IBUKU, MASA DEPANKU

Oleh rosa_liinna 04 Oct 2013

” Seorang ibu adalah orang yang rela memindahkan surga ke bumi untuk anaknya. ” Plain Truth

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Bukan sebuah rahasia lagi jika seorang ibu mempunyai peranan terpenting dan utama dalam membesarkan anak-anaknya. Tidak heran jika ada seorang anak yang berprestasi, pernyataan ini akan muncul, “ Wah, kamu pintar sekali. Orang tuamu pasti juga pintar. Ibumu pasti seorang yang hebat “. Ibu, sesosok perempuan yang bahkan sangat dihargai oleh Sang Pencipta Alam, Tuhan Yang Maha Esa. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “ Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan berkata, “ Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? “ Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Ibumu !” Dan orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi ?” Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Ibumu !” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi ?” Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Ibumu !” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi ?” Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2458). Subhanallah betapa berharga dan dihargainya seorang ibu, tidak hanya di Agama Islam, di agama lain pasti juga menyebutkan hal yang sama.

Menurut saya sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” pantas disematkan kepada sesosok ibu. Seorang ibu tidak dibayar sepeser pun untuk merawat kita. Bahkan mereka tidak menuntut kita sebagai anak-anaknya untuk mengembalikan semua harta yang telah dikeluarkan. Yang mereka inginkan hanya kebersamaan dengan anak-anaknya agar mereka tidak merasa kesepian. Siapa lagi orang yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk kita ? Siapa lagi orang yang rela menghabiskan semua hartanya hanya untuk memenuhi kebutuhan kita ? Siapa lagi orang selalu ada di saat kita merada depresi ketika orang-orang lain meninggalkan kita ? Siapa lagi yang mampu bekerja keras dan merawat kita tanpa mengeluh ? Ibu. Iya, seorang ibu. Dan masih pertanyaan “Siapa lagi” yang tertuju kepada orang terhebat ini. Saya sempat memberi kado sebuah foto keluarga dan tulisan di blog kepada ibu saya yang berjudul “Surat Untuk Ibu” : http://doyouknowthiismy.blogspot.com/2013/09/surat-untuk-ibu.html.


Agungnya tugas dan peran wanita ini (ibu) terlihat jelas pada kedudukannya sebagai pendidik pertama dan utama generasi muda, yang dengan memberikan bimbingan yang baik bagi mereka, berarti perbaikan besar bagi masyarakat. Kunci utama untuk menciptakan seorang generasi hebat terletak pada peran ibu. Kenapa bisa ? Karena ibu adalah seseorang yang melahirkan dan selalu bersama kita. Seorang anak dalam melakukan sesuatu pasti melihat dari lingkungan sekitar. Ketika masih dalam usia kecil, hanya sesosok ibu yang dapat mereka tiru dalam hal berbicara, berperilaku, dan berpikir. Di sinilah titik point bagaimana anak akan tumbuh, menjadi orang seperti apakah mereka nanti. Karena itulah menjadi ibu hebat tidaklah mudah. Untuk menjadi ibu itu biasa, melahirkan dan menyusui. Namun menjadi seorang “ibu hebat” tidaklah mudah. Perlu menanamkan nilai-nilai agama dan tanggung jawab. Tidak hanya menanamkan tapi memberi contoh konkret.
Tugas dan peran seorang Ibu :
1. Merawat dan membesarkan anak-anaknya
Ini adalah kewajiban utama seorang ibu. Yang namanya kewajiban ya mau tak mau harus dilakukan. Banyak orang yang berkata jika kebahagiaan sesungguhnya dalam sebuah pernikahan adalah ketika lahirnya sang buah hati tercinta. Sebagai orang tua janganlah hanya bahagia dan selesai. Tapi tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anak harus dilakukan. Bisa dikatakan bahwa banyak sekali tantangan dalam membesarkan sang buah hati. Dari masalah finansial yang pastinya menyedot banyak biaya untuk keperluan si bayi ketika kecil dan ketika telah beranjak dewasa. Waktu, orang tua khususnya ibu harus berjaga selama 24 jam untuk terus menenangkan dan menjaga si bayi. Ketika sang anak sudah besar, orang tua harus tetap mengawasi tingkah lakunya apalagi ketika menginjak remaja. Walaupun terasa lelah namun kebahagiaan ketika melihat sang buah hati tersenyum adalah kebahagiaan abadi.

