok ibu jelek kayak bebek ?... Dedek marah ya karena ibu gak bisa main sama adek ?”...tanyaku… “Iya.”jawabnya sambil memonyongkan mukanya lima senti.
Tanpa kita sadari, sebagai ibu, kesehatan kita juga sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Bila sehat, kita bisa banyak merancang banyak aktivitas harian dengan anak. Tetapi saat sakit, bagaimana bisa menstimulasi anak bila untuk bangun dan bergerak saja kita tidak mampu.
Sebagian besar ibu lebih mementingkan gizi anak daripada gizi dirinya. Susu untuk anak, ada ayam untuk anak, ada ikan untuk anak, sayur dan buah juga lebih banyak untuk anak. Anak tumbuh sehat dan cerdas, sedangkan ibunya kurus dan sakit-sakitan.
Padahal sebagai ibu, kesehatan kita juga perlu untuk mendidik dan merawat anak-anak kita. Ibu yang sehat akan selalu tersenyum untuk anaknya, berkata-kata dengan lemah lembut, berperilaku penuh kasih sayang, dan bisa menerima apapun perilaku anaknya, walaupun yang paling negative sekalipun, dengan kepala dingin.
Tetapi sebaliknya saat badan ibu sedang tidak enak, anak minta apapun bisa dibentak, anak nangis ibu “bertanduk” karena marah, anak ganggu adiknya langsung saja dicubit, dan banyak lagi perilaku agresive lain yang mungkin dilakukan oleh ibu, bila badannya merasa tidak enak. Bisa karena penyakit fisik ataupun penyakit mental.
Padahal bagi anak, senyuman dan perkataan yang lemah lembut dari ibu sangat berarti buat pertumbuhan fisik dan mentalnya. Anak selalu ingin membuat kita, ibunya, senang. Senyuman kita pun bisa menurunkan tingkat agresivitas kita saat marah. Karena saat tersenyum, otak kita mengeluarkan hormone serotonin yang bisa menenangkan kita.
Anak terutama di bawah 5 (lima) tahun sangat senang bermain dengan ibu atau ayahnya. Buat anak balita, ibu/ayah adalah teman terbaiknya. Permainan ibu dan ayah dengan anak tentu berbeda. Bila ayah lebih banyak bermain fisik seperti bergulat, main “berantem-beranteman”, main bola, dll, maka bermain dengan ibu, biasanya bisa sambil mengasah hampir semua kecerdasan majemuk anak.
Misalnya saja bermain air bersama anak. Kita bisa sambil mengajarkan konsep-konsep seperti kosong-penuh, berat-ringan, konsep angka, konsep mengapung-tenggelam dan lain-lain. Kecerdasan berbahasa anak pun bisa kita asah dengan bercerita. Juga motorik halus anak saat menuang air . Tetapi bermain air juga butuh fisik yang kuat. Karena kita harus mengangkat air, mendisplay peralatan main, dan tentunya membereskan kembali. Hal itu tentu membutuhkan fisik dan mental yang sehat.
Ibu bisa memperkuat kesehatan fisik dengan minum susu, makan buah, makan sayur dan berolahraga. Sedangkan kesehatan mental dapat kita perkuat dengan rajin membaca kitab suci (Al Qur’an untuk muslimah) dan memiliki “ME TIME” untuk ibu beristirahat seperti menjalankan hobi, ke salon, kumpul dengan teman, dll. Dukungan pasangan juga sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena pasangan kita pun harus mengerti bahwa sebagai ibu, kita juga perlu untuk beristirahat dari mengasuh anak dan merawat rumah. Bepergian satu atau dua jam saja dengan pasangan juga bisa memperbarui semangat kita. Tetapi hindari membicarakan masalah anak saat bepergian berdua agar pikiran ibu bisa sedikit beristirahat dari mengurus anak-anak.
10 Maret 2012
Cut Ira Dian Sari, SP