2. Mendidik anak-anaknya
Memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya adalah peran vital juga bagi seorang ibu. Hendaknya seorang ibu khawatir dan takut jika meninggalkan keturunan yang lemah, baik lemah finansial ataupun lemah akan dan pendidikannya. Dan lemah pendidikan harus lebih diperhatikan daripada lemah harta dan finansialnya. Pendidikan anak sangat disarankan dimulai sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, ketika masa mengandung seorang ibu harus melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti beribadah, membaca, mendengarkan musik, dan lain sebagainya. Agar anak ketika lahir juga akan menjadi seorang yang hebat, berkualitas, dan tanggung jawab. Ketika sang anak lahir ke dunia, tugas seorang ibu adalah membekalinya dengan life skill agar kelak anaknya siap terjun ke dunia yang berubah dengan cepatnya setiap hari. Sepuluh atau 15 tahun lagi akan sangat berbeda kondisinya dengan masa sekarang. Ketika sang anak mulai bertanya, “Ini apa ?”,”Itu apa ?”,”Kenapa begini ?”,”Kenapa begitu ?”, seorang ibu dituntut untuk bisa memberikan jawaban terbaik. Jawaban yang tidak mematikan rasa ingin tahu anak. Bahkan sebaliknya, jawaban yang membuat sang anak lebih terpacu untuk belajar. Golden age adalah masa terpenting, di mana pada masa itu anak sangat mudah menyerap segala informasi. Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, dan yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Jadilah ibu sebagai sumber ilmu, pendidik pertama bagi anak-anak yang menanamkan pondasi awal dan utama bagi generasi yang akan memimpin masa depan bangsa.

Saya akan bahagia ketika peran sebagai seorang ibu datang pada waktunya. Begitu pun dengan calon-calon ibu lain yang pastinya mempunyai rencana mengenai apa yang akan mereka lakukan agar kelak sang buah hati dapat menjadi pribadi yang bermanfaat dan sukses tentunya, saya juga mempunyai rencana tersendiri untuk mendidik calon anak saya nanti. Inilah rencana-rencana yang telah saya susun :
1. Dimulai ketika masih di dalam kandungan. Penelitian telah membuktikan bahwa pola hidup ibu hamil akan mempengaruhi bagaimana kondisi kelak sang buah hati. Misalnya, jika ibu hamil hanya bermalas-malasan maka tak heran jika sang anak akan menjadi pemalas. Dianjurkan ketika hamil, banyak-banyaklah membaca (buku, kitab, dan lain-lain), mendengarkan musik klasik. Saat kehamilan berusia 20 minggu bayi mulai dapat mendengar. Dianjurkan untuk ibu hamil agar sering mendengarkan musik Mozart. Menjaga emosi sangat diperlukan karena sejak dalam kandungan, janin dapat belajar karakter dan merasakan emosi ibu. Jangan lupa makan sehat dan bersugesti yang baik-baik saja.
2. Ketika sudah lahir, ibu harus mencukupi kebutuhan asupan makanan. Sabar dalam merawat, tidak mudah mengeluh. Memberi contoh dan berperilaku yang baik. Ibu adalah sekolah pertama bagi si bayi, karena itu menjaga perilaku sangat bermanfaat untuk membuat anak menjadi pribadi yang baik juga.
3. Memberikan nilai-nilai agama dan positif. Jika sejak dini anak telah diberi iman yang kuat, kelak di masa depan mereka akan menerapkan hal yang sama dan tidak merubahnya. Karena itu telah menjadi kebiasaan sejak kecil yang sulit dirubah.
4. Biarkan anak bermain. Di zaman sekarang, tak sedikit ibu yang menyekolahkan anaknya. Tujuannya ya pasti agar si anak cerdas. Namun ketika umur belum mencukupi alangkah baiknya si anak diberi waktu untuk bermain. Ketika bermain, mereka mulai berpikir untuk menyelesaikan masalah. Memberi kesempatan anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri akan melatih mereka untuk memecahkan persoalan hidup yang akan mereka hadapi.
5. Banyak-banyaklah watu berkumpul dengan keluarga dan berolahraga bersama. Zaman industrialisasi ini memang “memaksa” ibu untuk bekerja atau mencari nafkah. Padahal jika hanya ayah saja yang bekerja, masih bisa mencukupi kebutuhan. Namun tuntutan hidup di zaman ini berbeda dengan masa lalu. Maka tak heran jika banyak wanita karir sekarang. Sesibuk-sibuknya ibu jangan pernah lupa hakikatnya sebagai seorang ibu yang fungsi utamanya adalah merawat, membesarkan, dan mendidik anak. Fenomena penyewaan baby sitter sebenarnya hal yang tidak baik. Karena seringnya berinteraksi dengan baby sitter, sang anak akan cenderung lebih dekat dengan baby sitter itu sendiri dan kurang kasih sayang dari orang tua.
6. Memberikan makanan sesuai asupan gizi. Seperti diketahui bahwa makanan sangat mempengaruhi pola tingkah laku dan sifat si anak. Jangan terlalu banyak memberi makanan atau minuman instant.
7. Memberikan pendidikan terbaik bagi anak. Alangkah baiknya juga jika si anak belajar keterampilan non-akademik, misalnya bermain piano, menari, menyayi, dan lain-lain. Karena itu akan meningkatkan tingkat percaya diri mereka. Masukkan mereka ke sekolah yang berkualitas dan beretika. Jangan sampai tingkat persaingan yang terlali tinggi membuat si anak menjadi lupa diri dan sombong.
8. Melibatkan anak dalam diskusi keluarga dan pemecahan masalah. Di sini si anak akan belajar mengutarakan pendapat dan menolak pendapat dengan sopan. Mereka juga akan mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan orang yang lebih tua ataupun sebaya.
9. Terus awasi tapi jangan over protective. Anak akan bahaya jika tidak dipantau tapi berbahaya juga kalau terlalu dikekang. Karena mereka bisa berontak dan malah melakukan hal yang dilarang orang tua.
10. Tanamkan jiwa kompetisi dalam hal positif. Dunia ini adalah kompetisi. Contohnya dengan mengikuti lomba. Atau bisa juga berkompetisi dengan saudaranya sendiri, seperti siapa yang kamarnya lebih rapi akan mendapat kue. Hal-hal semacam ini jika dilakukan berkelanjutan akan berdampak besar bagi dunia masa depan mereka.

Benar jika masa depan bangsa ditentukan oleh si anak sendiri. Namun justru peran seorang ibulah yang sangat mempengaruhi bagaimana masa depan si anak, jadi apakah mereka nanti. Seperti yang telah saya bilang, ibu adalah pendidik utama dan selamanya untuk si anak. Dari awal sampai akhir, ibu adalah orang yang paling mengerti dengan kondisi si anak. Jangan menyalahkan si anak seutuhnya jika masa depan mereka tak sesuai. Koreksi diri pribadi dahulu. Namun juga bukan sepenuhnya salah ibu karena terdapat lingkungan luar yang mau tak mau mempengaruhi si anak. Untuk itu, pengawasan perlu dilakukan. Namun ingat, jangan over protective. Ibu dan diri anak sendiri adalah penentu masa depan si anak. Ingin mempunyai anak hebat ? Anda harus menjadi orang hebat dahulu.